Oleh : Sayed Muhammad Husen
Silaturrahim perekat di tengah masyarakat yang retak akibat lemahnya kepedulian, saling pengertian dan pertentangan paham yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Silaturrahim dapat dipahamai sebagai interaksi antar individu dalam satu komunitas, dengan berbagai pola, pendekatan dan kepentingan. Interaksi dan komunikasi yang mempertemukan kepentingan, harapan dan cita-cita bersama mereka.
Dalam hal ini, mengintensifkan selaturrahmim sama halnya dengan meningkatkan kualitas interaksi individu dan masyarakat Aceh ini. Hal ini menjadi satu koreksi terhadap keretakan sosial yang terjadi, dengan berbagai sebab. Terutama akibat lemahnya pemahaman makna hidup bersama.
Interaksi dalam konflik kepentingan yang sempit dan individualistik dan sering berpihak pada kelompok dominan. Tidak terjadi secara alamiah. Tidak ikhlas. Masing-masing pihak menggiring proses interaksi ke arah yang menguntungkan pihaknya. Tidak partisipatif. Akibatnya lebih jauh, ada kelompok yang tersakiti perasaannya. Tidak bahagia.
Keretakan sosial aklibat konflik paham keagamaan misalnya dapat kita lihat dari prilaku masyarakat yang jauh dari syariat Islam: saling curiga, pendendam, tak patuh pemimpin (ulil amri), sebaliknya pemimpin tak memahami aspirasi ummat dan lahirnya kelompok dominan.
Karena itu, silaturrahmi Idul Fitri yang telah kita lakukan dapat menjadi momentum refleksi spritualitas untuk merajut kembali keretakan dan memperbaiki kesemrautan sosial yang masih tersisa akibat pertentangan paham keislaman. Jika hal ini dapat kita lakukan dengan baik dan berkelanjutan, maka akan berdampak positik terhadap upaya harmonisasi Aceh.
Untuk mengaktualisasikan semangat silaturrahim sebagai perekat sosial, muslimin Aceh haruslah menunjukkan komitmen dan amal sosial yang berkualitas dan ikhlas. Komitmen kita tunjukkan dalam bentuk tekad merawat persaudaraan dan saling pengertian. Kita perlu belajar lebih banyak lagi tentang cara membangun dan memperkuat ukhuwah islamiah dan solidaritas Islam.
Marilah kita menemukan kembali satu ajaran Islam yang hilang: silaturrahim yang kita bangun atas dasar iman. Lalu, kita aktualisasikan sebagai perekat sosial yang retak akibat pertentangan hal-hal sepele dalam belajar dan mengamalkan ajaran Islam. Mari kita dayagunakan spirit silaturrahim ini sebagai sebuah kekuatan baru dalam mensukseskan pembangunan Aceh, sampai kita kita mendekati cita-cita bersama: terwujudnya baldatun thayyibatun warabbun ghafur.