Oleh Hayatullah Pasee
Di era moderen ini, dakwah tidak hanya dapat dilakukan melalui mimbarmimbar usang. Akan tetapi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik menjadi wadah yang sangat tepat untuk menyampaikan kalam Ilahi.
Seiring berjalan waktu, media massa lahir dalam bentuk website, blogspot, wordpress, dan berbagai media sosial. Media model ini memiliki pengaruh yang kuat, pasalnya informasi dapat tersampaikan dengan instan dan cepat. Pembaca tidak harus menunggu esok hari untuk membaca kejadian hari ini.
Artinya, media website ini juga menjadi kunci kesuksesan berdakwah bil qalam. Kalau merujuk kepada Alquran, wahyu yang pertama diturunkan Allah kepada Muhammad SAW ialah Al-Alaq 1-5: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan perantara kalam ialah Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Pada awalnya, tradisi tulis menulis merupakan tradisi qur’ani (Islam). Setiap
kali Rasulullah Saw menerima wahyu dari Allah beliau memerintahkan kepada para sahabatnya yang mampu membaca dan menulis untuk mendokumentasikan wahyu. Menulis juga merupakan kebiasaan para ulama dan cendikiawan muslim. Ali bin Abi Thalib ra. Pernah berkata: “Ikatlah ilmu dengan menulisnya.”
Nah, kenyataan hari ini media-media yang digunakan untuk berdakwah justru ditutup oleh pemerintah. Semenjak Jokowi menjadi presiden Republik Indonesia dan kebijakan kabinetnya yang berkaitan dengan Islam selalu mendapat protes keras. Mengapa tidak, agama Islam seakan-akan dijad kan momok yang sangat menakutkan.
Ketika media Islam ditutup, sama halnya dengan membungkam atau menghambat aktivitas dakwah melalui tulisan. Sementara situs porno yang dapat merusak moral tidak menjadi prioritas di era presiden sekarang. Kezaliman terhadap kelompok mayoritas nampak secara terang-terangan. Sedikit saja orang Islam memprotes kebijakan Jokowi, langsung dicap radikal, Islam garis keras, bahkan sampai kepada klaim teroris.
Nauzubillah. Kenyataan-kenyataan ini bisa terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama ummat Islam yang terlalu toleransi selama sehingga keluguan itu diamanfaat oleh yang punya misi melemahkan Islam. Yang kedua boleh jadi ummat Islam yang tidak lagi bersatu memperjuangkan kalimat Allah. Buktinya hanya sedikit beda faham dalam ibadah sudah saling mengkafirkan. Masalah qunut Shubuh bisa berakibat pisah masjid.
Mungkin inilah masan ya seperti disabdakan Nabi, bahwa di akhir zaman ummat Islam itu seperti buih di laut. Mereka berjumlah banyak tapi tidak ada kekuatan. Ummat Islam dengan mudah dipatahkan musuh dan mudah diadudomba oleh musuh-musuh Islam.
Oleh karena itu, mari ummat lslam bangkit membela agama Allah. Jangan biarkan musuhmusuh Islam mencabut Quran di dada-dada ummat Islam dengan berbagai daya upaya. Ummat Islam harus kuat.