Masjid Raya Baiturrahaman (MRB) salah satu obyek wisata yang ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah dan mancanegara. Ditambah lagi, setelah renovasi besar-besaran yang dilengkapi dengan payung elektrik, masjid yang didirikan tahun 1612 itu mampu menampung jamaah sekitar 24.000.
Ramainya jamaah yang berkunjung ke MRB setiap waktu, mengharuskan pengelola masjid sigap menjaga kondisi dan lingkungan masjid tetap dalam kondisi bersih dan tertib, terutama saat shalat jamaah berlangsung.
Mobil pembersih
Tersedianya enam mobil pembersih lantai sejak tahun 2017 lalu yang dihibahkan oleh Waskita kepada MRB menjadi salah satu fasilitas MRB yang mendukung kebersihan dan kesucian masjid.
Kasubbag Tata Usaha UPTD Pengelola Masjid Raya Baiturrahman Aceh (UPTD MRB), Mukhtar SAg mengatakan, sekarang MRB memiliki delapan unit mobil pembersih lantai yang masing-masingnya terdiri dari satu unit hibah Waskita tahun 2017, enam unit hibah Bank Aceh tahun 2018 dan baru-baru ini Bank Indonesia menghibahkan satu unit lagi.
Mukhtar menambahkan, dari total delapan mobil pembersih itu, lima mobil beroperasi dalam keadaan baik dan tiga rusak. Untuk operasionalnya, mobil pembersih tersebut dioperasikan oleh khadam yang terampil. “Adapun pengoperasiannya, dalam satu hari kerja dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 22.00 WIB. Satu unit mobil dikendarai oleh dua petugas secara bergantian,” ujarnya.
Ketertiban jamaah
Dalam hal ketertiban saat shalat berjamaah, selain mengandalakan tim pengamanan, MRB juga memiliki tim khusus: Sahabat Shalat Jama’ah (SSJ), yang dibentuk sejak 2018. Tim tersebut terdiri dari Remaja Masjid Raya Baiturrahman (RMRB) yang ditugaskan secara bergilir.
Ketua RMRB, Ambia A Yusuf mengatakan, SSJ merupakan “laskar” yang dipelopori oleh RMRB di bawah bimbingan dan arahan UPTD MRB. Petugas SSJ bertugas setiap shalat lima waktu shalat berjamaah. “Petugas sudah harus berada di masjid minimal 15 menit sebelum azan berkumandang. Kemudian segera menyebar ke halaman MRB untuk memberitahukan, bahwa sebentar lagi shalat jamaah dimulai,” katanya.
Laskar SSJ meminta jamaah bersiap-siap masuk ke masjid. Apabila ada pengunjung MRB yang tidak bisa melaksanakan shalat seperti wanita yang datang bulan atau wanita yang menjaga anaknya, diarahkan ke tempat yang sudah disediakan, di basemen tempat wudhu’ wanita.
“Sementara kalau pria tidak ada alasan tidak shalat berjamaah. Intinya, halaman atau perkarangan masjid raya harus kosong ketika shalat jamaah dimulai dan tidak ada lagi aktivitas lainnya,” tegasnya.
Ambia menjelaskan, ketika halaman atau perkarangan masjid sudah steril, petugas segera masuk ke dalam masjid kira-kira lima menit sebelum shalat dimulai untuk mengatur shaf shalat berjamaah. Dalam pengaturan shaf ini, anak-anak diarahkan shalat di shaf khusus anak-anak di barisan belakang, kemudian mengatur shaf agar seimbang dan tidak putus, sebab biasanya ada saja jamaah yang asal-asalan berdiri, tanpa mengisi terlebih dahulu shaf yang kosong.
Di sisi lain, kata Ambiya, petugas shaf sebagai pemberi informasi berkaitan dengan masjid, baik jamaah yang ingin berwudhu’, tapi tidak tahu lokasi tempat wudhu’. Kemudian, apabila ada jamaah yang ketinggalan barang, apabila mereka bertanya, diarahkan ke operator masjid atau tempat pengambilan barang dan membantu hal-hal lainnya yang mungkin petugas bisa fasilitasi untuk kenyamaan jamaah.
“Tim ini dibentuk untuk menertibkan jamaah yang hendak melaksanakan shalat berjamah, yang dibagi menjadi beberapa kelompok tugas, yaitu bertugas di shaf jamaah laki-laki, jamaah perempuan, dan juga jamaah anak-anak,” ujarnya.
Kepala UPTD MPR, Saifan Nur, SAg, MSi berharap, dengan adanya berbagai bentuk hibah dan infak dari masyarakat seperti mobil pembersih lantai dan tim SSJ, pengelola masjid dapat mengoptimalkan tugas dan fungsinya dalam menghadirkan suasana masjid yang bersih, tertib dan menyenangkan.
“Semoga masyarakat Aceh tetap menjadikan MRB sebagai tempat ibadah maupun sebagai tempat wisata islami, yang membahagiakan,” pintanya. – Lizayana M. Zain, editor: smh