GEMA JUMAT, 3 MEI 2019
Senin depan, mayoritas umat Islam di seluruh dunia akan melaksanakan puasa atau shaum selama sebulan. Selama Ramadhan, suasana lingkungan pun jadi islami. Bahkan televisi-televisi lebih semarak dengan ragam acara bernuasa Islam. Dini hari, acara di televisi dihiasi dengan aneka dakwah dan sebagainya.
Dari tahun ke tahun, kita sudah paham bahwa puasa atau shaum adalah menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa. Secara semiotik, shaum dan shiyam itu berbeda maknanya walaupun berasal dari akar kata yang sama yakni bahasa Arab.
Shiyam adalah menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seks demi karena Allah sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Sedang shaum digunakan al-Qur’an untuk makna menahan diri tidak mengucapkan sesuatu yang tidak berguna walau sesuatu itu benar. Pada intinya, berpuasa selama Ramadhan tidak melakukan hal-hal yang dilarang dalam Islam. Sedangkan kata puasa berasal dari kata Sangsakerta. Dulu pendakwah menggunakan kata puasa yang sudah familiar pada era kerajaan Hindu di Nusantara.
Ramadhan 1440 H atau tahun ini bersamaan dengan suasana penghitungan suara Pemilu 2019. Sebagaimana diketahui, pemenang Pilpres 2019 diplenokan pada 22 Mei mendatang. Dan tidak bisa dibantah lagi, selama masa kampanye, pemungutan suara hingga pasca pencoblosan, kita menerima dan bahkan menyebarkan berbagai informasi yang masuk ke medsos atau telepon pintar. nah menjelang diumumkan peraih suara terbanyak pada Pilpres 2019, maka umat berkewajiban untuk menjaga tulisan dan lisan selama Ramadhan.
Rasul bersabda, “Kalau salah seorang di antara kamu berpuasa lalu ada yang memakinya, maka hendaklah dia berucap: Ya Allah, aku berpuasa.” Maksudnya, hendaklah dia menanamkan dalam benaknya bahwa shiyam atau shaum melarangnya untuk mengucapkan sesuatu yang buruk.
Salah
satu hikmah selama Ramadhan, yakni umat yang berpuasa bisa menahan diri
dari menciptakan dan menyebarkan fitnah. Menahan diri dari
perbuatan-perbuatan yang menjerumus pada lingkaran fitnah butuh keimanan
yang kuat. Melalui shaum selama Ramadhan, warga dididik menjaga lidah
atau ucapan yang menyakitkan orang lain. tidak sekadar menahan makan dan
minum. yang utama dari berpuasa yakni penyucian hati alias
Melatih hati dan pikiran untuk taat beribadah.
Jika shalat dapat mencegah perbuatan keji seperti korupsi, menzalimin kaum dhuafa dan lain-lain, maka dengan berpuasa selama Ramadhan dan di luar Ramdhan, dapat memotong ego dan takabur yang berselimut di tubuh yang berpuasa. Jika berpuasa hanya dimaknainya menahan makan minum dengan tetap melakukan dosa melalui lisan dan tulisan, maka nilai puasa menjadi musnah. Berapa banyak orang yang berpuasa, tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali haus dan lapar.
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah).
Akhirukalam, marhaban yaa Ramadhan! [Murizal Hamzah]