oleh : Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
“Sesungguhnya kami telah menurunkannya (alQuran) pada malam Qadr (kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikatmalaikat dan malaikat Jibril dengan izin tuhan-Nya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Qs.al-Qadr ayat 1-5).
Ayat ini berbicara tentang keutamaan Lailatul Qadr yang mana pada malam tersebut diturunkan al-Qur’an. Pada malam tersebut dijelaskan bahwa lailatul qadr tersebut lebih baik dari seribu bulan. Ada ulama yang menyatakan bahwa yang dimaksud lebih baik dari seribu bulan adalah amalan, puasa dan shalat malam di malam tersebut lebih baik dari seribu bulan. Dalam ayat tersebut juga dikatakan bahwa malaikat turun pada malam tersebut membawa keberkahan dan rahmat. Dengan demikian, malaikat ketika malam penuh kemuliaan itu turun ke muka bumi dengan membawa keberkahan dan rahmat untuk berbagai amalan yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Penyebutan ‘ar-ruuh’ pada ayat tersebut, oleh sebagian mufassir menyatakan bahwa kata tersebut merujuk kepada ‘Jibril’, karena pada banyak ayat dalam al-Qur’an penyebutan ‘ar-ruh al-quds’ adalah penyematan kepada malaikat Jibril. Malaikat jibril juga dikenal sebagai malaikat yang menyampaikan berita baik, wahyu dan yang paling banyak mendapatkan tugas langsung dari Allah untuk Nabi Muhammad demi agama ini.
Dalam beberapa tafsir juga disebutkan bahwa yang dimaksudkan dengan “malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”, adalah bahwa syaitan tidak dapat melakukan kejahatan dalam malam lailatul qadr tersebut. Karena pada malam tersebut penuh dengan kesejahteraan dan keselamatan sehingga tidak ada hal jelek atau keburukan yang dapat dilakukan oleh syaitan pada malam tersebut sampai hingga terbit fajar.
Para mufassir juga ada yang menyatakan bahwa pada malam lailatul qadarlah ditakdirkan ajal dan rezeki, sebagaimana yang dinukilkan dari Ibn Katsir, hal tersebut berkaitan dengan penafsiran “mengatur segala urusan”. Di samping itu juga disebutkan bahwa pada malam lailatul qadar itu terdapat keselamatan dan rahmat bagi yang mendapatkn malam tersebut. Inilah yang kemungkinan disebutkan oleh orang-orang terkait yang mendapatkan malam lailatul qadr, dengan berbagai versi dan cerita, apakah itu dengan sujudnya pohon dan heningnya suasana dan sebagainya.
Namun, begitulah karunia Allah kepada manusia, pintu ampunan dan taubat dibuka seluas-luasnya bagi yang menghidupkan malam-malam Ramadhan, sehingga diberikan kesempatan bagi umat Muhammad ini untuk memperoleh malam lailatul Qadr, terutama di sepuluh akhir bulan Ramadhan ini. Masih terbuka kesempatan bagi kita untuk mendapatkannya, yaitu dengan mengisi pada sisa malam-malam ini dengan beribadah dengan tulus, khusyu’ dan ikhlas serta mengharap ridha-Nya. Amin ya rabbal ‘aalamiin.