Setiap tanggal 10 November, rakyat Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hari bersejarah ini merujuk pada Sabtu, 10 November 1945, bertepatan dengan 4 Zulhijah 1364 H, yakni terjadi pertempuran dahsyat di Surabaya, antara tentara Indonesia dan pasukan Inggris.
Pertempuran Surabaya tidak lepas dari Resolusi Jihad yang dikeluarkan di Kampung Bubutan, Surabaya pada 22 Oktober 1945. Pekikan takbir oleh Bung Tomo dalam setiap pidatonya membakar semangat perjuangan arek-arek Surabaya. Takbir Bung Tomo dalam pidato di siaran radio membuat hati yang non-Muslim bergetar dan turut berjuang.
Pahlawan di masa lalu adalah yang mengangkat bedil, membawa bambu runcing, rencong dan sebagainya. pahlawan yang membela daerahnya dari kaphe-kaphe yang hendak menguasai wilayahnya dan menghambat dakwah Islam. dengan semangat jihad fisabilillah, umat Islam berjihad menghalau serdadu-serdadu bayaran dari kolonial Belanda, Jepang dan seterusnya.
Kelak yang memimpin perjuangan dianugerahan gelar Pahlawan Nasional setiap tahun yang diserahkan pada 10 November. Yang menerima gelar itu masih sedikit dibandingkan yang belum menerima. Mereka adalah yang tidak tercatat dalam sejarah dan sebagainya namun terpatri di sanubari warga.
Pahlawan itu ada hadir setiap masa dalam berbagai kondisi. Kita bisa belajar dari semangat warga yang dengan keikhlasan dan kejujuran dalam bekerja. Pada Jumat, 29 Oktober lalu, seorang perempuan cleaning service di di Bandara Soetta yakni Halimah menemukan cek bernilai Rp35,9 M, paspor dan lain-lain. Temuan itu dilaporkan ke Supervisor Aviation Security saat itu. Halimah menyerahkan dompet tersebut tanpa memeriksa isinya terlebih dahulu.
Ternyata dalam dompet itu ada 4 buku tabungan, 1 paspor dan dua cek total senilai Rp35,9 M yang sudah diteken. Kejujuran Halimah ini pun mendapat apresiasi dari PT Angkasa Pura Solusi. Pemilik cek itu adalah pengusaha Sunardi. Buah manis kejujuran Halimah, Cleaning Service Bandara Soetta diganjar naik pangkat menjadi Supervisor Petugas Kebersihan.
Pahlawan kejujuran juga terjadi di Masjid Oman Al-Makmur, Lampriek, Banda Aceh. Seorang mualaf Insyafuddin uang menemukan uang ketika dia sedang membaca Al Quran di masjid. Secara tidak sengaja dia melihat tas berisikan uang dan langsung diserahkan tas itu kepada pengurus masjid.
Kejujuran Insyafuddin mendapat perhatian dari Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto yakni memberi hadiah unit sepeda motor yang diterimanya di Banda Aceh pada awal November yang diserahkan oleh Ketua DPD I Partai Golkar Aceh TM Nurlif. Insyafuddin masih hidup kekurangan. Selama ini, mualaf itu tidur di teras.
Sebelumnya seperti dilansir dari laman Masjid Oman Al-Makmur, mualaf dari Sumut merantau ke Aceh untuk bekerja. Namun, saat ini ia sudah tidak memiliki pekerjaan sama sekali. Sehari-hari ia tinggal di Masjid Oman Al-Makmur. Untuk makan pagi, dia shalat di Masjid RSUZA karena tersedia sarapan di sana untuk jamaah yang tidak mampu.
Pada siang, dia berjalan kaki dari Lampriek ke Masjid Taqwa Muhammadiyyah Merduati untuk mendapatkan nasi bungkus gratis. Kini atas kejujurannya itu, pengurus Masjid Oman Al-Makmur memberikan ruangan khusus untuk dirinya tinggal di masjid tersebut. Dia juga diberikan pekerjaan sebagai petugas kebersihan masjid guna memiliki penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya.
Dari Halimah dan Insyafuddin dan lain-lain yang tidak viral di media sosial, kita bisa belajar bahwa kejujuran mereka akan berbuah kebaikan. Di dunia ini, masih lebih banyak orang berhati mulia daripada yang kikir bin pelit. Pada hakikatnya kejujuran mereka adalah sosok pahlawan kehidupan bagi siapa pun. [Murizal Hamzah]