Oleh H. Basri A. Bakar
“Ada dua nikmat yang kebanyakan orang merugi padanya: waktu luang dan kesehatan.” (HR. Bukhari).
Allah SWT menganugerahkan waktu 24 jam dalam sehari semalam. Malam berganti siang, begitulah seterusnya sampai dunia ini kiamat. Dikenal ada tiga dimensi waktu, yakni masa lalu yang tidak dapat diulangi, masa sekarang yang sedang dijalani dan masa yang akan datang yang tidak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi. Kita sebagai manusia boleh melihat ke masa lalu, membaca sejarah ummat terdahulu, mengenang perjuangan para pahlawan sehingga menjadi pelajaran cukup berharga. Ibarat kaca spion pada kenderaan, kita harus melihat sekali-sekali sehingga tidak terjadi kejadian fatal. Tidak pula kita terus menerus melihat ke belakang sehingga menabrak yang di depan. Begitulah filosofis yang perlu kita amalkan dalam kehidupan.
Waktu itu berjalan amat cepat. Saat kita dilahirkan hingga kematian menjemput terasa tidak lama. Oleh karena itu agama mengingatkan kita agar selalu menghargai waktu dengan karya nyata dan positif, jangan menyia-nyiakan waktu yang ada. Apalagi hidup ini hanya sekali saja, sekali kita gagal memanfaatkan waktu, maka selamanya kita menyesali nanti di akhirat.
Sudah sepatutnya manusia memanfaatkannya seefektif dan seefisien mungkin untuk menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah di bumi ini. Karena pentingnya waktu ini maka Allah SWT telah bersumpah pada permulaan berbagai surat dalam al-Quran yang turun di Mekkah dengan berbagai macam bagian dari waktu. Misalnya bersumpah demi waktu malam, demi waktu siang, demi waktu fajar, demi waktu dhuha, dan demi masa.
Menurut pengertian sebagian mufassirin, apabila Allah bersumpah dengan sesuatu dari ciptaan-Nya, maka hal itu mengandung maksud agar kaum muslimin memperhatikan kepada-Nya. Sangat merugilah orang-orang yang membuang-buang waktu siasia tidak beribadah dan bertaubat kepadaNya. Allah SWT telah menunjukkan kepada kita dengan penataan waktu shalat, perjalanan siang dan malam yang sudah tertata dengan baik dan terencana untuk kita ambil hikmahnya.