Prof. Jonathan Andrew Cleveland Brown
Pemilik nama lengkap Jonathan Andrew Cleveland Brown yang dibesarkan di Anglikan Amerika ini lahir pada 9 Agustus 1977. Brown lahir di tengah keluarga yang tidak religius dan ia bukan sebagai penganut Kristen yang taat.
Ia mulai tertarik pada Islam saat kuliah sarjana. Ia mengaku kagum terhadap kehidupan baginda Nabi Muhammad SAW. Dia menyebut Rasulullah sebagai manusia terbaik di muka bumi, dalam hal apa pun. Apalagi setelah ia mengikuti pelajaran tentang Islam yang diajar oleh seorang muslimah.
Keingintahuannya akan Islam ia pelajari dari buku. Salah satu buku yang menarik perhatian Brown adalah sebuah buku tentang biografi singkat Nabi Muhammad SAW yang merupakan seri buku dari Oxford University Press.
Hingga akhir semester, pada musim panas 1997, ketertarikan Brown pada Islam semakin menguat. Dia menghabiskan banyak waktu membaca buku-buku Islam dan bepergian ke seluruh Eropa dan Maroko.
“Ketika saya kembali ke sekolah pada awal tahun kedua kuliah saya, saya menjadi Muslim,” kata Brown, dikutip laman lastprophet.info, Rabu (12/1/2022). Ia meyakini bahwa akal dan agama seharusnya selaras. Agama seharusnya hadir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia bukan malah mempersulit dan membawa penderitaan.
Dia menggambarkan Nabi Muhammad sebagai sosok yang pandai membaca situasi dan bertindak dengan cara terbaik. Ia manusia pemaaf, lembut dan kadang tegas, sabar dan di lain waktu bertindak cepat. Rasulullah memiliki karakter terbaik sebagai teladan umat manusia di muka bumi.
Kemampuan intelektual, peneliti hadits dan menulisnya ia tuangkan dalam buku dan jurnal, serta aktif sebagai pembicara dalam berbagai forum diskusi peradaban. Sehingga walaupun ia seorang mualaf namun warga Amerika Serikat itu kini menjadi profesor ahli hadits.
Salah satu buku karya Brown terbit 2009, Misqouting Muhammad: the Challenges and Choices of Interpreting the Prophet’s Legacy; Hadith: Muhammad’s Legacy in the Medieval and Modern World; Muhammad: A Very Short Introduction; dan The Canonization of Aal-Bukhari and Muslim.
Dalam bukunya tersebut Brown menyebut salah satu orientalis paling tajam menyuarakan keraguan otentisitas hadits adalah William Muir. Menurut Muir hadits bukan perkataan atau rekaman perbuatan Nabi Muhammad SAW, tapi hanya cerminan ambisi dari generasi-generasi muslim tertentu sesudah nabi wafat. Muir mengajak para orientalis Eropa menolak sedikitnya setengah dari isi Shahih Bukhari.
Muir tentu tidak sendiri karena banyak orientalis selalu memutar balikkan fakta tentang Islam. Kalangan orientalis menuduh Abu Hurairah hanya mengarang teks sehingga dinamakan hadits.
Menurut Brown, para orientalis jelas manifulatif dan menutupi bukti-bukti historis dalam sejarah penghimpunan hadits. Orientalis memiliki pandangan skeptis buta dengan menuduh ahli hadits berani berbohong atas nama Nabi Muhammad SAW.
“Hal yang luput dari kajian para orientalis adalah pemilahan para perawi yang kompeten daripada nirkompeten, bahkan sekedar tukang cerita,” cecarnya. Semestinya ilmuwan Barat itu mempelajari studi hadits secara jujur dan terbuka, alih-alih tendensius.
Sebagaimana halnya shahihain, yakni Imam Bukhari dan Imam Muslim, tentu saja tidak pernah menerima perawi nirkompeten atau tukang cerita. Dan para ilmuwan muslim itu memandang para sahabat, tabiin, dan tabiit-tabiin sebagai sosok yang pantang berdusta. NA RIYA ISON