Menjadi Pemimpin Hakiki

Gema JUMAT, 11 Desember 2015 Oleh Ahmad Faizuddin Kalau dulu, para sahabat r.a sangat takut apabila ditawarkan jabatan sebagai pemimpin. Namun sekarang, ramai orang yang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Kalau ditanya kualitasnya, semua pasti mengaku merekalah yang terbaik dan pantas menjadi pemimpin. Rasul SAW tidak melarang ummatnya untuk menjadi pemimpin. Namun jadilah pemimpin yang hakiki, […]

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Gema JUMAT, 11 Desember 2015
Oleh Ahmad Faizuddin
Kalau dulu, para sahabat r.a sangat takut apabila ditawarkan jabatan sebagai pemimpin. Namun sekarang, ramai orang yang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin. Kalau ditanya kualitasnya, semua pasti mengaku merekalah yang terbaik dan pantas menjadi pemimpin.
Rasul SAW tidak melarang ummatnya untuk menjadi pemimpin. Namun jadilah pemimpin yang hakiki, bukan khayali (khayalan, mimpi). Pemimpin yang hakiki itu adalah mereka yang senantiasa mengingat Allah SWT dalam setiap tindak-tanduknya. Sebaliknya, kalau pemimpin hanya memikirkan kepentingan dirinya saja, maka kualitasnya hanya sebatas “pemimpi”. Model pemimpin ini, misalkan hari ini adalah seorang presiden, maka besok akan menjadi bekas presiden yang akan dilupakan orang.
Contoh pemimpin yang hakiki adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin yang tidak pernah pakai dasi dan tidak pernah korupsi. Beliau adalah seorang ayah yang baik hati dan pedagang yang tidak pernah rugi. Beliau bukan hanya sekedar lambang, namun punya kompetensi dalam memimpin ummatnya.
Sifat dan kualitas tersebut diatas adalah kekuatan seorang pemimpin Islam sejati. Sebagaimana dicontohkan oleh para Nabi dan Rasul, ada tiga rahasia kesuksesan pemimpin. Pertama, kekuatan Iman dan Ilmu. Dengan kekuatan iman dan ilmu, Nabi Sulaiman AS, contohnya, dapat memerintah seluruh makhluk Allah termasuk jin, binatang dan angin.
Kedua, kekuatan Ibadah. Dengan ibadah dan taqarrub kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam hidupnya. Kedekatan diri kepada Allah SWT akan melahirkan pribadi yang berwibawa, tawadhu’, sabar, optimis, tawakkal, dan punya kekuatan ruhaniyah yang besar.
Ketiga, keteladanan. Ini adalah rahasia sukses terbesar Rasulullah SAW. Beliau menasehatkan ummatnya untuk berakhlak mulia dan beliau adalah sebaik-baik contoh manusia yang paling mulia akhlaknya. Ketika menyuruh ummatnya untuk berinfaq, beliaulah yang paling cepat bershadaqah laksana angin yang berhembus. Ketika menggalakkan hidup sederhana, bagindalah yang paling memperhatikan cara hidup bersahaja. Ketika menyuruh shalat tahajjud, bagindalah yang kakinya sampai bengkak karena banyak melakukan ibadah. Ketika menyeru kepada jihad, beliaulah yang berada di garis depan untuk bertempur.
Oleh karena itu, dalam Islam, seorang pemimpin memainkan dua peran penting, yaitu sebagai pelayan (khadim) dan pemandu (muwajjih). Peran utama seorang pemimpin adalah pelayan bagi rakyatnya, bukan meminta untuk dilayani oleh rakyat. Sebagai pemandu, seorang pemimpin harus mampu memberikan arahan kepada jalan yang benar supaya selamat sampai tujuan.
Pada hakikatnya, setiap kita adalah pemimpin dan mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang kita pimpin. Dari Ibnu Umar, Nabi SAW bersabda: Ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang raja adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang suami adalah pemimpin bagi anggota keluarganya, dan ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap mereka. Seorang isteri adalah pemimpin bagi rumah tangga, suami dan anak-anaknya, dan akan diminta pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin bagi harta tuannya, dan dia juga akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Ketahuilah setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang kamu pimpin (HR Imam Muslim No 3408).
Rasulullah SAW juga bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah: Sesungguhnya kamu nanti akan sangat bercita-cita terhadap kepimpinan, padahal kelak di hari kiamat ia akan menjadi penyesalan (HR Al-Bukhari). Maka, seandainya kita diberi amanah menjadi seorang pemimpin, mampukah kita menjadi pemimpin yang hakiki? Wallahu a’lam.
Penulis, mahasiswa program doctoral di Kulliyyah of Education, Educational Management and Leadership, International Islamic University Malaysia (IIUM).

Dialog

Khutbah

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Gempa, Ujian atau Azab?

GEMA JUMAT, 10 AGUSTUS 2018 Oleh: Murizal Hamzah Daerah Seribu Masjid berduka. Gempa bumi pada Ahad, 5 Agustus 2018 berkekuatan 7 SR telah menghancurkan rumah-rumah,

Hijrah Pikiran

Gema JUMAT, 16 Oktober 2015 Oleh: Murizal Hamzah SeorAng anak lahap makan buah jambu di tangan kanan. Sementara di tangan kiri, masih ada satu jambu.

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman