Pj Gubernur Aceh Achmad Marzuki resmi membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-36 tingkat Provinsi Aceh di Lapangan Pendopo Bupati Simeulue pada Ahad malam, 26 November 2023, serta dihadiri ribuan masyarakat.
Even akbar yang berlangsung 26 November hingga 2 Desember 2023 tersebut diikuti oleh 1.054 peserta dari 23 kabupaten/kota.
Sementara itu, Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Aceh juga melaksanakan Festival Anak Saleh Indonesia (FASI) XIII tingkat Provinsi Aceh yang diselenggarakan di Aceh Barat Daya 23-25 November 2023. Kedua ajang tersebut, baik MTQ, maupun FASI diharapkan meningkatkan rasa cinta kepada Al-Qur’an.
Kepala Kemenag Simeulue Nasrullah M Radhi, mengatakan, pihaknya bersinergi dengan Pemerintah Aceh menyukseskan MTQ Aceh. Tim pelaksana MTQ dari Kemenag didorong aktif menjalankan tugas dan peran masing-masing.
Melalui pelaksanaan MTQ, ia berharap rasa cinta terhadap Al-Qur’an tumbuh, bukan sekadar ajang menyaksikan berbagai perlombaan. “Peserta yang hadir menyaksikan tahfidz, qiraah sab’ah, tilawah, dan event lainnya juga, kita berharap menambah cintah khazanah Al-Qur’an dengan menyaksikan seni tilawah Al-Qur’an yang disampaikan oleh qari-qari’ah dari masing-masing kabupaten/kota,” ujarnya.
MTQ juga menjadi ajang silaturahmi, sehingga menambah kokoh persaudaraan, serta menguji kemampuan kader qur’ani di Aceh. Ajang ini dirasa penting untuk melahirkan inovasi-inovasi, misalnya bidang khatil Qur’an, dekorasi, syarhil, fahmil, dan tilawah Qur’an. Di samping menambah rasa cinta kepada Al-Qur’an, ia juga berharap masyarakat mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Bagi mereka yang sudah tua bahkan cacat netra, MTQ menjadi wadah untuk meng-update diri tentang ilmu bacaan Al-Qur’an,” tuturnya.
Ia menekankan, setelah pelaksanaan MTQ bukan berarti selesai, diperlukan aktualisasi diri tentang Al-Qur’an, tafakkur, dan mentadabbur Al-Qur’an, dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat, dan bernegara. Rasa cinta kepada Al-Qur’an harus dibuktikan secara nyata. Seseorang ketika mencintai sering menyebut-nyebut apa yang dicintainya tanpa bosan.
“Kalau kita cinta kepada Al-Qur’an, kita akan sering membacanya, tidak meninggalkan Al-Qur’an,” terangnya.
Cinta Al-Quran
Ketua Ikatan Persaudaraan Qari-Qariah dan Hafiz-Hafizah (IPQAH) Aceh Prof Dr Ir Agussabti MSi, mengatakan MTQ salah satu sarana untuk meningkatkan rasa cinta masyarakat kepada Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kalau hanya diharapkan dari MTQ untuk menumbuhkan rasa cinta, maka hal itu tidak mungkin, apalagi MTQ dilaksanakan hanya beberapa hari.
“MTQ untuk ikut mempebaiki bacaan Al-Qur’an, tapi implementasi tentu tidak di MTQ. Harapan kita dengan MTQ, rasa cinta orang kepada Al-Qur’an dan belajar bertambah, maka akan bisa mengubah nilai-nilai kehidupan mereka yang sesuai dengan Al-Qur’an,” lanjutnya.
Menurutnya, cara lainnya agar nilai-nilai Al-Qur’an terimplementasikan dalam kehidupan masyarakat dapat melalui lembaga dayah. Katanya, bantuan kepada lembaga dayah perlu dievaluasi, selama ini bantuannya berupa fisik atau kurikulum lembaga dayah apakah ada pembinaannya, serta pendampingan manajemen dayah perlu diperkuat.
