Khutbah Jum’at, Tgk. H. Syukri Daud Pango, Pimpinan Dayah Raudhatul Hikmah Al-Waliyah
neGara manapun tidak mungkin berdiri tegak, kecuali diatas persatuan dan kesatuan warganya. Persatuan dan kesatuan tidak mungkin terwujud jika tidak ada ikatan persaudaraan dan rasa kasih sayang yang kuat. Sekuat apapun kekuasaan berusaha menerapkan prinsip-prinsip keadilan antar anggota masyarakat, pasti sia-sia. Hubungan bermasyarakat yang tidak dilandasi persaudaraan justru menjadikan nilai-nilai keadilan sumber munculnya perasaan dengki dan kecemburuan. Pada gilirannya, memunculkan kezaliman dan kesewenang-wenangan dalam bentuk yang paling buruk.
Persaudaraan yang kokoh juga harus dibangun dengan berlandaskan aqidah dan iman. Persaudaraan antara dua orang yang memiliki ideologi atau iman yang berbeda, hanyalah persaudaraan semu. Terlebih jika ideologi atau keyakinan berbeda yang dianut oleh masing-masing mereka, ternyata menuntut penganutnya untuk menerapkan aturan moral tertentu dalam kehidupan yang mereka jalani.
Islam dan persaudaraan
Diantara kepastian hukum Al-Quran dan hukum Islam, kaum muslimin adalah bersaudara dan ummat yang satu. Ummat yang bersatu dalam suka dan duka, yang membangun kehidupan dilandasi kekuatan, kemuliaan, kehormatan berdasarkan manhaj Al-Quran yang menyatukan barisan kaum muslimin. Al-Quran juga menyuru mereka untuk berpegang pada satu kalimat dalam politik, hukum, undang-undang, sosial prinsip politik luar negeri, pendidikan dan pengajaran, informasi, jihad, menjamin hak-hak umum dan hak-hak pribadi, juga menjamin kepribadian Islam. Al-Quran menjelaskan dasar kesatuan ummat dan melarang perpecahan serta perselisihan (QS Ali Imran: 103).
Persaudaraan seagama dan seiman akan menuntut adanya hubungan hati yang kuat, tolong menolong, solidaritas, pengorbanan dan lebih mementingkan saudaranya. Hal ini terwujud karena terbangunnya tatanan masyarakat muslim. Dan ini juga akan menutup celah-celah yang mendatangkan orang untuk memecah belah persatuan, sebagaimana yang terjadi dewasa ini. Kaum muslim saat ini sedang menghadapi perpecahan, maka musuh Islam pun dengan sangat mudah menyerang dari segala penjuru. Perpecahan akan menghilangkan kekuatan (QS Al-Anfal: 46).
Bahaya perpecahan Para pendahulu dari kalangan muslimin benarbenar telah memahami hakikat agama yang lurus ini meskipun mereka memiliki perbedaan pendapat dalam memahami nash Al-Quran dan sunnah Rasulullah. Tetapi mereka dengan perbedaan tersebut, tetap bersatu dalam prinsip. Mereka tidak mengkafirkan sebagian yang lain, bahkan mereka bersatu padu untuk melawan orang yang memusuhi mereka.
Kemudian datanglah generasi-generasi sesudah itu sebagai pengganti mereka yang menjadikan agama mereka memperturutkan hawa nafsu. Maka ummat menjadi terpecah belah, berpuak-puak, berpartai-partai dan berkelompok-kelompok. Mereka menghalalkan pertumpahan darah atas sebagian yang lain. Bencana di antara mereka sangat dahsyat. Tidak ada faktor yang mendorong mereka menuju jalan yang berduri ini, kecuali kebodohan terhadap prinsip-prinsip Islam yang hanif.
Allah mengancaman orang-orang yang melakukan perpecahan (QS AlAn’am: 159).
Ummat Islam terbagibagi kedalam berbagai kelompok yang saling menyesatkan adalah bencana yang sangat besar dan salah satu penyebab utama hilangnya ukhuwah islamiyah dan sikap saling menyayangi. Perbedaan tentang sekte bagaikan sungai yang tak pernah kering, akan terus mengalir. Namun semakin lama air itu mengalir, semakin jauh pula dari sumbernya.
Masa awal Islam merupakan masa terbaik yang masih didampingi oleh cahaya kenabian. Ketika masa terus mengalir dan mengalami transformasi dari waktu ke waktu, manusia semakin jauh dengan cahaya itu, berada dalam remang-remang pemahaman ajaran Islam yang semakin kacau, pemahaman yang semakin melenceng dari aslinya. Kekacauan itu ditimbulkan oleh firqahfirqah yang mengklaim bahwa merekalah yang benar, yang lain salah dan hanya pantas menjadi penghuni neraka. Setiap firqah mengklaim hanya pemahaman mereka saja yang benar sesuai dengan Al-Quran dan sunnah.
