BreakingNews

Sedeqah Keranjang Gantung

Tanya Ustadz

Agenda MRB

Sedeqah Keranjang Gantung Oleh :

...

Sedeqah Keranjang Gantung

Oleh : Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si

PERDAGANGAN atau perniagaan adalah kegiatan tukar menukar barang atau jasa atau keduanya yang berdasarkan kesepakatan bersama bukan pemaksaan. Pada masa awal sebelum uang ditemukan, tukar menukar barang dinamakan barter yaitu menukar barang dengan barang. Pada masa modern perdagangan dilakukan dengan penukaran uang. Setiap barang dinilai dengan sejumlah uang. Pembeli akan menukar barang atau jasa dengan sejumlah uang yang diinginkan penjual. Dalam perdagangan ada orang yang membuat yang disebut produsen. Kegiatannya bernama produksi. Jadi, produksi adalah kegiatan membuat suatu barang. Ada juga yang disebut distribusi. Distribusi adalah kegiatan mengantar barang dari produsen ke konsumen. Konsumen adalah orang yang membeli barang. Konsumsi adalah kegiatan menggunakan barang dari hasil produksi. (Wikipedia.org)

Muhammad SAW sejak muda telah berkecimpung dalam kegiatan perdagangan, yaitu bergabung dalam rombongan kabilah Quraisy berdagang ke wilayah Yaman dan negeri Syam. Kebiasaan dalam melakukan kegiatan di pasar sekaligus melakukan dakwah membuat para tokoh Quraisy mengutus para pembesar seperti Utbah ibn Rabai’ah, Abu Sufyan ibn Harb, Al Nadr ibn Al Hajjaij untuk merayu baginda nabi agar meninggalkan aktivitas dakwahnya dengan jaminan seluruh kebutuhan hidupnya akan dipenuhinya, namun beliau dengan tegas menolah bujuk rayu setan tersebut.

Berdakwah sangat penting, namun menjaga pasar dalam porsinya sehingga terjadi keadilan dalam setiap transaksi juga penting. Islam tidak hanya ajaran mengenai ritual peribadatan, namun diperlukan juga praktek dalam tindakan muamalah yang menjadi pancaran dari nilai-nilai kebaikan dari ibadah yang dilakukan. Keterpaduan kebajikan tersebut, membuat keseimbangan yang akan melahirkan kesejahteraan yang lebih hakiki. Kejujuran dan keadilan merupakan bahagian dari luaran kebajikan yang dilahirkan.

Prilaku bijak masa kesultanan Islam di Aceh, dimana masyarakat dalam bertransaksi di pasar selalu menyisihkan dan/atau uang receh kembalian sering ditukarkan dengan roti untuk dimasukkan dalam keranjang gantung. Masyarakat yang memerlukan makanan karena lapar, namun tidak memiliki uang dapat mengambil makanan tersebut sesuai kebutuhan. Kebiasaan para pelaku pasar tersebut, membuat masyarakat Aceh tidak ada yang kelaparan walaupun mereka kebetulan belum memiliki uang. Namun ketika mereka nantinya sudah mendapat rezeki, orang tersebut juga akan melakukan hal yang sama dengan mengisi keranjang gantung tersebut.

Kegiatan keranjang gantung di toko roti khususnya sekarang ini sudah tidak terlihat lagi di Aceh. Sikap individualis semakin menonjol dalam masyarakat Aceh sekarang ini. Dalam setiap transaksi terkesan yang selalu diutamakan adalah keuntungan maksimal. Bahkan sudah mulai terasa tabu untuk mengedepankan kejujuran setiap transaksi yang dilakukan. Menutupi kekurangan atau barang cacat kepada kepada konsumen sudah biasa dilakukan. Prilaku melenceng tersebut, sudah saat untuk diluruskan kembali agar aktivitas pasar kembali memperoleh keberkahan.

 

Kebiasaan dalam bersedekah khususnya dalam bentuk keranjang gantung perlu dipraktekkan kembali di pasar masyarakat Aceh yang sudah menobatkan diri sebagai daerah sayarat Islam. Setiap transaksi yang dilakukan, perlu dilakukan dengan jujur serta disisihkan haknya kaum miskin . Sikap mencari keuntungan yang berlebihan dan cenderung berprilaku individualisme sebagaimana yang dilakonkan kaum kapitalis sudah saatnya ditinggalkan, dimana transaksi tersebut semakin jauh terhadap keadilan.

 

Saatnya Aceh untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi melalui transaksi yang dapat memberikan semangat untuk membangun ekonomi dengan kebersamaan. Perputaran roda ekonomi akan semakin cepat, apabila semua komponen masyarakat dalam keadaan sehat dan bersemangat. Derap langkah yang sama akan menciptakan bangunan ekonomi seimbang serta berkeadilan.  Model sadokah keranjang gantung merupakan praktek sosial ekonomi masyarakat Aceh yang harus dilestarikan kembali.()

Prof. Dr. Apridar, S.E., M. Si

Rektor Universitas Islam Kebangsaan Indonesia (UNIKI) Aceh

Email: apridar@uniki.ac.id

 

 

Dialog

Tafsir dan Hadist

Dinas Syariat Islam

Menuju Islam Khaffah

Tabloid Gema Baiturrahman

Alamat Redaksi:
Jl. Moh. Jam No.1, Kp. Baru,
Kec. Baiturrahman, Kota Banda Aceh,
Provinsi Aceh – Indonesia
Kode Pos: 23241

Tabloid Gema Baiturrahman merupakan media komunitas yang diterbitkan oleh UPTD Mesjid Raya Baiturrahman

copyright @acehmarket.id 

Menuju Islam Kaffah

Selamat Datang di
MRB Baiturrahman