Putri Pembunuh Abu Jahal

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Oleh: Juariah Anzib, S.Ag, Penulis

...

Oleh: Juariah Anzib, S.Ag, Penulis Buku Kontemplasi Sang Guru

 

Mari kita mengenal sosok wanita mulia, Rubayyi’ binti Mu’awwidz, seorang shahabiyah Nabi SAW. Ia terlahir dalam Islam karena ayahnya tergolong awal orang yang masuk Islam. Mu’awwidz seorang veteran perang Badar yang telah berhasil membunuh seorang pemuka Quraisy ternama yang ditakuti penduduk Arab Abu Jahal, paman Rasulullah SAW yang sangat anti kepada Islam, sehingga disebut sebagai Fir’aunnya umat, dialah Abu Jahal laknatullah.

Putri Mu’awwidz, Rubayyi’ seorang wanita mulia yang rela mengorbankan jiwa raga, harta dan air mata demi membela Islam. Ia salah seorang muslimah yang turut berbaiat di Baitur Ridhwan untuk setia kepada Rasulullah sampai mati, demi meraih kenikmatan surga. Ia seorang  yang fasih, cerdas dan ahli ibadah. Sejak kecil ia dididik dalam ketaatan yang bercahayakan kebenaran, ia belajar dari ayah, para paman dan keluarganya. Mereka tergolong orang-orang yang menempati tempat yang telah Allah janjikan, yaitu syurga indah di hari akhirat kelak.

Dalam bukunya Biografi 35 Shahabiyah Nabi SAW, Syaikh Mahmud Al-Mishri menuturkan, ketika terjadi Perang Badar, ayah dan paman-paman Rubayyi’  memiliki kisah menawan yang patut dibanggakan. Mereka melawan para pemberani Quraisy yang  memproklamirkan melawan Rasulullah SAW dan para pengikutnya.

Ketika perang berkobar, yang menjadi korban pertama dalam perang Badar adalah Aswad bin Abdul Asad Al-Mukhzami, seorang yang memiliki sifat kasar, angkuh dan sombong. Dengan keangkuhannya ia berkata, “Demi Allah, aku berjanji akan meminum air telaga mereka. Aku akan rusak telaga itu atau aku akan binasa karenanya.”

Ternyata Aswad termakan oleh kata-katanya sendiri, karena Allah melaknat orang-orang sombong seperti dia. Begitu keluar dari barisan, ia segera berhadapan dengan Hamzah Abdul Muthalib, yang dijuluki singa Allah. Dalam pertarungan tersebut, Hamzah berhasil menebas kakinya hingga melayang dan mengeluarkan banyak darah. Aswad terjatuh lalu merangkak menuju telaga hingga tercebur ke telaga. Secepat kilat Hamzah kembali menebasnya saat berada di telaga hingga ia tewas.

Kemudian menyusul tiga orang penunggang kuda Quraisy yang piawai. Mereka berasal dari satu marga yaitu Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah dan Walid bin Utbah. Mereka menantang Rasulullah SAW untuk berduel dengan orang orang-orang yang selevel dengan mereka. Dengan angkuhnya meminta lawan yang tangguh dan pemberani. Maka majulah tiga pemuda Anshar, yaitu Auf bin Harits, Mu’awwidz bin Haritsh dan Abdullah bin Rawahah.

Musyrik Quraisy berseru dengan suara lantang, Wahai Muhammad, keluarkan orang-orang yang selevel dengan kami. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Ubaidillah bin Harits, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Ali bin Abi Thalib. Majulah kalian! Seketika mereka  menghampiri musyrik Quraisy. Lalu dengan angkuh Quraisy bertanya, siapa kalian? Ali manjawab, Kami orang-orang yang selevel dengan kalian. Pertarunganpun terjadi satu lawan satu. Ubaidillah berhadapan dengan utbah, Hamzah dengan Syaibah dan Ali dengan Walid.

Dalam pertempuran tersebut, Hamzah dan Ali dengan mudah dapat melumpuhkan musuh, bahkan membunuhnya. Namun Ubaidillah ternyata memiliki lawan yang sama tangguh, sehingga sulit dikalahkan. Sehingga Hamzah dan Ali ikut terjun membantunya hingga Utbah terbunuh. Setelah itu mereka memapah Ubaidillah yang sudah lemah karena kakinya tertebas hingga putus. Dengan sabar ia menahan rasa sakit tanpa mengeluh. Setelah peperangan usai, Ubaidillah dipulangkan ke Madinah. Di tengah perjalanan sampai ke Shafra ia dinyatakan syahid.