Keadaan seperti ini jauh-jauh hari telah dapat dibaca oleh Nabi melalui informasi langit. Nabi telah menyebutkan dalam beberapa hadits, bahwa ummatnya akan terberai menjadi tujuh puluh tiga golongan dan beliau menyebutkan hanya satu yang benar. Sabda Nabi adalah wahyu Ilahi dan pasti terjadi. Inilah sebagian haditshadits yang menunjukkan adanya perpecahan dalam Islam. Hadits-hadits itu juga menunjukkan adanya kelompok yang menyimpang, ada pula kelompok yang benar dan selamat, yaitu yang dikenal dengan Ahlussunnah wal Jamaah.
Ahlussunnah wal jamaah Sekalipun ada kelompok tertentu dengan berbagai dalil, mengakui diri dan kelompoknya sebagai Ahlussunnah wal Jamaah, tetapi dalam pandangan para ulama mazhab yang dikembangkan oleh Imam Al-Asy’ari dan Imam AlMaturidi dan pengikut mereka, diakui sebagai yang mewakili ahlussunnah wal Jamaah. Bahkan ulama besar Syeikh Izzuddin bin Abdussalam mengatakan, akidah yang dikembangkan oleh Asy’ari dan pengikutpengikutnya telah disepakati oleh para pengikut mazhab Syafi’iyah, Malikiyah, Hanafiyah dan pembesar-pembesar mazhab Hanabilah.
Ibnu Rusydi seorang filosof terkemukaberkata tentang, Imam Al-Asy’ari dan yang sejalan dengannya: mereka adalah para imam kebaikan dan petunjuk yang harus di ikuti. Mereka telah membela syariat, mematahkan pandangan kaum menyimpang dan sesat, menjelaskan banyak permasalahan dan menerangkan masalah aqidah yang harus di pegang.
Dilihat dari pengetahuan mereka tentang pokokpokok agama, mereka adalah para ulama yang hakiki. Mereka memiliki ilmu tentang Allah SWT serta apaapa yang wajib baginya, boleh baginya dan mustahil baginya. Maka wajib mengakui jasa mereka, merekalah yang di maksud oleh Nabi dalam satu hadiis: “Ilmu ini akan diemban oleh orang-orang yang adil dari setiap generasi penerus. Mereka akan membersihkannya dari distorsi orangorang ekstrem, kebohongan para pembohong dan tafsiran orang-orang bid’ah”. Maka tidak ada yang menyesatkan mereka, kecuali orang-orang dungu dan bodoh, ahli bid’ah yang menyimpang. Demikian Ibnu Rusydi.
Berkata ulama besar Imam Sayed Abdullah bin Alwi Alhaddad: apabila anda melihat dengan pemahaman yang lurus dari hati yang bersih terhadap nashnash Al-Quran dan sunnah yang mengandung ilmuilmu ke-imanan dan anda menelaah biografi kaum salaf yang saleh dari generasi sahabat dan tabi’in, maka anda pasti mengetahui dan membuktikan bahwa kebenaran bersama golongan yang disebut dengan Al-Asy’ariyyah dan AlMaturidiyah.
Prof Dr Syeikh Ramadhan Al-Buthy berkata: sesungguhnya Imam AlAsy’ari salah seorang ulama salaf yang sangat masyhur dari segi keilmuan dan keteguhannya diatas jalan Al-Quran dan sunnah Rasulullah. Siapa yang berpura-pura tidak mengetahui hakikat ini, berarti ia ingin menentang sejarah dan berpura-pura buta dengan hakikat yang terjadi.
Kemudian, Prof Dr Syeikh Ali Jumat, mantan Mufti Agung Mesir berkata: ketika banyak orang yang berselisih dan muncul para pelaku bid’ah yang bersikap tidak sopan kepada Allah dan Rasulnya, tetapi dalam waktu yang sama mengaku bahwa ini adalah aqidah Nabi SAW dan para sahabatnya, wajib bagi penganut kebenaran untuk menyampaikan akidah Nabi SAW dan para sahabatnya, seperti yang di jelaskan oleh Abu Hasan Al-Asy’ari. Mazhab Asya’irah dan Maturidiyyah adalah mazhab yang jelas dalam seluruh bab-bab ilmu tauhid.
Pemikir dan penulis terkenal, Prof Dr Nurchalis Majid menulis dalam sebagian bukunya: Sungguh sangat menarik bahwa dalam pergumulan pemikiran yang sengit di bidang teologi, akhirnya Imam Abu Hasan AlAsy’ari dari Basrah memperoleh kemenangan besar. Terutama sejak tampilnya Imam Al-Ghazali sekitar dua abad setelah AlAsy’ari. Karena itu, pada saat sekarang ini untuk sebahagian besar kaum muslimin seluruh dunia, paham Al-Asy’ari adalah identik dengan paham sunni, dan lebih dari itu, bahkan ilmu kalam pun sekarang menjadi hampir terbatas hanya kepada metode penalaran Asy’ari.