Oleh : Ibnu Syafaat
Ramadhan tinggal hitungan hari. Jelang Ramadhan pasti menghadirkan rasa bahagia bagi umat Islam dan tak sabar untuk segera memasukinya. Bahkan, anak-anak biasanya memiliki kenangan tersendiri manakala Ramadhan hadir. Sahur dan buka puasa bersama keluarga, tentu hal yang mengasyikan. Belum lagi malam harinya ramai-ramai ke masjid untuk menegakan shalat Isya dan tarawih secara berjamaah. Anak-anak berlari-lari di halaman masjid dengan berselempang kain sarung. Selepas tarawih ‘dentuman’ petasan yang disulut anak-anak seakan saling bersahutsahutan tiada henti. Sungguh, suasana yang bikin rindu bagi kita.
Namun, bagi kaum Ibu, Ramadhan biasanya juga membawa rasa was-was. Khawatir kebutuhan sehari-hari yang melonjak, khawatir biaya persiapan hari raya yang melangit, hingga tuntutan pulang kampung yang membuat pengeluaran membengkak.
Akan tetapi, sebesar apapun kekhawatiran kita akan besarnya biaya di bulan Ramadhan dan Syawal, kita harus yakin bahwa rizki Allah SWT jauh lebih besar. Banyak cara untuk menjadikan anggaran yang mengkhawatirkan di bulan Ramadhan menjadi melegakan.
Tips
Yang pertama, kita harus mendidik keluarga bahwa Ramadhan, sejatinya adalah bulan latihan untuk mengendalikan diri. Bulan untuk menambah ibadah dan lebih mengutamakan rida Allah SWT dibandingkan keinginan diri semata. Dengan penanaman kesadaran ini, kita berupaya untuk mendidik keluarga, terutama anak-anak untuk makan sahur dan berbuka secara sederhana.
Kita bisa melihat dampak kurangnya pendidikan kesederhanaan ini pada perilaku masyarakat kita di bulan Ramadhan. Awal Ramadhan pasar modern maupun pasar tradisional terlihat sesak oleh pembeli. Begitupun ketika waktu berbuka menjelang, ramairamai ngabuburit membeli makanan berbuka yang tak jarang tak termakan karena perut tak lagi sangup menampung makanan.
Budaya boros (israf) dan siasia ini sangat dibenci Allah SWT dan dapat dikikis dengan pelatihan di bulan Ramadhan. Sebagaimana Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan sangat ingkar terhadap Rabbnya.” Qs. Al-Isra: 27. Oleh karena itu, di bulan Ramadhan ini, marilah mulai membiasakan keluarga untuk lebih bersahaja karena Rasulullah Saw, justru lebih sering menjalani ibadah shaum, hanya dengan sahur air putih.
Yang kedua, biasakan keluarga untuk lebih sering berpuasa sunnah menjelang datangnya Ramadhan. Hal ini untuk membiasakan keluarga terutama anak-anak untuk berpuasa, meningkatkan amal ibadah, juga berpuasa dengan sederhana. Rasulullah Saw memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, hingga dalam sebuah hadits dari Aisyah ra, Beliau berpuasa hampir seperti di bulan Ramadhan.
Terakhir, marilah kita menjadikan yang kecil menjadi besar. Inilah matematika kaum Mu’minin yang memang hanya bisa berlaku untuk mereka yang yakin pada karunia Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 261, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yangDia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” Menghadapi Ramadhan yang selalu diiringi dengan lonjakan harga, mari lonjakkan pula sedekah kita. Sedekah di jalan Allah SWT akan melipat-gandakan apa yang akan kita terima, jauh lebih besar dari apa yang kita keluarkan.
Jadi, di bulan Ramadhan, dimana setiap amal shaleh akan dibalas Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda mari kita biasakan diri dan anak-anak untuk banyak-banyak mengeluarkan sedekah, memberi pada kaum fakir, anak-anak yatim, membantu orang miskin yang memelihara diri dari meminta-minta, dan membantu setiap perjuangan di jalan Allah SWT. Dengan izinNya, apa yang kita punya dan kita genggam saat ini akan terasa semakin banyak, semakin lapang, dan menentramkan hati.