Oleh: Dr. H. Agusni Yahya, M.A.
Dalam kesempatan yang singkat ini mari kita meninjau sebuah ayat al-Qur’an, surat al-Taubah ayat 100 dan sebuah hadis Nabi saw riwayat Imam al-Bukhari dari Imran bin Hushain, tentang generasi yang saleh yang dipandang oleh Allah dan RasulNya sebagai generasi terbaik umat Islam. Surat al-Taubah ayat 100 ini berbunyi
Orang-orang yang mendahului lagi yang pertama (memeluk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan kepada mereka syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.
Dalam ayat ini Allah menyebut tiga golongan orang paling tinggi kualitas iman-Islamnya dari umat Nabi Muhammad, Pertama, Assabiquna Awawalun minal Muhajiirin, yaitu Orang-orang Mekkah yang paling pertama memeluk agama Islam dan ikut berhijrah dari Mekkah ke Habasyah (Etiopia) dan yang ikut berhijrah dari Mekkah ke Madinah akibat sangat beratnya tekanan dan ancaman dari kaum kafir Quraisy. Kedua, Al Anshar, yakni penduduk Madinah yang berbai’at pada pertemuan rahasia di Jumratul `Aqabah (Bai`ah `Aqabah) antara Nabi saw dengan beberapa orang warga Madinah yang sudah masuk Islam.
Jumlah mereka ini tujuh orang pada bai’ah Aqabah pertama dan 72 orang pada bai’ah Aqabah kedua. Mereka berjanji setia sampai mati untuk membantu dan membela Nabi saw dan orang-orang yang mau berhijrah ke Madinah serta siap mengorbankan apa saja yang mereka punyai. Karena itu mereka disebut Anshar (penolong). Setelah bai`ah Aqabah kedua ini, Rasulullah saw mengutus seorang sahabatnya, bernama Abu Zurarah Mash`ab bin `Umair bin Hasyim, bersama 72 orang yang berbai’at itu untuk mengajar agama Islam ke Madinah yaitu mengajar al-Qur’an, cara-cara shalat dan sebagainya. Menjelang Nabi saw hijrah ke Madinah, bacaan al-Qur’an sudah terdengar dari rumah ke rumah oleh anak-anak dan gadis-gadis Madinah. Begitu antausiasnya mereka menerima agama Islam dan menunggu-nunggu datangnya Nabi saw ke kampung mereka bernama Yatsrib. Oleh karena itu, termasuk juga golongan Anshar ini adalah sejumlah penduduk Madinah yang masuk Islam melalui sahabat Nabi saw, Abu Zurarah Mash`ab bin `Umair bin Hasyim sebelum Nabi saw hijrah, tetapi mereka tidak ikut dalam bai’ah Aqabah.
Golongan Ketiga, Wallazina Atba’uhum bi ikhsanihim, yaitu orang-orang yang masuk Islam setelah Nabi saw berada di kota Madinah. Golongan ketiga ini disebut orang-orang yang mengikuti jejak kaum Muhajirin dan Anshar dengan cara yang baik, yaitu mengikuti suri teladan yang telah ditunjukkan oleh kaum Muhajirin dan Anshar dalam hal kokohnya iman, ikhlas berkorban pada jalan Allah dengan harta dan jiwa, taat beribadat dan mengeluarkan zakat serta sangat mencintai Rasul saw. Mereka itulah dalam ilmu hadis disebut dengan para sahabat Nabi saw, karena sempat hidup sezaman dengan Nabi saw dalam keadaan Islam dan berinteraksi dengan beliau. Jumlah sahabat Nabi saw menurut ahli sejarah ada 124.000 orang.
Mengapa tiga golongan Islam awal ini begitu tingginya kedudukan, kemuliaan dan balasan kebajikan dari Allah dan RasulNya? Hal ini karena ketaatan, keteladanan, pembelaan dan pengorbanan mereka kepada Rasulullah dan agama Islam sangat luar biasa. Mereka benar-benar telah mempertaruhkan segala-galanya untuk mempertahankan Islam dan Rasulnya, telah mengorbankan harta benda, keluarga, kedudukan dan bahkan mengorbankan nyawa sekalipun. Atas dasar itulah Allah membalas segala kelebihan generasi Islam yang paling awal ini dengan balasan, pertama, Allah menyatakan ridhaNya kepada mereka, kedua, mereka ditempatkan di dalam syurga yang kekal dan penuh dengan kenikmatan di negeri akhirat nanti. Mendapat ridha Allah adalah lebih tinggi nilainya daripada kenikmatan syurga itu sendiri.
