GEMA JUMAT, 8 FEBRUARI 2019
Awal Februari ini, ada pesan kemanusiaan yang digaungkan oleh tokoh dunia. Seruan ini diharapkan bisa mewujudkan dunia yang damai tanpa letusan bedil. Adalah Imam Besar Al Azhar Syeikh Ahmed al-Tayeb dan pemimpin tertinggi umat Katolik Paus Fransiskus di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Senin, 4 Februari 2019.
Untuk pertama kali, dua tokoh umat ini bertemu bergandeng tangan, simbol persaudaraan antar-keyakinan. Ini pertemuan ini menghasilkan deklarasi untuk memerangi ekstremisme yang dituangkan dalam dokumen yang mengatasnamakan seluruh korban perang, persekusi, dan ketidakadilan di dunia itu. Mereka mengeluarkan komitmen Al-Azhar dan Vatikan untuk bekerja sama memerangi ekstremisme.
“Kami dengan tegas menyatakan agama tidak boleh digunakan untuk menghasut terjadinya perang, kebencian, permusuhan dan ekstremisme, juga untuk memicu aksi kekerasan atau pertumpahan darah.”
Bagian penting dokumen itu mendorong semua pihak untuk “menahan diri menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan tindakan pembunuhan, pengasingan, terorisme, dan penindasan. Kami meminta ini berdasarkan kepercayaan kami bersama pada Tuhan, yang tidak menciptakan manusia untuk dibunuh atau berperang satu sama lain, tidak untuk disiksa atau dihina dalam kehidupan dan keadaan mereka. Tuhan, Yang Maha Besar, tidak perlu dibela oleh siapa pun dan tidak ingin nama-Nya digunakan untuk meneror orang.”
Dokumen
itu menyeru kepada semua pemimpin dunia untuk bekerja sama menyebarkan
budaya toleransi dan mengintervensi kejadian dari awal demi
menghentikan pertumpahan darah orang tak berdosa dan mengakhiri
peperangan, konflik, pembusukan lingkungan, dan degradasi moral yang
dialami dunia saat ini. Tercantum pula kecaman terhadap mereka yang
menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan kekerasan, akar kemiskinan dan
ketimpangan yang lebar antara yang miskin dan kaya.
“Tuhan Yang Maha Kuasa, tidak perlu dibela siapapun dan tidak ingin nama-Nya digunakan untuk meneror orang,” sebut dokumen itu.
Secara
keseluruhan, ada tujuh seruan itu yang menyerukan kebangkitan peran
agama dan menjadikan peran agama dan menjadikan agama sebagai pijakan
bagi generasi baru dengan menegang teguh nilai-nilai perdamaian,
menjunjung nilai saling mengenai satu sama lain, persaudaraan manusia,
hidup berdampingan secara damai serta terus menancapkan hikmah,
keadilan, dan kebaikan. Menyerukan perlindungan hak-hak perempuan,
menyerukan perlindungan hak-hak anak kecil, dan lain-lain.
Imam Besar
Masjid sekaligus Rektor Universitas Al-Azhar Mesir itu mengimbau kepada
umat semua umat muslim di Barat untuk mengintegrasikan diri ke dalam
masyarakat dan pada saat bersamaan mempertahankan identitas serta
menghormati hukum setempat.
Imam Besar itu menuturkan media Barat telah mengeksploitasi serangan 9/11 di Amerika Serikat untuk menunjukkan Islam secara negatif, sebagai agama haus darah, menunjukkan muslim sebagai biadab dan barbar yang menimbulkan bahaya dan ancaman bagi masyarakat modern.
Paus menegaskan bahwa tugas agama di dunia menyuarakan tentang kerakusan manusia dan hukum pasar yang mengabaikan dialog karena menuntut segalanya harus serba cepat dan segera.
“Agama-agama dunia juga memiliki tugas mengingatkan kita bahwa kerakusan demi meraih keuntungan membuat hati tidak berjiwa, dan hukum pasar saat ini menuntut segalanya serba cepat, pertemuan, dialog, keluarga dianggap tidak menguntungkan… Agama harus menjadi suara bagi yang paling sedikit, saudara-saudara kita, bukan statistik,” kata Paus.
Di akhir acara, mengutip Al Jazeera, Paus dan Imam Besar Al Azhar meletakkan pondasi pendirian masjid dan gereja baru yang akan dibangun berdampingan di Abu Dhabi. [Murizal Hamzah]