Gema JUMAT, 7 Agustus 2015
Oleh Fauzi Umar
Menarik membaca berita beberapa media tentang Rencana Pengembangan Kawasan Mesjid Raya Baiturrahman yang merupakan mesjid kebanggaan masyarakat Aceh dan bahkan diberitakan konsepnya meniru bentuk dan miniatur dari Mesjid Nabawi di Madinah.
Pikiran saya menerawang kemana-mana, karena saya sendiri hanya mengikuti perkembangan rencana ibu kota Serambi Mekah tersebut melalui media massa. Andaikan saja rencana tersebut benar-benar seperti yang dimimpikan maka Mesjid Raya Baiturrahman dengan beberapa situs pendukung disekitarnya akan menjadi magnet besar untuk orang berkunjung dimasa akan datang. Mesjid Raya Baiturrahman akan menjadi sentral utama (istilah dibeberapa negara sentrum) nantinya didukung dengan Pasar Atjeh, Museum Tsunami, Museum Aceh dan Taman Putro Phang, Taman Thank the Word dan lainlain sebagai sebagai satu kesatuan kawasan yang menerapkan prinsip-prinsip madani dalam berinteraksi dengan sesama.
Sudah selayaknya Mesjid Raya Baiturahman sebagai sentrumnya dengan beberapa kawasan pendukung lainnya seperti Pasar Atjech untuk dijadikan Taman Madani (Civil Sociaty Park) yang sekarang sedang digadang-gadangkan Pemerintah Kota Banda Aceh. Langkah awal bisa saja Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Kota Banda Aceh menetapkan Kawasan mesjid Raya Baiturrahman dan Pasar Atjech sebagai zona bebas dari kenderaan bermotor yang menimbulkan polusi udara dan suara.
Kawasan Taman Madani ini harus dijadikan area publik yang bersih, sejuk dan hijau dan berbunga dengan pepohonan yang rindang serta bebas dari kenderaan bermotor yang menimbul polusi udara dan suara. Pada kawasan ini kita merindukan masyarakat yang senang berjalan kaki pada radius
tertentu dan melakukan interaksi sosial lainnya sebagai bagian dari implementasi dan cerminan pola hidup sehat.
Kita juga merindukan pada kawasan sebagai miniatur interaksi sosial masyarakat (hablum minannas) yang menerapkan prinsip-prinsip kehidupan madani yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW seperti sopan santun, jujur dan saling harga-menghargai dalam suatu wadah masyarakat yang majemuk (plural) yang menggambarkan Islam itu sebagai rahmatan lilalamin (rahmat bagi sekalian alam).
Demikian juga halnya dalam interaksi ekonomi terutama dalam hal jual beli yang menerapkan prinsipprinsip syariah seperti jujur, adil dan amanah serta dapat dipercaya. Sebagai Taman Madani sudah tidak selayaknya praktek sogok-menyogok, korupsi dan nepotisme, intimidasi serta hal-hal tercela lainnya dipraktekkan dalam bisnis dan kehidupan seharihari, karena sangat dibenci
agama. Pada kawasan ini semua aktivitas interaksi sosial dan ekonomi dunia lainnya akan terhenti tak kala azan telah berkumandang untuk melaksanakan shalat berjamaah sebagai wujud pengabdian diri kepada Allah SWT (hablum minallah). Karena semua memiliki tujuan yang sama meraih ridha Allah SWT.
Kita bisa melihat beberapa situs dan mahakarya besar didunia yang menerapkan prinsipprinsip kehidupan madaniah yang Islami walaupun masyarakatnya tidak beragama Islam seperti di beberapa negara Eropa. Sudah waktunya rakyat Aceh menerapkan prinsipprinsip kehidupan madaniah yang Islami menuju masyarakat Aceh yang megapolitan yang saling menghargai keberagaman sebagai salah satu sunnatullah dan media untuk berdakwah bahwa Islam itu indah, semoga…
Penulis Mantan Pekerja BRR NAD-Nias dan kini Pegawai pada BPKS Sabang