JUM’AT, 24 JANUARI 2020 M
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail,MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan?Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”
(QS. Muhammad 22-23)
Pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang hubungan antara niat ingin berjihad dengan keimanan, yaitu apabila keimanan telah menguasai jiwa seseorang, maka keinginan untuk berjihad adalah sesuatu yang biasa karena merupakan manifestasi dari keimanan. Semakin tinggi keimanan maka urusan jihad adalah urusan yang bukan berat. Mereka akan memenuhi panggilan jihad tersebut dengan sepenuh jiwa dan segenap hati. Demikian juga sebaliknya, apabila keimanan sangat rendah, maka sifat munafik dan ketakutan terhadap jihad akan tampak dalam gerak langkah mereka. Orang-orang munafik cenderung menghindar dan berlari jika diperintahkan untuk berjihad fisik.
Dalam ayat ini disebutkan, bahwa orang-orang yang disebutkan di atas, apabila mereka mendapatkan kekuasaan atau kemampuan untuk berkuasa, maka mereka akan melakukan kerusakan di muka bumi. Orang-orang yang imannya tidak kuat, akan kembali kepada kondisi mereka ke masa jahiliyah, yaitu kecenderungan mereka untuk memutuskan silaturrahmi dengan kerabatnya, melakukan perbuatan-perbuatan tercela dalam bingkai sosial masyarakat dan sebagainya.. Intinya adalah mereka yang berpaling dari ketaatan kepada tuhan, tingkah lakunya lebih cenderung kepada keburukan daripada kebaikan.
Konsekuensi dari rusaknya cara mereka berpikir dan masyarakat tersebut tidak hanya pada diri mereka dengan masyarakat sosial di antara mereka, namun juga sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas, bahwa Allah melaknati diri mereka, kehidupan mereka.
Kemudian Allah SWT menjelaskan bahwa orang-orang tersebut dibutakan hatinya dari kebenaran, dikosongkan jiwanya dari fitrah kebenaran, dituliskan telinganya dari yang hak, sehingga dibiarkan melakukan segala kerusakan dengaan sesuka hatinya. Na’udzu billahi min dzalik…
Lalu, apabila sudah dilaknat oleh Allah SWT, apa yang tersisa dari pengharapan mereka? Tidak ada. Tidak ada tempat untuk mengadu lagi, jika yang telah menjadi ‘musuh’ adalah Allah SWT. Tidak akan mendapatkan kemenangan lagi, tidak ada gunanya kehidupan di dunia terlebih di akhirat. Begitulah akhir dari perjalanan orang-orang munafik yang berpaling dari ayat Allah SWT, tidak diberikan petunjuk dan hidayah di dunia, dibiarkan dalam gelapnya maksiat dan bergelimang dengan perilaku-perilaku yang berlawanan dengan agama.