Kepala Dinas Syariat Islam, Dr EMK Alidar, SAg MHum, mengatakan meskipun tahun 2022 Masehi bukannya tahun ummat Islam, tetapi kita sudah membiasakan tahun 2022 termasuk kelender tahunan, untuk tahun ini dia berharap agar lebih baik dalam segala hal yang dijalani. Jika tahun lalu kadang ada hal yang perlu diperbaiki, harus diperbaiki agar kehidupan lebih baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. Terutama dalam beribadah kepada Allah semoga hari-hari kita ummat Islam dapat meningkatkan ibadah, silaturrahim dengan sesama sehingga tahun 2022 lebih bermakna.
“Bagi kita daerah Syariat Islam, tentu prioritas kita bagi ummat memperbaiki diri kita sehingga sesuai dengan aturan agama dan syariat Allah dan Rasul. Terkait dalam pelaksanaan kita sehari-hari ada qanun Syariat Islam yang harus dijalani, harus kita ikuti dalam kehidupan sehari-hari,” jelas EMK Alidar.
Prioritas kita ummat Islam menurutnya, memperbaiki diri, memperbaiki tataan kehidupan kita, lembaga yang terlibat kita didalamnya, memperbaiki kehidupan silaturrahim antara ummat Islam dengan prioritas yang telah disusun sesuai aturan agama dan syariah.
Bagi pribadi, prioritas untuk meningkatkan ibadah, keshalehan kepada Allah dan secara hubungan masyarakat, memprioritaskan bagaimana menjalin hubungan baik sesama, dengan atasan, bawahan, ummat dan lain sebagainya. “Kita yakin Aceh akan lebih baik dengan prioritas-prioritas yang dibangun oleh pribadi masing-masing,” sebutnya.
Dalam Islam selalu diajarkan ummat harus optimis tidak boleh pesimis lanjutnya, optimisme itu bisa dibangun dengan adanya harapan kita untuk mencapai hal lebih baik, harapan kita kedepan tentu lebih baik. Oleh karena itu otimisme kita tentu harus meningkat juga untuk menggapai kebaikan-kebaikan yang sudah kita harapkan dan mungkin lebih baik akan merencanakan bagaimana optimisme itu bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga ummat islam betul-betul menjadi lebih baik dari segala hal dimasa yang akan datang.
“Optimisme adalah pesan agama untuk selalu melakukan baik terutama kepada masyarakat, ummat dan agama, keluarga kita dan seterusnya, kita yakin hari esok akan lebih baik, tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya,” pungkasnya
Imam Rawatib Masjid Raya Baiturrahman, Ustadh Munawir Darwis, menurutnya salah satu hikmah adanya perhitungan tahun, agar manusia menyadari bahwa dirinya berada pada satu garis perjalanan kehidupan yang terus bergerak menuju satu titik tujuan hakiki yaitu berjumpa dengan Tuhan-nya. tanpa adanya perhitungan tahun manusia tidak pernah tau sampai dimana perjalanan kehidupan dunianya, apakah berada fase awal, pertengahan, atau tarakhir kehidupannya. Sehingga dengan demikian waktu itu ibarat alarm yang setiap waktu mengingatkan manusia sampai dimana perjalanan hidup manusia itu.
“Meskipun tahun baru bagi umat Islam tidak dianjurkan untuk melakukan eforia yang berlebihan seperti Idul Fitri dan Idul Adha, namun juga tidak salah jika pergantian tahun baru dijadikan sebuah refleksi pribadi, melakukan muhasabah, momen memulai kehidupan baru serta berkomitmen untuk menjadi manusia yang lebih baik dikemudian hari,” anjur Ust Munawir.
Masih menurutnya, ada tiga motivasi yang harus ditanamkan dalam jiwa seseorang. Pertama berkomitmen untuk menjadi hamba terbaik dengan cara menunaikan hak Allah secara kaffah. Hak Allah itu adakalanya bersifat kewajiban mutlak (fardhu) dan adakalanya bersifat tidak mutlak (Sunnah). Kedua adalah berkomitmen untuk memperbaiki kualitas interaksi dengan sesama manusia, karena pada prinsipnya hak-hak manusia itu tidak dapat diselesaikan kecuali dengan manusia yang bersangkutan. Terakhir, berkomitmen untuk menjadi manusia yang bermanfaat untuk manusia lain agar usia diberikan lebih bermakna.
Dalam konteks yang lebih luas tambahnya, momen tahun baru juga dapat dijadikan tonggak perubahan dalam skala yang lebih besar yaitu peningkatan pengamalan ajaran Islam yang membumi di segala sudut kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. “Ajaran Islam Jangan hanya dipahami dalam pengertian yang sempit berkaitan dengan hubungan dengan Allah saja, namun juga harus menyentuh seluruh aspek kehidupan berkaitan dengan kepentingan publik dalam konteks muamalah social,” pintanya.
Sementara itu, Dosen Psikologi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Ismiati, SAg MSi, motivasi Ummat Islam memasuki tahun baru masehi harus meningkatkan kesadaran pentingnya memposisikan nilai-nilai agama sebagai inspirasi dan motivasi untuk terus berbuat kebaikan dan sebagai evaluasi dengan bermuhasabah untuk memperbaiki diri, instrospeksi diri. Artinya punya motivasi dan tekad kuat untuk hijrah, berubah kearah lebih baik dan memberikan manfaat kepada orang banyak, baik secara individual maupun komunitas yang lebih luas.
Dorongan atau motivasi untuk berhijrah dapat dilakukan, sebagai individu atau personal adalah hijrah perilaku dan sifat, sebagai keluarga, hijrah yang diperlukan adalah hijrah dalam perilaku dan system, Hijrah perilaku dalam keluarga, dengan maksud, misalkan, hijrah dari perilaku yang kurang memperhatikan keluarga dan anak menjadi perilaku yang penyayang, peduli dan bertanggungjawab.
Sedangkan hijrah dalam sistem menurutnya, hijrah yang mendukung terbentuknya keluarga harmonis dan keluarga yang tidak jauh dari nilai-nilai agama, berubah menjadi sistem yang mengarahkan seluruh anggota keluarga menjadi harmonis, penuh cinta dan kasih sayang, serta dekat dengan Allah SWT.
Hijrah selaku warga masyarakat, hijrah adalah hijrah perilaku atau cara pandang. Hijrah dalam konteks ini, bertujuan, membentuk masyarakat yang soleh, baik secara perilaku maupun pemikiran. ini berlaku baik sebagai masyarakat biasa maupun elite politik, sering membuat ummat islam terkotak-kotak secara politik, ataupun sebagian anggota masyarakat berbeda pandangan, pemikiran, maupun sosial. ini dibutuhkan refleksi untuk mewujudkan ummat yang satu dan kuat, yang senantiasa mempertahankan dan lebih meningkatkan kesatuan dan persatuan dalam hal untuk kepentingan dan kemaslahatan umum yang positif.
“Hendaknya kita sebagai ummat muslim yang selalu bersikap optimis untuk selalu bersama bergandengan tangan, saling membantu antar sesama muslim, dan saling menguatkan. Pentingnya memupuk rasa solidaritas terutama dengan sesama muslim. Selalu mengasah kepedulian, merekatkan kembali ukhuwah diantara sesama muslim. Inilah yang menjadikan umat Islam bisa bertahan di tengah berbagai tantangan dan cobaan yang yang dihadapi,” tutupnya. (Jannah)