Kini mari kita lihat kronologis pembunuhan terhadap Abu Jahal laknatullah. Sebagaimana penuturan Syaikh Mahmud Al-Mushri, disinilah letak peran dari ayah Rubayyi.’ Dalam sebuah riwayat dari, Abdurrahman  bin Auf berkata, Ketika sedang berada di tengah-tengah pasukan kaum muslimin dalam Perang Badar, aku melihat kesana kemari, lalu ada dua orang pemuda yang masih belia.

Aku tak bisa menjamin keselamatan kedua pemuda tersebut. Salah satunya bertanya sambil berbisik kepadaku, Paman, tunjukkan kepadaku mana yang namanya Abu Jahal? Lalu aku bertanya. Nak, apa yang akan engkau lakukan terhadap Abu Jahal?  Ia menjawab, aku dengar ia suka mencaci maki Rasulullah. Demi Allah, jika aku melihatnya tak akan kubiarkan ia lolos dari penglihatanku, hingga siapa diantara kami yang akan mati lebih dulu. Aku kagum mendengar ucapan pemuda tersebut. Kemudian satu pemuda lagi menanyakan pertanyaan yang sama. Aku pun menoleh ke kanan dan kiri mencari keberadaan Abu Jahal. Setelah melihatnya, aku berkata kepada kedua pemuda itu, Itulah target yang kalian tanyakan.

Lalu kedua pemuda itu menghampiri Abu Jahal dan langsung menyerang dengan pedangnya secara serentak. Dalam jangka waktu tidak terlalu lama, Abu Lahab terbunuh. Setelah itu mereka menemui Rasulullah SAW. Lalu beliau bertanya, “Siapa diantara kamu yang telah membunuhnya?” Dengan serentak mereka menjawab, “Aku yang telah membunuhnya.” Apakah kalian sudah membersihkan pedang kalian? Tanya beliau. Belum, jawab mereka. Rasulullah SAW memeriksa pedang kedua pemuda itu. Setelah itu beliau bersabda, “Kalian berdua telah membunuhnya.” Kemudian Rasulullah saw  menyerahkan harta rampasan milik Abu Jahal kepada mereka.

Menurut Syaikh Mahmud Al-Mushri, dalam riwayatnya  Ibnu Ishak menuturkan, Mu’adz bin Amr Al-Jamuh berkata, Aku menguping pembicaraan orang-orang. Ketika itu Abu Jahal berada di dekat sebatang pohon rimbun yang berbaur dengan kaum musyrik dengan membawa pedang dan tombak. Mereka berada disekitar Abu Jahal untuk melindunginya. Mereka berkata, Abu Hakam tidak akan lolos. Setelah mendengar tentang Abu Jahal, aku segera mendekat kepadanya. Setelah itu aku menyerangnya dan menyabet kakinya dibagian betis hingga putus.

Namun anaknya Ikramah balik menyerangku dan pedangnya mengenai pundakku hingga tanganku nyaris putus. Perang terus berkecamuk dan aku tersingkir dari medan tempur. Setelah membunuh sekian banyak musuh, aku mundur karena luka yang terlalu parah. Tanganku yang hanya tersangkut dikulit kuputuskan dan aku buang. Pada saat itulah Mu’awwidz bin Afra mendekat. Secara  cepat ia menyabet Abu Lahab hingga tersungkur dan membiarkannya dalam sekarat. Setelah itu ia kembali bertempur hingga terbunuh dan mati syahid.

Kematian sang ayah membuat Rubayyi’ sangat bersedih. Hatinya luka dan pilu. Namun ia tetap bersabar untuk mendapatkan pahala dari kematian ayahnya. Gugurnya  Mu’awwidz dari satu sisi membuat Rubayyi’ bangga dan bahagia, karena ruhnya dimuliakan Allah dengan derajat yang tinggi. Tidak ada tempat yang lebih layak baginya selain surga firdaus. Semoga Allah memberikan kebahagiaan kepadanya. EDITOR: ISON

Dialog

Pustaka Baiturrahman

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman