null
GEMA JUMAT, 24 MEI 2019
Banda Aceh (Gema) – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menyatakan keprihatinan atas kerusuhan yang terjadi selama dua hari, 21-22 Mei yang terjadi di Jakarta. Kericuhan yang dilakukan oknum tak bertanggung jawab ini diharap dapat diusut hingga tuntas.
“Muhammadiyah mengecam kerusuhan yang terjadi pada 21-22 Mei 2019 di Jakarta. Tragedi ini harus diusut dan diselesaikan tuntas melalui jalur hukum yang berlaku,” ujar Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti di Kantor Pusat Dakwah Muhammadiyah, Kamis (23/5).
Abdul Mu’ti menegaskan, demokrasi hendaknya dilandasi dengan jiwa hikmah kebijaksanaan dan permusyawaratan. Namun semua ini dinodai oleh orang-orang yang anarkis dan tidak bertanggung jawab. Menurutnya, tindakan yang merusak ini telah merusak sendi-sendi kehidupan bernegara dan berbangsa.
Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut pemerintah telah mengambil langkah yang benar dan sebagaimana mestinya. Dalam menghadapi dinamika politik, pemerintah tetap seksama dan sesuai dengan hukum yang ada.
“Aparat keamanan Polri dan TNI di lapangan pun telah berusaha melaksanakan tugasnya dengan maksimal. Diharapkan tetap santun, profesional, dan tidak terpancing melakukan tindakan represif yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Haedar mengajak semua pihak untuk menciptakan suasana yang damai dan sejuk termasuk dalam penggunaan media sosial. Media sosial hendaknya menjadi saluran yang menciptakan suasana tenang dan tidak menyebarkan berita bohong (hoaks).
Kepada pihak yang menyuarakan aspirasinya, ia meminta agar dapat menahan diri dari berbagai tindakan kekerasan dan anarkis. Masih banyak permasalahan bangsa yang bisa menjadi perhatian dan menunggu untuk diselesaikan.
“Di bulan Ramadhan, lebih baik dimaknai dengan nilai luhur dan akhlak mulia. Jika aksi yang dilakukan lebih besar mudharatnya, lebih baik diakhiri. Percayakan masalah sengketa pemilu pada proses hukum,” ujar Haedar.
Dompet Dhuafa
Sementara Direktur Utama Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan membenarkan pihaknya telah menjadi korban kekerasan yang dilakukan oknum kepolisian di lokasi aksi 22 Mei lalu di Jakarta. Terkait itu, Dompet Dhuafa menyampaikan pernyataan sikap.
Pertama-tama, jelas Imam, Dompet Dhuafa menerjunkan tim medis ke lokasi tersebut atas dasar kemanusiaan serta selalu memegang teguh prinsip imparsial. Maka dari itu, keterlibatan tim medis Dompet Dhuafa dalam aksi unjuk rasa ini tidak didasari motivasi atau keberpihakan pada kelompok politik apa pun.
Karena itu, pihaknya tidak memahami, mengapa sampai tim medis Dompet Dhuafa justru menjadi sasaran kekerasan.
“Kami menyayangkan tindakan represif oknum kepolisian yang berlebihan terhadap tim medis dan relawan lembaga kemanusiaan yang hadir untuk membantu semua pihak, baik pengunjuk rasa, aparat keamanan, maupun masyarakat luas,” kata Imam Rulyawan.
Dia membenarkan telah terjadi tindakan represif oknum kepolisian terhadap tim medis Dompet Dhuafa pada Kamis (23/5) dini hari sekitar pukul 00.15 WIB di area Jl. Abdul Muis, Jakarta Pusat. Aksi represif oknum aparat itu telah menyebabkan tiga orang anggota tim medis Dompet Dhuafa mengalami luka-luka, sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Selain itu, dua kendaraan milik Dompet Dhuafa juga mengalami kerusakan.
“Kami meminta kepada Kepolisian dan TNI untuk memberikan akses yang seluas-luasnya dan perlindungan bagi tim kemanusiaan dan tim medis untuk membantu masyarakat yang membutuhkan pertolongan sesuai dengan Konvensi Jenewa 1949, khususnya Pasal 11, Pasal 24-27, Pasal 36, dan Pasal 37 tentang perlindungan terhadap petugas kesehatan,” papar Imam. – Smh/Rol