GEMA JUMAT, 16 MARET 2018
Oleh H. Basri A. Bakar
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada jasadmu, dan tidak pula kepada bentukmu, akan tetapi Dia melihat kepada hati kamu, (kemudian menunjuk ke dadanya dengan telunjuknya).” (HR. Muslim)
Setiap manusia memiliki satu organ dalam dadanya yakni hati. Namun dalam pandangan agama, hati tidak hanya dilihat secara fisik, tetapi hati seseorang berpengaruh terhadap kepribadiannya. Hati yang dijaga, akan senantiasa memancarkan kekuatan iman, semakin tenang dengan melakukan kebaikan-kebaikan, terutama di saat mendengarkan ayat-ayat Allah dikumandangkan.
Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah menuliskan dalam salah satu kitab beliau.
“Hati yang sehat, yaitu hati yang selalu terjaga dari syirik, sifat dengki, iri hati, kikir, takabur, cinta dunia dan jabatan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkannya dari Allah SWT. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya, dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia akan terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah”.
Di dalam sebuah hadits yang lain, Rasulullah SAW bersabda sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang bersumber dari Anas bin Malik, “Iman seseorang tidak akan lurus (benar) sebelum hatinya lurus.” (HR. Ahmad).
Pada dasarnya hati seseorang bisa mengeras, seperti batu atau bahkan lebih keras dari itu, sehingga ia akan jauh dari Allah SWT, jauh dari rahmatNya, dan dari ketaatanNya.
Dan sejauh-jauh hati dari Allah Swt. Sebaliknya hati yang lembut, adalah hati yang takut dan tunduk merendahkan diri terhadap Pencipta-Nya Allah SWT, serta selalu mendekatkan diri kepada-Nya. Oleh karena itu mari kita selalu menjaga hati kita masing-masing agar tidak terlalu cinta terhadap kenikmatan duniawi sehingga menjauh dengan Allah.

