Mewujudkan Ummat yang Rahmatan Lil ‘Alamin

Gema JUMAT, 18 Desember 2015 Khutbah Jum’at, Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA, Rektor UIN Ar-Raniry Marilah kita tingkatkan semangat dan tekad kita untuk melaksanakan segala perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya, seraya menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar   dengan   senantiasa   memelihara   diri,   keluarga   dan masyarakat dari berbagai perbuatan kejahatan dan kemaksiatan. Shalawat […]

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Gema JUMAT, 18 Desember 2015
Khutbah Jum’at, Prof. Dr. H. Farid Wajdi Ibrahim, MA, Rektor UIN Ar-Raniry
Marilah kita tingkatkan semangat dan tekad kita untuk melaksanakan segala perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya, seraya menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar   dengan   senantiasa   memelihara   diri,   keluarga   dan masyarakat dari berbagai perbuatan kejahatan dan kemaksiatan.
Shalawat dan salam atas junjungan Muhammad Saw semoga senantiasa kita haturkan kepadanya, keluarganya, sahabat-sahabatnya. Semoga kita semua mendapatkan syafaat dan hidayah darinya pada hari kiamat kelak.
Merupakan nikmat yang sangat besar dan tiada tara, bahwa hari ini kita dipertemukan Allah Azza wa jalla dalam keadaan Islam dan Iman. Sebagaimana kita yakini, bahwa Nabi Muhammad saw, adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus Allah swt kepada segenap umat manusia di alam jagat raya ini. Nabi yang mu’jizatnya Al Qur’an, imamnya Al Qur’an, akhlaqnya Al Qur’an, dan penghias dadanya, cahaya hatinya juga penghilang kesedihannya adalah Al Qur’an Beliau diutus dengan tugas menyampaikan risalah Islam sekaligus sebagai rahmatan lil’alamin (sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta) yang penuh dengan contoh teladan utama.
Risalah Muhammad SAW, tidaklah berakhir pada rumus-rumus kaidah filsafat yang universil dan abstrak, yang dilepaskan mengapung di awangawang untuk di lihat dan dikagum-kagumi atau dalildalil theologi untuk dikunyah-kunyah sambil duduk manis.
Tujuan risalah adalah untuk “menghidupkan kesempurnaan “ manusia sehingga benar-benar hidup!. Risalah Muhammad SAW membina pribadi sebagai “social being‘ mencetak ummat yang mempunyai corak dan tujuan hidup yang tentu. Hidupnya berisikan amal yang shalih, pancaran iman; keduan kakinya terpancang di bumi , jiwanya menjangkau langit.
Dewasa ini kita selalu dihadapkan dengan sebuah pernyataan dan kenyataan, bahwa bangsa ini sedang menghadapi krisis Multi Dimensional. Begitu parah krisis yang dihadapi, sehingga susah mengambil benang merahnya sisi mana yang lebih dominan dan mana yang harus didahulukan, bahkan belum ditemukan solusi yang jitu dalam penyelesaiannya, akhirnya bangsa ini tidak jelas jati dirinya di mata dunia.
Artinya: Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah. (QS. Al-Maidah: 55).
Artinya: Dan Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya,   Maka Sesungguhnya pengikut (agama) Allah Itulah yang pasti menang. (QS. Al-Maidah: 56).
Padahal kalau kita berkaca kepada krisis yang dihadapi oleh Nabi Muhammad SAW pada masanya, justru dengan mudah beliau menyelesaikannya, nyaris penyelesaiannya tanpa kekerasan dan pemaksaan, justru hanya dengan penerapan akhlakul karimah sebagai andalannya. Strategi yang dilakukan oleh Rasulullah, sesuai dengan sabdanya ‘Ibda’ Binafsik yang artinya “Mulailah dari diri anda”.
Jika dilihat makna Ibda’ binafsik secara terminologi sosial, maka kata ‘diri’ (anfus, nafs), mengingatkan kita pada ‘individu’. (bahwa), “perubahan struktural tak akan pernah terjadi tanpa didahului perubahan kultural, dan perubahan kultural tak akan pernah terjadi tanpa perubahan inidividual,” sehingga dapat dikatakan perubahan individual itu adalah induk dari segalanya.
Melihat akan keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam mengatasi krisis Multi dimensial, sudah saatnya kita menteladaninya karena beliau adalah contoh teladan terbaik dan tipologi ideal paling prima. Hal ini digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab: 21 yang berbunyi:
