BreakingNews

Nasib Masjid Madinah Japakeh Kini

GEMA JUMAT, 26 JANUARI 2018 Dua ekor kambing nampak asik memakan rumput di lahan yang dipetaki tali rafi a hitam. Luasnya sekitar 50 x 40 meter. Rumput-rumput itu tumbuh di antara kerikil-kerikil. Lahan tersebut berdekatan dengan kawasan persawahan warga. Nikmat sekali rasanya berada di kawasan itu. Begitulah kondisi lahan bekas bangunan Masjid Madinah Japakeh. Berdekatan … Read more

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

GEMA JUMAT, 26 JANUARI 2018
Dua ekor kambing nampak asik memakan rumput di lahan yang dipetaki tali rafi a hitam. Luasnya sekitar 50
x 40 meter. Rumput-rumput itu tumbuh di antara kerikil-kerikil. Lahan tersebut berdekatan dengan kawasan persawahan warga. Nikmat sekali rasanya berada di kawasan itu. Begitulah kondisi lahan bekas bangunan Masjid Madinah Japakeh. Berdekatan lahan itu, terdapat makam Tgk Japakeh.
Tepat di sisi bangunan tua masjid lama. Namanyalah yang ditabalkan sebagai nama masjid yang terletak di Gampong Dayah Kruet, Kemukiman Kuta Baroh, Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya.
Dalam sebuah sumber disebutkan, Tgk Japakeh berasal dari Madinah. Sementara sumber lain mengatakan dari India da nada juga mengatakan dari Faqih, Turki. Sedangkan nama aslinya adalah Tgk Jalaluddin.
Dikutip dari teropongaceh. com, Tgk Japakeh berasal dari Khoja Faqih, Turki. Orang-orang di Negeri Meureudu suka memanggilnya dengan nama yang singkat kemudian disertai dengan nama daerah asalnya. Jalaluddin dipanggil dengan nama “Ja” sementara Fakih orang Aceh menyebutnya “Pakeh” sehingga Tgk Jalaluddin Faqih dipanggil dengan nama Tgk Japakeh yang bermakna Tgk Jalaluddin dari Faqih.
Tgk Japakeh pernah menjadi penasihat militer yang Sultan Iskandar Muda saat memerangi Portugis di Selat Malaka tahun 1629. Ia juga pendiri pusat pendidikan militer kerajaan di Raweu di Negeri Meureudu. Pelatih tentara kerajaan di pusat pendidikan militer itu merupakan orangorang yang dikirim dari Turki oleh khalifah Usmaniyah.
Masjid Madinah dibangun oleh Tgk Japakeh pada tahun 1623 Masehi. Masjid yang didirikannya ini menjadi salah satu masjid tertua di Aceh. Tgk Japakeh wafat tahun 1650.
Seiring perkembangan zaman, masjid yang didirikan Tgk Japakeh tidak mampu lagi menampung kapasitas jamaah. Masyarakat pun berinisiatif membangun masjid baru dengan nama yang sama. Sayangnya, baru sekitar delapan tahun digunakan, masjid itu pun mengalami kerusakan parah akibat gempa pada 7 Desember 2016.
Dalam dua minggu, dua beko benar-benar meratakannya. Potongan-potongan bangunan dipindahkan ke sudut kompleks masjid. Tingginya sekitar tiga meter. Hanya tersisa kubah masjid. Masyarakat pun beralih ke bangunan masjid lama. Bangunannya semi permanen.
Lembaga pemerintah maupun NGO (Non-Government Organization) berdatangan ke sana. Melakukan survei dengan peralatan canggih. Mereka berjanji akan membangun kembali masjid yang sudah roboh itu. Harapan yang mereka berikan setidaknya mengurangi kesedihan warga. Namun, sekarang nomor kontak mereka tidak aktif. Pemerintah pun tidak memberikan kepastian.
Jumat pertama pascagempa, khatib Jumat Tgk Anwar Ahmad, matanya sempat berkacakaca mengenang perjuangan
pembangunan masjid. Terkadang suaranya terputus-putus dan berat. “Mungkin kalau tidak ada musibah, maka arah kita salat di dalam masjid akan miring selamanya,” ujarnya mencoba menghibur diri beserta jamaah Jumat.
Memang, beberapa waktu sebelumnya, terjadi pengakuratan arah kiblat. Sehingga, pengurus masjid menginstruksikan penarikan garis saf salat. Akibatnya, bila dipandang, jamaah masjid berdiri miring, kontras dengan bentuk bangunan masjid.
Menggalang dana sendiri
Adalah Tgk Mustaqim, salah satu pengurus Masjid Madinah menjelaskan, masyarakat sudah lelah menunggu bantuan dana. Mereka tidak tahu lagi harus berharap ke mana. Padahal, tidak berselang beberapa lama pascagempa, sudah dilakukan pendataan masjid rusak.
Ia menuturkan, berdasarkan Rencana Anggaran Biaya (RAB), biaya yang dibutuhkan untuk membangun kembali bangunan masjid baru mencapai Rp 5 miliar. “Mau cari sebesar itu, tidak mampu lagi berharap kepada siapa pun, melainkan kepada para dermawan,” ujar lulusan jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi  Bisnis Universitas Syiah Kuala itu dengan nada sedih.
Terkadang ia merasa cemburu melihat masjid-masjid di kawasan lain yang sudah dibangun. Umumnya masjid itu berada di pinggir jalan. Sebenarnya, ada satu lembaga menawarkan diri menjadi donator pembangunan Masjid Madinah hingga selesai. Itu pun dengan biaya Rp 300 juta. Dana yang sangat sedikit. Selain itu, ada beberapa persyaratan harus dipenuhi, lembaga tersebut minta dipublikasikan ke media-media di Aceh.
Bersama masyarakat, sekarang sudah dilakukan penggalangan dana melalui facebook dan grup WhatsApp dengan membentuk forum Kuta Baroh Peduli Mesjid. Sampai sekarang, jumlah dana ke rekening, saldonya sekitar Rp 200 juta dari para dermawan.
Ia berharap, masyarakat yang memiliki kelebihan harta, mau mendonasikan sebagian kekayaannya ke rekening Bank Republik Indonesia (BRI) Unit Meureudu 39700-06663- 537 atau bisa menghubungi Tgk Anwar Ahmad di nomor 085260648989. Furqan

Dialog

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Program Aceh Hebat Dianggarkan dalam APBA 2018

Gema, 02 April 2018 Baiturrahmanonline.com (Banda Aceh) — Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) Tahun 2018 telah disahkan sebesar Rp 15.084.003.946.127 triliun. Komposisi anggaran tersebut

MIUMI Minta Polisi Hukum Sukmawati

Gema, 04 April 2018 Baiturrahmanonline.com (Banda Aceh) – Menyikapi puisi “Ibu Indonesia” yang dibacakan oleh Sukmawati Soekarno Putri, yang menimbulkan kontroversi dan penentangan dari umat Islam,

Tolak Bala

GEMA JUMAT, 27 MARET 2020 Oleh: Nurjannah Usman Assalamualaikum warahmatuhu Saleum keu abu serta saudara Saleum uloen bri wareh loen tuju Walau tan deuh sue

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman