GEMA JUMAT, 26 PRIL 2019
Surat al-Furqan ayat 43-44
“Terangkanlah kepadaku tentang orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?. Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar dan memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
Dalam ayat ini, topik yang diketengahkan adalah semacam penegasan yang dialamatkan kepada Rasulullah SAW tentang orang-orang yang tidak memiliki pemikiran ketuhanan yang lurus. Pernyataan ini dikhususkan bagi kaum dan orang-orang yang menyembah selain Allah, dan menyembah bebatuan dan segala sesuatu yang menurutnya dapat memberikan manfaat dan mudharat. Mereka tidaklah mampu berpikir sehat tentang penciptaaan dan penghambaan. Ini akan berbeda sekali dengan orang-orang yang mengoptimalkan pikirannya tentang penciptaan ini. Seperti Nabi Ibrahim yang dapat menyimpulkan bahwa ada Dzat yang lebih besar dari sekalian alam semesta.
Dalam ayat di atas, Allah SWT menyatakan kepada Rasulullah SAW tentang kondisi orang-orang yang meyembah batu, tak perlu dirisaukan. Karena tugas Rasul adalah sebagai pemberi peringatan, juga kabar gembira. Bukan untuk memaksa mereka agar beriman dan mendapat hidayah. Karena masalah hidayah adalah masalah yang menyangkut pribadi seseorang dengan Allah, sedangkan manusia dan makhluk hanyalah sebagai perantara untuk mendapatkan hidayah tersebut.
Kemudian pada ayat di atas juga penegasan dalam bentuk pertanyaan bahwa orang-orang yang didakwahi Rasulullah tidaklah sungguh-sungguh untuk mendengarkan dakwah beliau. Mereka lebih mementingkan insting hewani mereka. Insting yang hanya memikirkan kebutuhan jasmani seperti makan, minum, tidur. Mereka tidak pernah memikirkan apa yang akan terjadi setelah kematian. Bahkan dalam ayat ini disebutkan mereka yang enggan menerima dakwah dan berpikir tentang iman yang benar, lebih sesat dan lebih buruk kondisinya dari pada hewan ternak. Karena hewan ternak masih mau diarahkan oleh tuannya yang menggiring hewan tersebut pada kemaslahatan dirinya dan tuannya. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman itu, lebih buruk kondisinya, karena mereka mencampakkan diri dalam kesesatan dan kehancuran. Wallahu a’lam bissawaab.