Gema, 10 Februari 2018
Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry)
Ada ungkapan Jawa yang saya ingat, suwargo nunut neroko katut (masuk surga bahagia ikut, masuk neraka sengsara juga ikut) yang biasanya dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan pola hubungan antara suami dan istrinya.
Dari ungkapan itu, mungkin ada yang memaknai bahwa peran seorang suami atas istrinya itu sangat besar dan sehingga istrinya hanya ikut saja, baik hidup berbahagia maupun sengsara.
Pemikiran positif, pemaknaan ini menunjukkan bahwa seorang suami ibarat sebagai nahkoda kapal harus bertanggungjawab sepenuhnya untuk mengantarkan istri, anaknya, seluruh keluarga penumpangnya ke pulau idaman.
Sebaliknya pemikiran negatif, pemaknaannya menunjukkan bahwa peran istri dalam keluarga nihil sama sekali, hanya sebagai teman di belakang (konco wingking, sumur dapur kasur) dan hanya bergantung pada suaminya sebagai sang nahkoda kapal.
Namun dari ungkapan ”bahagia ikut dan sengsara juga ikut” sejatinya sangat relevan untuk menggambarkan hubungan kekeluargaan yang didasari oleh kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan antar anggota keluarga, tidak hanya sebatas antara suami dan istri saja tetapi seluruh anggota keluarganya.
Oleh karenanya sebagai sebuah keluarga, anggotanya harus saling menasihati pada jalan ketaqwaan dan kesabaran, sehingga bisa berhasil sukses semua dan berbahagia bersama-sama. Semoga.