Sri Suyanta Harsa
Muhasabah Yaumul Bidh Ke-1, 13 Rajab 1440
Saudaraku, secara umum terdapat dua hal ikhwal sikap berikut konsekuensinya yang kemudian menjadi ibrah kehidupan. Pertama hal ikhwal kebaikan, keshalihan dan kebahagiaannya. Kedua, hal ikhwal kejahatan, kesalahan dan derita siksa juga penyesalannya.
Kedua gambaran hal ikhwal tersebut sudah banyak sekali dikabarkan, bahkan diabadikan dalam al-Qur’an. Di antaranya Allah telah mewanti-wanti umatNya bahwa kebaikan berbuah kebahagiaan, kejahatan dan maksiat berakhir derita dan siksa.
Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.(Qs. Al-Jatsiyah 15)
Adapun orang-orang yang memenangkan kebaikan dapat dicermati pada firman Allah yang maknanya Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (Yûnus:26)
Sebaliknya, orang-orang yang memenangkan kejahatan, kezaliman, kebodohan dapat dicermati pada firman Allah yang maknanya, Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal. Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan, saudara mereka Syu’aib, maka ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah, harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi berbuat kerusakan”. Maka mereka mendustakan Syu’aib, lalu mereka ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka.
Dan (juga) kaum ‘Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam, dan (juga) Karun, Fir’aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu).
Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Qs. Al-ankabut 35 40)
Saudaraku, dalam iman Islam, keadaan atau peristiwa atau sikap perilaku dan konsekuensi kesudahannya, baik yang membahagiakan maupun mengerikan balasannya dapat dijadikan ibrah kehidupan. Ibrah dimaksudkan sebagai jembatan yang dapat menyampaikan pada pemahaman terhadap segala sesuatu, sehingga dapat dipetik pelajarannya untuk kehati-hatian dalam bersikap masa kini dan datang
Praktik dan pengalaman orang-orang baik dan beramal shalih pasti menuai kebahagiaan. Dan sebaliknya praktik kejahatan, kezaliman, kebohongan atau kelalaian cepat atau lambat pasti tersingkap dan menuai azab, derita dan kesengsaraan.
Seandainya suatu kejahatan, kezaliman, kebohongan atau kelalaian yang terus dilakukan, tetapi pelakunya masih dalam keadaan yang aman-aman saja atau nyaman-nyaman saja, ketahuilah jangan-jangan itu semua merupakan istidraj, yang sejatinya ianya masih dikasih waktu agar sesegera mungkin bertaubat.
Oleh karenanya sebagai orang beriman, mestinya kita mensyukuri adanya ibrah kehidupan, baik di hati, lisan maupun perbuatan nyata.
Pertama, mensyukuri ibrah kehidupan di hati dengan meyakini bahwa kebaikan dan pelakunya pasti menuai kebahagiaan, sebaliknya kejahatan, kezaliman, kebodohan, kelalaian dan pelakunya pasti menuai derita juga siksa.
Kedua, mensyukuri ibrah kehidupan di lisan dengan memperbanyak mengucapkan lafal-lafal syukur, seperti yang populis dengan melafalkan alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Semoga kita semakin arif untuk terus memenangkan kebaikan.
Ketiga, mensyukuri ibrah kehidupan dengan perbuatan konkret. Di antaranya dengan tetap memenangkan kebaikan agar menuai bahagia, dan menjauhi kejahatan dan maksiat agar terhindar dari murkaNya Allah.
Note
Yaumul bidh= hari putih, tengah bulan qamariah, sunah puasa