Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
“Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat inggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS. Al-Baqarah 185).
AyAT ini merupakan sambungan dari ayat sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat kewajiban puasa bagi kaum muslimin dan adanya rukhsah atau keringanan bagi orang yang tidak sanggup berpuasa. Dalam ayat ini disebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan turunnya al-Quran. Artinya, Ramadhan adalah bulan Turunnya al- Quran Allah turunkan al-Quran pertama kali pada Lailatul Qadr (malam kemuliaan) pada sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan. Al-Quran diturunkan secara utuh ke Baitul Izzah pada bulan Ramadhan. Kemudian secara berangsur-angsur diturunkan sesuai dengan keadaan.
Dengan diturunkannya al-Qur’an pada bulan ini, alangkah sangat baik bagi kita untuk kembali membuka lembaran al-Qur’an, membacanya, memahami artinya, mentadabburinya, serta menambah pemahaman kita dan wawasan kita dengan wawasan al-Qur’an?. Semestinya hari-hari kita dipenuhi dalam bulan puasa ini dipenuhi dengan lantunan ayat suci dari bibir kita sebagai tanda syukur kita terhadap turunnya al-Qur’an, yang mana al-Qur’an sebagai petunjuk Allah yang mengubah dunia semenjak 14 abad yang silam sampai sekarang. Banyak hal-hal yang bersifat ilmiah dikaji dari al-Qur’an yang telah diungkapkan lewat pengetahuan dan sains modern. Maka semestinya perkara-perkara inilah yang menambah keimanan dan kecintaan kita terhadap al-Qur’an. Hal ini juga menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah kitab petunjuk yang berisi kebenaran dan tidak lekang kebenarannya meski telah ribuan tahun sejak al-Quran itu diturunkan.
Dalam ayat ini juga dijelaskan bahwa Al-Quran sebagai petunjuk, menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan kewajiban berpuasa bagi yang mukim, tidak sakit, dan tidak berhalangan untuk puasa. Dalam ayat ini juga Allah memberi keringanan tidak berpuasa bagi yang musafir atau sakit juga Allah menginginkan kemudahan, dan tidak menginginkan kesulitan untuk kita serta menyempurnakan bilangan puasa dan yang terakhir bertakbir pada akhir puasa sebagai bentuk syukur.
Demikianlah Allah – Tuhan kita- , ketika menjelaskan informasi tentang ibadah, ketaatan, tidak pernah membuat mudharat sedikitpun bagi hamba-Nya, dan sebagai ungkapan syukur kita terhadap segala nikmatNya, Allah menyerukan kita untuk bertakbir pada hari terakhir puasa, saat bulan Syawal menjelang. Allahu akbar wa lillahi al-hamd!!