Gema JUMAT, 15 Januari 2016
Banda Aceh (Gema)-Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Iskandar Zulkarnaen mengatakan, Dispora memiliki sejumlah misi. Di antaranya menciptakan pemuda Aceh yang melestarikan nilai budaya Aceh dalam setiap aktivitasnya dengan berlandaskan nilai-nilai Dinul Islam. “Pemuda Aceh harus berlandaskan Dinul Islam dan berdaya saing tinggi,” katanya.
“Kreatifi tas dan kepribadian pemuda mesti dipupuk. Gunanya untuk mengisi pembangunan berkelanjutan,” kata Iskandar pada Seminar Dunia Melayu “Pentingnya Peningkatan Kualitas sumber Daya Manusia (SDM) Pemuda Menuju Dunia Islam Cemerlang” di Aula Mahkamah Syar’iyah, Banda Aceh, (9/1/2016).
Ia menambahkan, Dispora memiliki 11 isu strategis yang dimasukkan dalam RPJM dan Renstra 2012-2017. Beberapa isu tersebut seperti rendahnya kewirausahaan pemuda, masih terbatasnya keterampilan kepemudaan dan belum tersedianya regulasi yang mengatur tentang kepemudaan di Aceh.
Kemudian, rendahnya peran serta pemuda dalam pembangunan. Belum maksimalnya organisasi pemuda dalam pembinaan kepemudaan. Persoalan lainnya, jelas Iskandar, rendahnya peranserta pemuda dalam pembangunan. Organisasi pemuda belum maksimal melakukan pembinaan kepemudaan. “Anggaran untuk kegiatan kepemudaan juga masih sangat minim,”pungkasnya.
Kondisi pemuda Iskandar menambahkan, kesadaran pemuda tentang moral spiritual, wawasan kebangsaan, nasionalisme, patriotisme dan mitigasi bencana masih rendah. Kualitas lulusan perguruan tinggi masih kurang serta rendahnya daya saing pemuda.
“Namun permasalahan dan tantangan yang dihadapi pada tahun 2016 perlu disikapi melalui peningkatan partisipasi dan peran aktif pemuda dalam berbagai bidang pembangunan,” tuturnya.
Menurutnya, terdapat empat hal yang harus dilakukan untuk membangun sektor kepemudaan. Misalnya, meningkatkan character building melalui konsolidasi dan revitalisasi gerakan kepemudaan dan kepramukaan. Meningkatkan penguasaan teknologi, jiwa kewirausahaan, dan kreativitas pemuda.
Selanjut, meningkatkan partisipasi pemuda dalam kegiatan kesukarelawanan, organisasi kepemudaan, organisasi kepelajaran, organisasi kemahasiswaan, kewirausahaan, kepemimpinan dan kepeloporan pemuda.
Dan mengembangkan sarana dan prasarana kepemudaan seperti sentra pemberdayaan pemuda (youth centre), gelanggang remaja ataupemuda, serta pusat pendidikan dan pelatihan pemuda.
Ekonomi zakat
Sementara Kepala Baitul Mal Aceh Dr Armiadi Musa MA mengatakan, prinsip utama zakat untuk mengentaskan sumber-sumber kemiskinan secara mendasar. Tujuannya, melapangkan hidup manusia, melepaskan dari kesulitan dan memutus mata rantai kemiskinan. “Potensi zakat Aceh mencapai Rp 1,4 triliun,” katanya.
“Penyaluran zakat harus mengedepankan pendekatan aspek produktif, sehingga zakat tidak kehilangan fungsi vitalnya sebagai pilar pembangunan ekonomi ummat,” terang Armiadi. Dalam hal pengembangan SDM, zakat harus mampu mengubah posisi seorang pemuda menjadi lebih baik.
Untuk pemberdayaan zakat, katanya, disalurkan dalam bentuk konsumtif dan produktif. Zakat produktif mencakup modal usaha, beasiswa dan pelatihan. “Tujuan pembinaan dan pemberdayaan SDM pemuda melalui bantuan beasiswa dan pelatihan ditujukan untuk menekan jumlah angka pengangguran di Aceh,” kata Armiadi.
Kata dia, zakat membantu pemulihan ekonomi untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Program pemberdayaan zakat juga dapat membentuk pemuda muslim yang bertanggungjawab, mampu mengembangkan usaha demi kelangsungan hidup atau keluarga. “Dana zakat dapat melatih keterampilan dan pendidikan pemuda Aceh,” katanya. Zulfurqan