Gema JUMAT, 12 Februari 2016
Oleh Dr. Iskandar AS, MA
ahasan mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), makin hari makin hangat dibicarakan oleh berbagai kalangan masyarakat, baik itu media, pengusaha maupun pemerintah. Tidak sedikit di antara mereka mempertanyakan makna dari MEA dan apa yang perlu disiapkan untuk menghadapi tantangan MEA ini. Berkaitan dengan pertanyaan di atas, sekretaris ditjen kerjasama ASEAN, Iwan Suyudhie Amri dan wakil tetap RI untuk ASEAN, Ngurah swajaya mengatakan bahwa MEA merupakan sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negaranegara ASEAN yang bertujuan untuk menumbuh kembangkan harapan, peluang, motivasi, dan daya saing untuk mencapai integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. Dengan berlakunya MEA ini maka masyarakat dengan mudah bisa memperoleh dan menikmati barang dari luar negeri, begitu juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena pemberlakuan MEA ini meringankan pajak/ penghapusan tarif bea cukai barang. Dengan MEA ini maka kawasan ASEAN bisa menjadi sebagai pasar tunggal, basis produksi, pengembangan usaha kecil & menengah yang berdaya saing global.
Pemberlakuan MEA ternyata tidak hanya terjadi pada aktifitas pertukaran barang saja namun juga terjadi pada pertukaran tenaga jasa atau sumber daya manusia (SDM). Anggota negara ASEAN yang terdiri dari Brunei Darussalam, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, Malaysia, Laos, Indonesia, dan Kamboja mesti siap menghadapi persaingan ini. Oleh karenanya, kualitas individu sangat menentukan dalam kompetisi MEA ini. Untuk mampu bersaing di era MEA ini, maka memiliki keterampilan sangatlah diperlukan pada setiap individu. Tanpa adanya persiapan untuk meningkatkan keterampilan maka besar kemungkinan pemberlakuan MEA akan menjadi sebuah ancaman yang tidak bisa terelakkan.
antas, persiapan apa yang harus dimiliki oleh individu? Ini juga menjadi pertanyaan di kalangan masyarakat. Menanggapi pertanyaan ini, maka salah satu hal yang mesti dikuasai oleh individu paling tidak adalah penguasaan bahasa Inggris, yang biasanya dipakai oleh komunitas international dalam berinteraksi. Sementara bahasa asing lain seperti bahasa Arab, Cina, Jerman dan lainnya menjadi keterampilan tambahan. Semakin banyak bahasa asing yang dikuasai, semakin menjadi nilai tambah bagi individu tersebut dalam berkompetisi di era MEA ini.
Ada tiga alasan besar kenapa bahasa Inggris penting dikuasai oleh masyarakat dalam persaingan MEA ini. Ketiga alasan ini hasil focus group discussion (FGD) dari 60 staf pengajar Bahasa Inggris dari berbagai fakultas di lingkungan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) yang diselenggarakan pada 7 Februari 2016. Pertama, bahasa Inggris ini dipakai sebagai media untuk mencari ilmu. Dengan kemampuan bahasa Inggris yang baik dan benar, maka dengan mudah seseorang dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan baru di bidang tertentu. Kedua, bahasa Inggris membantu mendapatkan pekerjaan yang layak. Banyak perusahaan nasional dan internasional mensyaratkan kepada peserta untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris secara lancar dan memiliki nilai TOEFL 550. Ketiga, bahasa Inggris membantu seseorang mempromosikan produk lokal di kancah internasional. Sebagai contoh, petani yang mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris berkesempatan mempromosikan hasil pertaniannya ke masyarakat internasional, baik lewat kegiatan formal seperti konferensi dan seminar, maupun lewat kegiatan informal.
Dosen Bahasa Inggris, FKIP Unsyiah, Indonesia & Alumni University of New England (UNE), Australia.