Pendidikan Karakter Generasi Digital

Gema JUMAT, 5 Februari 2016 DewaSa ini, anak-anak prasekolah sudah terbiasa bereksperimen dengan Smartphone, tablet, dan laptop. Fenomena seorang Ibu atau Ayah memberikan handphone untuk melalaikan anaknya sudah biasa kita lihat. Bahkan, sehari saja tanpa gadget seolah dunia sudah kiamat. Hal ini wajar adanya, karena mereka adalah generasi yang lahir di era teknologi canggih. Namun, […]

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Gema JUMAT, 5 Februari 2016
DewaSa ini, anak-anak prasekolah sudah terbiasa bereksperimen dengan Smartphone, tablet, dan laptop. Fenomena seorang Ibu atau Ayah memberikan handphone untuk melalaikan anaknya sudah biasa kita lihat. Bahkan, sehari saja tanpa gadget seolah dunia sudah kiamat. Hal ini wajar adanya, karena mereka adalah generasi yang lahir di era teknologi canggih. Namun, orangtua tetap mempunyai tanggungjawab membekali anaknya dengan karakter yang baik.
Persoalan mendidik karakter generasi digital masih merupakan sebuah tantangan besar. Karakter generasi digital dituntut untuk selalu up to date dengan teknologi yang baru muncul. Mereka mudah beradaptasi dengan perubahan, berpikiran global, belajar cepat, dan dapat melakukan banyak pekerjaan dalam waktu yang bersamaan (multi-tasking). Alat-alat teknologi canggih merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup mereka.
Dengan kemajuan teknologi Web 2.0, seperti Google, Yahoo, Blog, YouTube, Wikipedia, dan Facebook, murid bisa jadi mempunyai pengetahuan lebih daripada gurunya. Jadi prinsip utama pendidikan generasi digital telah merubah nilai dimana murid belajar dari gurunya dan guru belajar dari muridnya. Smartphone menjadi kebutuhan utama untuk mengakses informasi dan symbol pergaulan sosial anak. Hadirnya e-learning, search engine, website, dan sebagainya telah mengubah pola belajar menjadi tak terbatas pada ruang dan waktu.
Kewajiban orang tua adalah membimbing anak tentang manfaat teknologi. Meski anak-anak lebih menguasai penggunaan teknologi dibandingkan orang dewasa, bukan berarti mereka tidak butuh perhatian kita. Boleh jadi mereka memiliki pengetahuan luas dibandingkan generasi sebelumnya, namun mereka tetap membutuhkan bimbingan dari orangtua. Orangtua dan guru bertanggung jawab untuk memilah peran teknologi sebagai alat bantu belajar di rumah maupun di sekolah. Anak perlu dirangkul dengan baik di dunia nyata supaya mereka tidak terperangkap di dunia maya. Agar dapat memainkan perannya dengan baik, orangtua dan guru diharapkan dapat menyelami cara anak-anak belajar saat ini. Sebenarnya, kunci utama pendidikan abad 21 bukanlah mengontrol anak dengan ketat. Namun lebih kepada membimbing mereka menggunakan teknologi dengan benar. Untuk mencegah anak-anak tenggelam dalam dunia maya adalah dengan membiasakan mereka berbaur bersama anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Dalam pandangan Islam, pendidikan utama berada di lingkungan keluarga. Orangtua memainkan peran yang signifikan dalam mendidik generasi yang kuat mental dan fisiknya. Firman Allah SWT, “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Q.S. An-Nisa’: 9).
Merujuk kepada Surat Luqman, proses pembinaan anak dalam keluarga dimulai dengan ketauhidan (31: 13), ibadah (31: 17), akhlaq (31: 18), dan mentalitas kepemimpinan (31: 19). Oleh karena itu, orangtua harus mampu menciptakan lingkungan keluarga yang baik bagi si anak dan menghindari pergaulan yang tidak kondusif bagi perkembangan jiwanya.
Untuk mendidik generasi sekarang, Mike Ribble dalam tulisannya Fostering Digital Citizenship (2013) menawarkan konsep Digital Citizenship atau Kewarganegaraan Digital. Konsep ini menyarankan para guru, orangtua, dan pakar teknologi untuk menggunakan teknologi sewajarnya.
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks modern sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang melanda dunia anak-anak sekarang. Masalah-masalah sosial berupa pergaulan bebas, kekerasan terhadap anak, kejahatan terhadap teman, penyalahgunaan obat-obatan, dan pornografi semakin meningkat.
Menurut Pusat Kurikulum, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (2009), ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter anak-anak Indonesia yang perlu dikembangkan, yaitu: Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja Keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, dan Tanggung Jawab.
Oleh Karena itu, pendidikan karakter sangat penting untuk mempersiapkan generasi yang berkualitas. Untuk membantu pembentukan karakter yang optimal, maka diperlukan metode pembelajaran yang sesuai. Orangtua dan guru memainkan peran penting dalam memberikan keteladanan dan pembiasaan menggunakan teknologi dengan baik dan benar, baik di rumah maupun di sekolah. Wallahu a’lam.
 

Dialog

Khutbah

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Program Posyandu

PT.Pertamina (Persero) MOR l TBBM Krueng Raya Salurkan CSR Program Revitalisasi Posyandu Krueng Raya (Kamis, 20/9/2018), PT Pertamina (Persero) bersama Rumah Zakat Launching Program Pertamina

Haba Pilpres

GEMA JUMAT, 1 FEBRUARI 2019 Dalam dunia politik ada motto yakni tidak ada lawan dan kawan yang abadi. Semua bisa berubah jika sudah memiliki kepentingan

Pengurus IPEMI Dilantik

GEMA JUMAT, 26 JULI 2019 Banda Aceh – 36 orang pengurus baru Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Pengurus Wilayah Kota Banda Aceh periode 2019-2024 resmi

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman