Gema, 03 Februari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Saudaraku, kita dilahirkan dan sampai sekarang masih dianugrahi hidup dan kehidupan bahkan dengan ketercukupan atas segalanya adalah karunia Allah yang sudah semestinya disyukuri.
Oleh karena itu, tidak berlebihan bila tuntunan Islam atas kewajiban manusia kepada Allah disarikan, maka tuntunan itu tersimpul dalam satu kata saja yaitu bersyukur. Ya bersyukur, saudaraku. Dengan demikian hidup adalah bersyukur. Tidak bersyukur menandakan tidak hidup.
Bagi orang yang masih dianugrahi hidup mestinya bersyukur agar benar-benar hidup. Bagi orang yang tidak bersyukur sejatinya sudah tidak hidup lagi, meskipun masih bernafas dan berjalan kesana kemari.
Oleh karenanya kita mesti mengingat kembali tuntunan akhlak mensyukuri hidup. Di antaranya:
Pertama, mensyukuri hidup dengan keyakinan di hati bahwa semua ini karunia Ilahi. Oleh karenanya hati mesti tawadhuk; hati senantiasa terpaut dengan Allah. Saat beraktivitas apa saja selalu menyertakan Allah di dalamnya. Atau paling tidak merasa disertai atau diawasi oleh Allah. Merasa bersama dan disertai Allah saat bekerja di kantor seorang diri sekalipun, saat bertransaksi, saat makan minum, saat berkendaraan dan saat beraktivitas apapun jua.
Kedua, mensyukuri hidup dengan memperbanyak lafal syukur, seperti mengucapkan dengan lisan lafal alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah, terima kasih ya Allah atas hidup yang Engkau anugrahkan kepadaku dan kepada putra putri keluargaku.
Lisan yang bersyukur dapat dilakukan dimana saja baik saat mau tidur, saat bangun tidur, saat bersih-bersih rumah, saat berolah raga, saat memasak, saat menimang anak, saat memandikan sibuah hati, saat belajar, saat mengemudi kendaraan, saat memberesi berkas, dan seterusnya.
Ketika melafalkan alhamdulillah terbayang satu karunia, alhamdulillah karunia lainnya dan seterusnya, maka tidak akan ada habisnya bila kita menghitung karunia Allah atas kita. Sehingga berapapun ucapan alhamdulillah yang kita lafalkan rasanya tidak sebanding dengan banyaknya nikmat yang kita terima.
Ketiga, mensyukuri hidup dengan menghibahkan masa hidupnya hanya untuk mengabdi kepada Allah Zat yang mengaruniai hidup dan kehidupan. Mengabdi dengan menaati seluruh perintahNya dan meninggalkan seluruh laranganNya.
Sekali lagi, hidup di dunia ini mesti disyukuri, agar beroleh kebahagiaan abadi dan meraih sempurna di akhirat nanti.
Mensyukuri Hidup
Gema, 03 Februari 2018 Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Saudaraku, kita dilahirkan dan sampai sekarang masih dianugrahi hidup dan kehidupan bahkan dengan ketercukupan atas segalanya adalah karunia Allah yang sudah semestinya disyukuri. Oleh karena itu, tidak berlebihan bila tuntunan Islam atas kewajiban manusia kepada Allah disarikan, maka … Read more
...Dialog
Etika Berpolitik
Etika harus ditunjukkan sebagai simbol
Didiklah Anak dengan Lemah Lembut
Dalam pandangan sejarah, Presiden Soekarno
Guru PAI Harus Tersedia di Sekolah
Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa
Khutbah
Merawat Ukhuwah Islamiyah Di Tahun Politik
Hari Ketika Mulut Dikunci
Dinas Syariat Islam
Aceh Perlu Kembangkan Wakaf Tuna
Gema Jum’at, 29 April 2016 Wakaf tunai dalam bentuk uang dinilai mempunyai potensi besar untuk pemberdayaan ekonomi umat dalam meningkatkan kesejahteraan dan menurunkan angka kemiskinan.
Selalu Tersenyum
GEMA JUMAT, 23 NOVEMBER 2018 Oleh: Nurjannah Usman Ry Aku rindu masa-masa itu Masa-masa berlari kesana kemari Masa-masa bermain tanpa marah Tanpa dendam yang
Idul Fitri, Berkah bagi Pedagang di Sekitar Masjid Raya Baiturrahman
GEMA JUMAT, 14 JUNI 2019 Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman memberi kelonggaran bagi para pedagang kecil untuk berjualan di sekitar Masjid Raya Baiturrahman (MRB)
MAKNA KOKOK AYAM DAN RINGKIKAN KELEDAI
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Apabila kamu mendengar kokok ayam maka mohonlah anugerah Allah karena sesungguhnya ayam itu melihat