Qais Bin Shirmah Sampai Pinsan

Oleh Tgk. H. Ameer Hamzah TAHUN pertama diwajibkan puasa Ramadhan, umat Islam berpuasa siang dan malam. Mereka hanya berbuka waktu terbenam mata hari sampai shalat Isya. Setelah itu langsung menahan diri kembali (berpuasa). Makan sahurpun belum disyariatkan. Bagi  kebanyakan orang merasa berat meski  menyatakan kesanggupannya di hadapan Rasulullah SAW, tetapi bagi seorang sahabat muda yang … Read more

...

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Oleh Tgk. H. Ameer Hamzah
TAHUN pertama diwajibkan puasa Ramadhan, umat Islam berpuasa siang dan malam. Mereka hanya berbuka waktu terbenam mata hari sampai shalat Isya. Setelah itu langsung menahan diri kembali (berpuasa). Makan sahurpun belum disyariatkan. Bagi  kebanyakan orang merasa berat meski  menyatakan kesanggupannya di hadapan Rasulullah SAW, tetapi bagi seorang sahabat muda yang bernama Qais bin Shirmah merasa berat sebab dia orang miskin dan bekerja sebagai buruh di kebun kurma.
Syeikh Salim Idal Al-Hulali dan Syeikh Ali Hasan Abdul Hamid dalam kitab mereka  “Puasa bersama Nabi SAW”, menulis tentang  syariat puasa di awal Islam. Menurut dua ulama besar Arab Saudi ini,  pada  awal kewajiban puasa,  kaum muslimin berpuasa siang dana malam. Mereka hanya berbuka waktu terbenam matahari, lalu shalat Magrib, makan-makan, mungkin saja mendekati isterinya atau tidak, shalat Isya dan taraweh, lalu berpuasa kembali. Waktu itu belum disyariatkan makan sahur.
Seorang sahabat Nabi yang bernama Qais Bin Shirmah Al-Anshari mengalami  pengalaman sebagai berikut;  Dia seorang buruh yang bekerja di kebun kurma. Setiba menjelang buka puasa, ia bertanya kepada isterinya. “Apakah kita mempunyai makanan berbuka?”  Sang isteri menjawab; “Tidak ada! Izinkan aku akan pergi mencari makanan untukmu!”
Setelah isterinya pergi, Qais tertidur pulas. Sebab Qais sangat capek bekerja di siang hari sehingga  kedua matanya tak mampu menahan ngantuk. Ketika isterinya pulang dari mencari makanan. Sang isteri menemukan suaminya tertidur. Ia tidak membangunkan suaminya sebab orang yang sudah tidur meski jaga sudah tidak boleh lagi berbuka puasa waktu itu.  Maka isterinya berkata: Engkau kurang beruntung.  Artinya Qais berpuasa dalam keadaan tidak mencicipi makanan berbuka, dan tidak saur.
Begitulah hari beranjak siang di hari kedua, Qais menjadi lemah karena kekosongan makanan. Lemah sekali sehingga dia jatuh pinsan. Kemudian peristiwa tersebut dilaporkan kepada baginda Rasulullah SAW. Saat itulah turun ayat Al-Baqarah ayat 187: Dihalalkan bagi kamu di malam hari puasa (Ramadhan) bercampur dengan isteri-isteri kamu”. Maka bergembiralah umat Islam waktu itu. Sebab waktu malam tidak lagi wajib berpuasa. Allah maha pengasih dan penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Tidak memberatkan apa yang tidak mereka sanggupi.

Dialog

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

“Ada Bantuan Program dari Dinas Syariat”

Keuchik gampong Beurawe Ir. Muzakir Razali Apa perbedaan yang sudah terlihat di gampong Beurawe sesudah ditetapkan sebagai gampoeng syari’at oleh Pemko Banda Aceh ? Banyak

Gubernur Harap Kafilah Tampil Maksimal

Gema Jumat, 07 Agustus 2015 Gubernur Aceh dr.H.Zaini Abdullah mengharapkan peserta kafilah Aceh pada seleksi tilawatir Al-Quran Nasional (STQN) ke XXXIII yang diselenggarakan di Jakarta

Petala di Kepala

Sri Suyanta HarsaMuhasabah 1 Jumadil Tsani 1441 Saudaraku, dalam pandangan ulama, terdapat fakta mengagumkan di kepala manusia. Mengapa? Karena, di antaranya di kepala ada akal.

Umatku Terbaik

Diriwayatkan dari Nabi SAW, ia bersabda : “Sebaik-baik ummatku adalah ‘ulamanya dan sebaik-baik ‘ulama adalah para fuqahanya”. (Al Mawardy : Adabud Dunya wad Din hal.

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman