GEMA JUMAT, 09 FEBRUARI 2018
Dr. H. Syukri Muhammad Yusuf, MA
Sehari-hari Dr. H. Syukri Muhammad Yusuf, Lc, MA berpenampilan cukup sederhana, murah senyum dan terkesan friendly, meskipun hampir tidak cukup waktu baginya untuk beristirahat karena kesibukan baik kerja rutin sebagai abdi negara maupun insan sosial. Lelaki kelahiran Snb. Muku, Idi Rayeuk 17 Agustus 1970 sejak menyelesaikan program Doktoral Fakultas Syariah jurusan Ushul Fiqh, Universitas OIU Sudan (2008), kini semakin sibuk dengan berbagai aktivitas baik mengisi pengajian tetap bakda Magrib di sejumlah masjid dalam Kota Banda Aceh maupun seminar, khutbah, ceramah, tutor pelatihan dan talkshow di media massa.
Pengalaman kerja dimulai pada 1999 – 2004 sebagai asisten dosen mata kuliah Fiqh dan Ushul Fiqh pada Fakultas Adab IAIN Ar-Raniry usai menyelesaikan program pendidikan S2 Syariah, Universitas Islam Omdurman, Sudan (1998). Dalam tahun yang sama sebelum melanjutkan program S3 ke negara yang sama, suami dari Salwati M. Jamil SAg ini juga ditetapkan sebagai dosen Luar Biasa mata kuliah Fiqh, Ushul Fiqh, Qawaid Fiqh, Tafsir, Bahasa Arab, Sejarah dan Ahwal Syakhshiyah IAIN Ar-Raniry.
Selain mengajar di IAIN Ar Raniry, ayah empat putra-putri ini aktif sebagai dosen di berbagai Perguruan Tinggi dan lembaga pendidikan lainnya seperti Unida, STAI-PTIQ, ST KIP AN-NUR Banda Aceh, Akademi Dakwah Islamiyah Dewan Dakwah Islam Indonesia dan sebagai pimpinan Dayah Terpadu Darul Ihsan Tgk. H. Hasan Krueng Kalee, Aceh Besar. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir, ia dipercayakan sebagai salah seorang Pelatih dan Dewan Hakim Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Tingkat Provinsi Aceh bidang Tafsir Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia.
Saat memberi tausiyah di Masjid Syuhada Lamgugob Banda Aceh pada malam gerhana bulan total Rabu 31 Januari lalu, ia mengingatkan ummat agar memperbanyak zikir dan taubat. Karena sesungguhnya setiap terjadinya gerhana, bukan hanya diartikan sebagai fenomena alam belaka, tetapi menyimpan misteri dan rahasia Allah yang tidak diketahui manusia. “Mari kita mengagungkan Allah dan beristighfar kepadaNya, semoga kita dijauhkan dari malapetaka, karena boleh jadi sering terjadinya gerhana, sebuah tanda bahwa kiamat semakin dekat,” ajak pria yang punya moto hidup : Islam itu Rahmat.
Kabid Bina Hukum Syariat Islam dan Hak Azasi Manusia pada Dinas Syariat Islam Aceh ini mengatakan, soal akidah hendaklah dibawa mati, karena sangat mahal nilainya di sisi Allah SWT dan merupakan kunci bagi seseorang menuju surga. “Maka apapun risiko yang kita hadapi dalam hidup ini jangan pernah gadaikan aqidah demi kepentingan duniawi yang sesaat,” ujarnya menutup pembicaraan dengan Gema. (Baskar)