GEMA JUMAT, 9 MARET 2018
oleh: Prof. Dr Syamsul Rijal, M.Ag, Guru Besar Ilmu Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry
Allah swt berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”. (QS. Al-Anfal: 27)
Manusia adalah makhluk spektakuler dia penerima amanah, mimimpin bagi dirinya sendiri, memimpin bagi makhluk lainnya. Pendelegasian amanah telah ditolak oleh makhluk lainnya, di sisi lain manusia dengan potensi ketergesa-gesaan yang dimiliki menerima amanah.
Amanah itu sangat bersinar dan berkilau bagi kehidupan manusia, laksanakan kilauan emas jika terjaga maka memberi sinar makna yang bagus, amanah yang terjaga mengangkat derajat kemanusiaan itu sendiri. Amanah itu bagaikan air jernih jika amanah terpelihara maka kesejukan dalam berkehidupan akan melekat pada diri manusia.
Manusia beriman pada jati dirinya terpatri nilai amanah, amanah dari Allah dan RasulNya tidak akan pernah dilhianatinya, setiap esensi amanah dalam berkehidupan diterima dengan responsibility prima tidak akan mengabaikannya itulah karakter keberimanan prima.
Ibnu Katsir memberikan gambaran bahwa amanah meliputi pembebanan hukum, pembeban mana diterima untuk dilaksanakan sebagai bentuk perintah untuk dipenuhi serta larangan untuk dijauhi dengan segala konsekuensinya. Pembebanan itu ketika ditunaikan akan mendapatkan ganjaran pahala dan jika diabaikan tentunya akan mendapatkan hukuman dalam bentuk siksaan.
Secara empiris amanah itu terintegrasi pada setiap kepribadian. Setiap orang pada dirinya itu adalah sebuah amanah, apa yang melekat secara anatomi bagi dirinya itu adalah amanah yang harus berjalan dalam redhaNya. Manusia punya kaki, punya tangan, punya akal serta mata hati dan seluruh anggota tubuh lainnya itu adalah amanah. Demikian juga semua prihal material yang melekat oada usaha dirinya dalam berkehidupan adalah sebuah entitas amanah juga yang harus dijaga dan atau harus difungsikan hanya menuju jalan redha Allah SWT.
Pada saat seseorang memelihara amanah eksistensi dirinya dan segala bentuk apapun yang melekat kepada dirinya baik berupa material, keilmuan, tanggung jawab kepemilikan, tanggung jawab pekerjaan dan apa saja yang melekat kepada diri seseorang itu adalah amanah.
Pengelolaan prihal semua itu menjadi kepemimpin responsibility bagi diri dan apapun yang melekat padanya. Atas dasar ini jugalah setiap orang menjadi pemimpin terhadap dirinya sendiri. Setiap anda adalah pemimpin dan setiap pemimpin itu akan dimintai pertanggungjawabannya.
Kemana usia yang anda gunakan, kemana kesehatan yang anda miliki, kemana ilmu anda terapkan itu memintai tanggung jawab dan transformasi tanggung jawab ini menjadi lentera kehidupan sebagai kepemimpinan diri sendiri.
Terkait kepada beban tugas yang diterima juga harus diaplikasikan dalam realitas yang menuntut tanggung jawab kepemimpinan itu sendiri. Bagi setiap pemimpin yang memiliki komitmen keberimanan tentu saja menunaikan amanah itu menjadi bagian integratif dari berkehidupannyq sehingga tidak perlu merasa terbebeni.
Dalam realitas merealisasikan kepemimpinan seseorang itu dituntun untuk bijak menunaikan amanah yang diterimanya. Proses transformasi amanah itu bisa saja diserta dengan pengetahuan bagaimana dalam sebuah pengorganisasian penerima amanah tidak bekerja sendiri namun mampu mendelegasikan dengan cerdas dari amanahnya sehingga lahirkah dia sebagai pemimpin transformatif.
Bagaimana setiap sosok pemimpin yang dengan tulus dan cerdas memberikan kewenangan kepada bawahannya untuk melakukan apa yang dilakukan olehnya sebagai pimpinan dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan apa yang dilakukan kepada bawahannya dengan sikap bahwa pemimpin itu memahami bahwa bawahannya siap menjalankan apa yang diinginkan olehnya.
Sikap kepemimpinan seperti jni adalah mereka penjaga amanah yang diterimanya namun tidak merasa angkuh atau lebih pintar dari mereka yang dipimpinnya. Pemimpin transformatif plus penjaga amanah sepertinya dinantikan kehadirannya dalam sosio-religi kehidupan zaman-now.
Rasulullah SAW bersabda: “Empat perkara yang jika engkau pelihara baik-baik, kayalah engkau walaupun banyak kemegahan dunia yang tidak engkau capai, yaitu: Memelihara amanat, berkata jujur, perangai yang baik, mengendalikan kerakusan makan”. (HR. Ahmad).
Peliharalah amanah yang anda terima, jadilah pemimpin transformatif yang memelihara amanah secara bijak, sikap seperti jni tidak akan pernah terlupakan dan bahkan menjadi pelaksana aktifitas menuju sukses dan dikenang serta dihormati oleh komunitas di mana anda memimpin. Penjaga amanah adalah mereka yang kaya jiwa dan merekalah pembawa sinar berkehidupan dalam atsmosfir kebahagiaan. Wallahu a’lam bi al-shawab.
Khatib Guru Besar Ilmu Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Falsafat UIN Ar-Raniry