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. AL-Ahzab: 21).
Strategi Ibda’ Binafsik (memulai dari sendiri ) yang dilakukan oleh Rasulullah, didukung oleh beberapa faktor penting:
Pertama , kualitas moral-personal yang prima, yang dapat disederhanakan menjadi empat sebagai sifat wajib bagi Rasul, yakni: siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
Kehidupan Muhammad sejak awal hingga akhir memang senantiasa dihiasi oleh sifat-sifat mulia ini. Bahkan sebelum diangkat menjadi Rasul, ia telah memperoleh gelar al-Amin (yang sangat dipercaya) dari masyarakat pagan Makkah.
Kedua, Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
Ketiga, kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar terpenting Keempat, Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
Kelima, kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan. Model dakwah rahasia yang diterapkan selama periode Makkah kemudian dirubah menjadi model terbuka setelah di Madinah, mengikuti keadaan lapangan. Keberhasilan Rasul saw. dan para sahabatnya dalam perang Badr jelas-jelas berkaitan dengan penerapan sebuah strategi yang jitu.
Keenam, tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orangorang miskin. Jabatan sebagai pemimpin bukanlah sebuah mesin untuk memperkaya diri.
Sikap inilah yang membuat para sahabat rela memberikan semuanya untuk perjuangan tanpa perduli dengan kekayaannya, sebab mereka tidak pernah melihat Rasul saw. mencoba memperkaya diri. Kesederhanaan menjadi trade mark kepemimpinan Rasul saw. yang mengingatkan kita pada sebuah kisah tentang Umar ibn al-Khattab. Seseorang dari Mesir datang ke Madinah ingin bertemu dan mengadukan persoalan kepada khalifah Umar ra. Orang tersebut benar-benar terkejut ketika menjumpai sang khalifah duduk dengan santai di bawah sebatang kurma.
Ketujuh, visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable). Meski tidak mungkin merumuskan alur argumentasi yang digunakan olehnya, tetapi banyak hadits Rasul saw. yang dimulai dengan kata “akan datang suatu masa”, lalu diikuti sebuah deskripsi berkenaan dengan persoalan tertentu. Kini, setelah sekian abad berlalu, banyak dari deskripsi hadits tersebut yang telah mulai terlihat dalam realitas nyata.
Kedelapan, menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya. Sebagaimana sudah disebut di atas, Rasul saw. selalu menjadi contoh bagi apa pun yang ia anjurkan kepada orang-orang di sekitarnya.
Selaku umat Islam, merupakan kewajiban bagi kita untuk mengikuti, mencontoh dan menteladani semua perilaku terpuji rasulullah yang lebih dikenal dengan istilah akhlakul karimah. Akhlakul karimah tersebut dapat kita temui dalam berbagai literatur baik berupa sirah nabawiyah, riwayatriwayat sahabat beliau, maupun firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur’an yang Rasulullah selalu memulainya dari diri beliau sendiri.
Sebagai Orang tua ketika menyuruh anaknya untuk tidak merokok atau mengkonsumsi narkoba maka seharusnya kita memulai diri berkomitmen untuk tidak melakukan hal yang sama (merokok dan mengkonsumsi narkoba). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Asshaf : 2.
Artinya: Wahai orangorang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (QS Ash-Shaf: 2).
Diakhir khutbah ini marilah kita pertanyakan kembali: sudahkah kita menjadi orang yang dapat digolongkan sebagai pengikut Rasulullah Saw atau belum, atau bahkan bertentangan dengan sifat dan sikapnya?

Dialog

Khutbah

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Mensyukuri Al-Muntaqim

Oleh Dr. Sri Suyanta (Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Muhasabah 9 Safar 1440 Saudaraku, di samping apresiasi atau reward, dalam hidup dan kehidupan

Bek Mubazir

GEMA JUMAT, 1 JUNI 2018 Oleh : Nurjannah Usman   Assalamualaikum kawoem sinaro Yang na lam sagoe atawa kota Haba tasambong galom seuluso Suai deuk-deuk

PEURINTAH SHALAT BEUNA TAJAGA

GEMA JUMAT, 13 MARET 2020 Oleh : Tgk. H. M. KasimYahya, S.Ag Alhamdulillah pujoe Hadarat Nyang bri beureukat geutanyoe hamba Hudep lam donya neubri hidayat

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman