Pengurus Remaja Masjid Raya Baiturtrahman (RMRB) mengadakan kegiatan besar tiap tahun, termasuk kegiatan studi banding yang baru saja dilakukan pada 20 sampai dengan 25 Agustus lalu di Jakarta dan Yogyakarta.
Bendahara Umum RMRB Adly, yang juga ikut dalam studi banding, mengatakan, ada tiga masjid yang tergolong besar dan ternama di Jakarta dan Jogjakarta berhasil dikunjungi oleh perwakilan pengurus RMRB.
Diantaranya RMJA Masjid Istiqlal di Jakarta, RMJA Masjid Jogokariyan di Jogyakarta dan silaturrahmi dengan RMJA Masjid Sunda Kelapa di Jakarta, ditambah dengan beberapa masjid lainnya.
Adapun hasil kunjungan ini Adly menyebutkan, banyak ilmu dan pengalaman yang diperoleh yang nantinya dapat diterapkan di MRB khususnya dalam ranah peran remaja masjid. Secara garis besar, program masjid-masjid tersebut tidak jauh berbeda dari yang dilaksanakan oleh MRB.
Diantara program unggulan mereka seperti kajian atau halaqah setelah shalat, majelis pengajian anak-anak, ibu-ibu, dan laki-laki. Ada juga kajian khusus yang dilakukan oleh remaja masjid itu sendiri.
“Dari segi struktur BKM pun dapat dikatakan memiliki kemiripan, kurang lebih sampai 82% hampir sama,” ujarnya.
Adly menegaskan, yang sangat menjadi pembeda antara masjid-masjid dengan MRB jika dibandingkan dengan ketiga masjid besar tersebut, MRB masih jauh tertinggal di bagian IT atau kemajuan di bidang dunia maya.
“Mereka sudah pada tahap memiliki fasilitas untuk mengetahui jumlah jamaah perwaktu shalat. Mareka juga menyediakan ruang konsultasi jamaah, kemudian ruangan pengelolaan zakat dan sumber daya manusia. Semua update dan terinformasikan langsung di website,” jelas Adli.
Pengelolaan website masjid menjadi salah satu yang mereka fokus, bahkan ada karyawan khusus yang ditugaskan untuk mengelola bagian IT. Diantara seluruh masjid yang dikunjungi RMRB, Adly mengatakan, Masjid Jogokaryan di Jogjakarta masih tetap terbaik.
Dari segi konsep atau manajemen Masjid Jogokariyan tetap unggul, walaupun masjidnya tergolong kecil, tapi mareka mampu memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat di sekitarnya.
Padahal, jika dibandingkan dengan masjid-masjid lain, Jogokaryan hanyalah masjid desa yang dikelola dengan manajemen yang baik.
Ketua I RMRB, Zulfikri yang juga ikut dalam kegiatan tersebut menambahkan, kegiatan studi banding cukup penting dilakukan tiap tahun. Sebab, selain untuk menambah wawasan para pengurus RMRB khsususnya berkaitan dengan wawasan kemasjidan, juga menjadi referensi para pengurus RMRB dalam melaksanakan program-program Remaja Masjid di Aceh.
“Saya sangat terkesan dengan Remaja Masjid Istiqlal. Dalam melakukan peran mereka sangat profesional dan meninggalkan kesan positif bagi setiap jamaah yang datang ke sana,” ujarnya.
Saat kunjungan studi banding di Istiqlal misalnya, yang bertepatan dengan hadirnya Habib Umar dan ribuan jamaah pun hadir dalam beberapa hari berturut-turut, kamar mandi dan toilet betul-betul bersih dan nyaman.
“Seakan tidak ada acara besar, sehingga tidak menjadi alasan kamar mandi dan toilet kotor karena akibat banyak orang gunakan,” kata Zulfikri.
Dia menegaskan, dari pengalaman studi banding itu, pemanfaatan website, media sosial, dan menggalakkan literasi dalam pengelolaan masjid menjadi pekerjaan rumah yang harus diadopsi oleh pengurus RMRB di masa-masa akan datang. –Lizayana M. Zain, ediotor: smh