Pengukuran rasa cinta terhadap Al-Qur’an, lanjutnya, harus ada indikator. Saat ini syariat Islam masih tataran simbolik, tapi belum pada tataran kebijakan membangun implementasi lebih optimal. Penguatan implementasi nilai-nilai Al-Qu’ran dapat melalui keluarga, masyarakat, dan dunia pendidikan formal.
Perkembangan pelaksanaan MTQ dari tahun ke tahun mengalami permasalahan pada anggaran pembinaan. MTQ merupakan ajang perlombaan yang ujungnya adalah prestasi. Aceh pada MTQ tingkat nasional tidak pernah lagi menonjol dan masuk lima besar. Hal itu karena alokasi anggaran untuk pembinaan dinilai tidak cukup.
Ia mencontohkan Jawa Timur yang pernah menyabet juara umum di MTQ Nasional. Jawa Timur sudah mulai melakukaan pembinaan terhadap peserta setahun sebelum ajang itu dilaksanakan.
Dalam persiapan MTQ, perlu ada evaluasi pelaksanaan TC, apakah metode TC sudah tepat atau belum, pengajar, materi pembelajaran sehingga berdampak optimal. “Selama ini kita ada TC, tapi lebih lokal, sehingga tidak menyentuh substantif untuk perbaikan di tingkat nasional,” paparnya.
Menurutnya, pada ajang pelaksanaan MTQ Nasional, Gubernur Aceh dan kepala dinas terkait perlu memenuhi kebutuhan anggaran, agar sesuai dengan target prestasi.
Festival Anak Saleh
Ketua Umum DPW Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPW BKPRMI) Aceh, Dr Mulia Rahman, menjelaskan, Festival Anak Saleh Indonesia (FASI) merupakan ajang menunjukkan kreativitas santri berprestasi dalam lingkup TKA, TPA/TQA dari tingkat kecamatan kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat nasional yang diagendakan tahunan.
“FASI bukan hanya unjuk prestasi tapi sebagai sebagai media evaluasi kualitas santri secara pringkat tertinggi dan juga sebagai perbaikan proses pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang telah ditentukan dan baku dari Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (LPPTKA) BKPRMI Pusat,” ujarnya.
Ia menambahkan, anak dan remaja meghadapi masalah yang sangat kompleks. Ajang FASI inilah salah satu upaya dan program BKPRMI menekankan betul pentingnya penguatan karakter anak sejak dini yang ditanamkan melalui syiar dan kegiatan agama. FASI bertujuan membentuk karakter pemberani, jujur, cerdas yang melekat pada diri dan pribadi peserta didik yang berangkat dari masjid dan mencintai Al-Qur’an
Festival keagamaan, lanjutnya, harus didukung oleh semua elemen baik orang tua, masyarakat, khususnya pemerintah untk mendukung sepenuhnya. “Bukan hanya mengoptimalisasi, FASI wajib dijadikan sebagai even tahunan pemerintah baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota maupun provinsi, dan selayaknya seluruh msyarakat mendukung penuh kegiatan FASI, apalagi FASI juga merupakan miniatur pelaksanaan MTQ yang selama ini dilaksanakan pemerintah,” imbuhnya.
Menurutnya, orang tua santri mendukung penuh kegiatan FASI. Setiap ada acara FASI orang tua wali sangat antusias antusias, bahkan siap berkontribusi menyukseskannya. Orang tuan menyadari pentingnya pendidikan anak berbasis masjid, juga menjadi hal penting yang dilakukan orang tua untuk mendukung FASI.
FASI berdampak positif bagi komunitas anak-anak agar semangat mencintai Al-Qur’an, mencintai dan hadir ke masjid, semangat belajar dan mengulangi apa yang dipelajari, berkompetisi sehat dengan teman-temannya, melahirkan rasa percaya diri dan jiwa kepemimpinan pada anak sebagai calon pemimpin masa depan, menumbuhkan rasa empati dan kebersamaan sejak dini.