Jum’at, 21 agustus 2015 M/ 6 zulkaidah 1436 H
Prof. Dr. Tgk. H. Azman Ismail, MA (Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman)
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkani (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “AlQuraan ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu. Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quraan dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari. (QS: Surat al-An’am ayat 25 – 26).
Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana sikap yang ditunjukkan orang kafir yang memahami ayatayat al-Qur’an dengan baik, namun Allah telah menutup hati mereka sehingga apa yang mereka pahami menjadi terhalang. Itulah tanda orang yang tidak mau beriman. Dari penggalan awal ayat di atas dapat dipahami, bahwa keimanan merupakan hidayah dari Allah, sehingga dalam ayat lain disebutkan bahwa, Rasulullah ataupun manusia tidak dapat memberikan hidayah, meskipun terhadap orang-orang yang sangat dekat dengan kehidupan kita, meski kita tidak memiliki permusuhan, tetapi masalah mendapat hidayah dan tidaknya, merupakan hak prerogatif dari Allah.
Selanjutnya disebutkan dalam penggalan ayat tersebut di atas, bahwa kebebalan ataupun keingkaran mereka dalam menentang Islam sangatlah kuat, sehingga meskipun tanda-tanda kebenaran yang ditunjukkan kepada mereka, mereka tetap akan membantahnya. Sehingga dalam versi orang-orang ingkar pada zaman dahulu, menganggap al-Qur’an sebagai sebuah dongengan semata. Pada zaman sekarang, saat ilmu pengetahuan dan sains menjadi kiblat kebenaran, maka orangorang kafir meragukan keotentikan al-Qur’an dengan melontarkan pertanyaan yang harus seratus persen rasional dan logis. Namun demikian, al-Qur’an jika dihadapkan dengan ilmu pengetahuan, maka akan terdapat titik temu, khususnya di bidang sains, ilmu alam dan teori alam semesta, dan hal tersebut menyebabkan sebagian saintis (pakar) banyak memeluk Islam dengan kesinkronan ayat-ayat al-Qur’an dengan kenyataan empiris pengetahuan. Begitupun, Allah telah menyatakan bahwa urusan hidayah adalah hak Allah, sehingga walau bagaimanapun ‘frekuensi’ atau banyaknya kita mengeluarkan dalil-dalil kebenaran al-Qur’an, maka orang-orang kafir tetap tidak mau beriman. Inilah kerugian dan penyesalan yang tidak terkira bagi mereka pada hari kiamat kelak.
Usaha-usaha untuk menghalangi al-Qur’an masuk dalam dimensi kehidupan masyarakat juga diupayakan agar tidak terjadi pada zaman sekarang. Berapa banyak peraturan yang dibuat, agar al-Qur’an tidak didengarkan? Masyarakat muslim dibutakan dengan teori-teori kebenaran lain yang tidak berdasarkan al-Qur’an, sehingga mereka menjadi asing dengan identitas keislaman mereka. Maka berbahagialah kita yang tetap melazimi al-Qur’an sebagai pedoman kita. Terlebih lagi, kita telah diberi hidayah oleh Allah untuk terus kokoh memegang agama kita serta mengharapkan hidayah (petunjuk Allah) dalam menjalani kehidupan sebagaimana doa yang kita panjatkan berulang-ulang dalam shalat; ihdina shiraat almustaqiim. Amin ya Allah..Amiin ya rabbal alamiin