Murni hanyalah seorang duafa. Dalam keterbatasan ekonomi, warga Dusun Tgk. Ibrahim Gampong Lamkawe Kec. Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar ini ternyata sudah melaksanakan ibadah umrah dan berqurban pada Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1442 H yang baru berlalu.
Bahkan, ia sudah terdaftar sebagai calhaj pada tahun ini juga. Namun karena pandemi kerinduannya ke Tana Suci masih tertunda.
Sejak hidup bersama dengan suami pertama T. Faisal (wafat pada 2009), Murni mesti membantu mencari nafkah. Perempuan Kelahiran Lamkawe pada 21 Juli 1961 ini menggarap sawah milik orang lain. “Saya tidak punya sawah sendiri, hasil panen berbagi dengan pemilik sawah,” tuturnya, berbahasa Aceh.
Pernikahan keduanya dengan Tgk. Husin ZZ, ia masih tetap membantu dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Ia juga menerima jasa mencuci-gosok pakaian di beberapa rumah tetangga. Tatkala musim belimbing wuluh, dipetiknya lalu diolah menjadi asam sunti, yang akan dijual dan sebagian dipakai sendiri sebagai bumbu dapur.
Ia bukan perempuan karir. Tetapi hari-harinya ada saja kesibukan. Sejak puluhan tahun lalu ia menerima amanah memimpin dan membimbing pengajian anak-anak ba’da Maghrib. Ia akan memimpin wirid, zikir dan doa yang digelar warga setempat. “Memang saya diberi uang dari gampong tapi jumlahnya tidak seberapa,” sebutnya.
Keluarga tanpa anak ini tercatat sebagai penerima PKH dari aparat desa dan santunan duafa dari Baitul Mal Aceh. Ia pandai berhemat dan rajin menambah saldo buku tabungan.
Suatu ketika awal 2012, Juwita, sahabatnya yang baru pulang berhaji mengisahkan pengalamannya tentang indah dan nikmatnya berhaji. Juwita begitu takjub melihat Ka’bah di hadapannya. Saat berkisah ziarah ke makam Rasulullah dan tempat bersejarah lainnya sontak niatnya berhaji langsung lahir.
Apalagi Juwita ingin berhaji kembali. Keduanya mendaftar bersama melalui BPD Aceh (kini Bank Aceh), dengan biaya haji sebesar Rp. 25 juta. Sesuai waiting list mendapatkan giliran berangkat menunaikan rukun Islam kelima pada 2020.
Baginya berhaji adalah persoalan ibadah. “Saya berhaji bukan untuk jalan-jalan tetapi sebagai ibadah menunaikan rukum Islam Kelima sesuai perintah Allah Swt,” ungkapnya. Padahal syarat perintah ini, jika mampu maka ia bukan golongan yang dimaksud.
Pada tahun 2019, Juwita menyampaikan kabar gembira. Keduanya akan berangkat haji pada 2021. Namun tak sempat Murni melaksanakan manasik haji, pandemi Covid-19 yang mewabah sejak 2020 masih mengganas, ibadah haji Murni yang duafa tahun ini tertunda. Karena sesuai domain Saudi, pelaksanaan ibadah haji dilakukan dengan jamaah sangat terbatas.
Ia sempat kuatir batal beribadah haji karena merebaknya isu, biaya ONH telah dipakai untuk pengadaan infrastruktur oleh pemerintah.
Hajinya tahun ini jelas tertunda. Ada rahasia Allah atas keikhlasannya mengajar al Qur’an dan ilmu agama. Murni yang hanya berpendidikan sekolah dasar mendapatkan rezeki umrah dengan mudah.
Pada 2018 lalu ia melaksanakan umrah bersama ibunya, Nabeut Ibrahim. Ibunya yang merupakan janda veteran mengajak dan menanggung biaya umrah. “Saya merasa kasihan bila biaya umrah ditanggung Emak sepenuhnya. Tapi karena emak juga perlu kawan, akhirnya saya menerima dan menambah biaya separuh,” sambungnya.
Dan pada Selasa, 20 Juli, ibunya yang tinggal bersamanya, kembali membiayai qurban atas nama sendiri dan Murni, anaknya ketiga dari lima bersaudara. (NA. RIYA ISON)