Menurut sebuah hadis sahih, generasi terbaik umat Islam ini, ada tiga generasi, yaitu: generasi Nabi saw (generasi sahabat Nabi saw), generasi tabi`in dan generasi tabi’ tabi’in. Nabi saw bersabda:
Tiga generasi ini sering disebut generasi salaf al-salih (generasi Islam awal yang saleh). Secara agama, mereka ini sangat berpegang teguh kepada al-Qur’an dan sunnah Nabi saw dimana ajaran Islam yang mereka pahami dan amalkan masih murni sebagaimana dipahami, dicontohkan dan diamalkan oleh Nabi saw dan sahabat. Secara masa, mereka beruntung dapat berjumpa dan berinteraksi dengan generasi terbaik umat ini, yaitu generasi Rasul dan generasi sahabat Nabi Saw.
Oleh karena itu, para ulama menyatakan bahwa bagi kita umat Islam yang hidup sesudah mereka, termasuk kita umat Islam di abad kelima belas hijrah ini hendaklah, Pertama, menghormati para sahabat Nabi saw, janganlah sampai kita mencela dan mencerca mereka, karena mereka dinilai oleh Allah dan Rasul-Nya memiliki integritas akhlaq yang sangat tinggi. Tanpa kekokohan iman, pembelaan dan pengorbanan terhadap Nabi saw dan agama Islam dari kaum Muhajirin, Anshar dan sahabat, agama Islam bisa tamat riwayatnya ditelan oleh kaum kafir Quraisy. Tanpa ketaatan dan kecintaan para tabi’in dan tabi’ tabi’in kepada Rasulullah saw, tidak ada riwayat dan hadis-hadis yang sahih sebagai sumber ajaran Islam bisa sampai kepada kita umat Islam yang hidup di akhir zaman ini. Oleh karena itu, para ulama hadis mengatakan: para sahabat Nabi saw itu secara umumnya adalah taqwa dan amanah. Karenanya, setiap berita atau riwayat yang mereka nyatakan berasal dari Rasulullah saw hendaklah kita benarkan dan kita terima.
Kedua, kita perlu mengenang sirah perjalanan hidup dan perjuangan Nabi saw dan para sahabat beliau, termasuk dalam bershalawat kepada Nabi saw, tidak lupa kita iringkan do’a kepada para sahabatnya.
Jika kita meninjau secara waktu, maka profil generasi umat Islam yang paling shaleh dan dimuliakan Allah tidak lain adalah generasi Islam yang paling terdahulu, yaitu kaum Muhajirin dan Anshar serta para sahabat Nabi saw yang mengikuti jejak mereka dalam keteguhan iman dan amal-amal saleh mereka. Namun jika dilihat kepada kualitas, maka semua generasi umat Islam yang datang setelah generasi pertama ini, yang selalu mantap imannya, teguh ketaatannya kepada Rasulullah saw dan tinggi kerelaan berkorbannya kepada agama Islam dapat juga memperoleh kemuliaan dan kedudukan seperti yang diperoleh oleh generasi Islam awal itu. Hal ini dinyatakan oleh Nabi saw dengan sabdanya:
Dari Anas bin Malik ra ia berkata: Rasulullah saw bersabda: Aku sangat ingin berjumpa dengan saudara-saudaraku! Para sahabat Nabi saw bertanya: bukankah kami-kami ini saudaramu wahai Rasulullah? Rasul saw menjawab: kalian ini adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku adalah orang-orang yang beriman kepadaku sementara mereka tidak pernah bertemu dan melihatku. (HR. Ahmad).
Hadis ini menjadi dalil bahwa kita yang hidup zaman sekarang dan jauh dengan masa Nabi dan sahabat pun dapat memperoleh kedudukan yang tinggi, mulia dan diridhai oleh Allah sebagaimana kedudukan yang diperoleh oleh generasi Islam awal dahulu jika kita mau megikuti jejak kaum Muhajirin dan Anshar serta para sahabat Nabi saw dalam keimanan, pengorbanan dan amal-amal saleh mereka.
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry dan anggota MPU Kota Banda Aceh