Gema, 11 Maret 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Saudaraku, tahta atau “kursi” telah menjadi sangat mengemuka sepajang sejarah manusia, dan untuk beberapa bulan dan tahun depan jelang sampai saatnya pemilihan para wakil rakyat dan pilpres tahun 2019, pesona tahta menjadi begitu aktual di tanah air tercinta.
Pesona tahta telah menyita hampir seluruh perhatian civitas warga bangsa, baik perhatian yang bersifat materi maupun immateri. Segala kemampuan dikerahkan untuk meraihnya, sejak memasang umbul-umbul spanduk baner stiker bakal calon yang diusung, kampanye, sampai jual beli suara dan serangan fajar untuk memenangkannya.
Di antara hal yang dirisaukan, karena saat berusaha meraihnya telah mengerahkan segala daya dan menghabiskan tenaga juga harta benda, maka ada di antara yang berhasil duduk di tahta kemudian malah menikmati masa istirahatnya (karena sudah lelah saat masih kampanye dan saat berusaha meraihnya) dan juga berusaha mencari dan mendapatkan ganti atas tenaga dan harta benda yang telah dikeluarkan pada masa kampanye sebelumnya.
Mestinya juga diingat atau dingatkan bahwa dalam sejarah kemanusiaan tahta telah banyak menggelincirkan orang, meskipun tetap juga ada yang menyelamatkan dan membahagiakan.
Oleh karenanya, layak bagi kita untuk mengingat kembali tentang akhlak mensyukuri tahta atau amanah apapun yang dipercayakan pada setiap pribadi kita.
Pertama, meyakini sepenuh hati bahwa tahta, kedudukan, jabatan, kursi dan kekuasaan apapun yang diberikan kepada kita (sebagai presiden, menteri, anggota dewan, gubernur, bupati, camat, keuchik, kepala lorong, atau rektor, kepala dinas, pimpinan fakultas, pimpinan organisasi, direktur, staf dan seterusnya) adalah amanah. Amanah tetaplah amanah yang layak dijaga dan ditunaikan sebagaimana mestinya. Karena amanah itu kepercayaan yang diberikan, maka harus dijaga dan dipenuhi guna meraih kemaslahatan bersama.
Kedua, tidak henti-hentinya melafalkan rasa syukur dengan membiasakan diri menyebut asmaNya, Allah zat yang maha mengangkat dan menurunkan sesiapapun yang dikehendakiNya. Alhamdulillah dianugrahi kesempatan, kesehatan, kekuatan dan iman sehingga dapat menunaikan amanah.
Ketiga, memikul dan memenuhi amanah apapun yang telah dipercayakan guna meraih keridhaan Allah taala. Dengan tahta dan jabatan yang ada idealnya diabdikan sepenuhnya untuk syiar dan kejayaan Islam, menegakkan yang makruf mencegah yang mungkar.
Dengan amanah yang diberikan idealnya digunakan sebagai sarana lebih mendekatkan diri pada Allah dan dengan kekuasaannya dapat mengajak orang lain dalam ketaatan dan kesabaran.
Keempat, memberi kesempatan adanya penyegaran suasana. Bila amanah itu strategis, maka sebaiknya mengizinkannya adanya perubahan suasana, karena dua kemungkinan. Pertama, kita sendiri yang jenuh, atau kedua seandainya kita tidak jenuh, maka orang lain yang jenuh dengan keberadaan dan kepemimpinan kita.