Masalah kemiskinan yang merajalela di berbagai negara, terlebih di Negara Muslim yang tak pernah terselesaikan, menjadi suatu fenomena yang harus dipecahkan. Karena kemiskinan menjadi beban yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang menghadapinya. Sebagian orang menganggap bahwa kemiskinan bukanlah suatu hal yang perlu dipermasalahkan, karena miskin merupakan takdir dari Allah SWT yang harus dihadapi. Namun pada hakikatnya, Islam tidak menghendaki umatnya menjadi miskin.
Islam sangat memperhatikan kesejahteraan umatnya. Untuk mengentaskan kemiskinan yang ada, Islam mempunyai cara dan alternatif yang variatif. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Islam memandang kemiskinan, dan bagaimana Islam mengatasi dan mengentaskan kemiskinan yang melanda umat muslim di dunia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Aceh sudah menjadi daerah termiskin dibandingkan dengan daerah lain di Sumatera sejak 2002. Dalam rilis yang diterbitkan BPS Aceh, jumlah penduduk miskin Aceh pada September 2020 sebanyak 833.910 orang atau 15,43 persen. Jumlah itu bertambah 19.000 orang dibandingkan Maret 2020, yakni 814.910 orang. Bahkan, sejak 19 tahun Aceh termasuk daerah termiskin di Sumatera.
Menurut KH. Ali Yafie, terdapat beberapa petunjuk dari salah satu hadis yang mengungkapkan sebab-sebab kemiskinan, yang berbunyi: ”… aku mohon supaya Engkau (Tuhan) melindungi aku dari kelemahan (al-’ajz), kemalasan, ketakutan, kepelitan, terlilit hutang dan diperas atau dikuasai sesama manusia.” Di dalamnya tercantum hal-hal pokok yang menimbulkan kemiskinan yang memelaratkan, yaitu:
Pertama: Kelemahan. Apakah itu kelemahan hati dan semangat, atau kelemahan akal dan ilmu, ataukah kelemahan fisik. Semua itu mengurangi daya pilih dan daya upaya manusia sehingga tidak mampu menjalankan fungsinya sebagai pencipta dan pembangun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kedua: Kemalasan. Tidak diragukan lagi bahwa sifat ini merupakan pangkal utama dari kemiskinan. Penataan hidup sehari-hari yang diajarkan oleh Islam sangat bertolak belakang dengan sifat ini.
Ketiga: Ketakutan. Hal ini pun jelas merupakan penghambat utama untuk mencapai suatu sukses dalam pekerjaan dan usaha. Keberhasilan seseorang dalam merintis ataupun melanjutkan sesuatu atau tugas banyak tergantung dari keberanian yang ada pada dirinya.
Keempat: Kepelitan. Hal ini banyak bersangkutan dengan pihak si kaya, karena dengan sifat ini tanpa disadari kepelitannya itu membantu untuk tidak mengurangi kemiskinan, dan menempatkan dirinya menjadi sasaran untuk dibenci oleh si miskin.
Kelima: Terlilit hutang. Terdapat banyak peringatan dari ajaran Islam untuk berhati-hati jangan sampai terjerat hutang-utang, karena hutang itu adalah sangat membelenggu kebebasan, baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi orang yang sudah terbiasa dengan membiayai hidupnya dari hutang-hutang sulit sekali mengangkat dirinya dari lumpur kemiskinan. Keenam: Diperas atau dikuasai sesama manusia.
Hal ini merupakan penyebab bagi timbulnya banyak penderitaan dan kemelaratan, baik pada tingkat perorangan maupun pada tingkat masyarakat, bangsa dan negara. Pemerasan manusia kuat menimbulkan sistem perbudakan, dan pemerasan manusia kaya menimbulkan sistem riba. Dan pemerasan pada tingkat masyarakat bangsa/negara menimbulkan sistem kapitalisme yang berkembang menjadi imperialisme. Kenyataan yang ada di negeri-negeri jajahan atau setengah jajahan membuktikan dengan jelas betapa besar kemiskinan yang memelaratkan masyarakat, berabad-abad lamanya sebagai akibat langsung dari sistem imperialisme itu.
Solusi Islam
Dalam jurnal SALAM, Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i FSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Vol. 6 No. 2 (2019) menjelaskan, Islam adalah sistem hidup yang shahih. Islam memiliki cara yang khas dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Syariat Islam memiliki banyak hukum yang berkaitan dengan pemecahan masalah kemiskinan; baik kemiskinan alamiyah, kultural, maupun sruktural.
Hanya saja, hukum-hukum itu tidak berdiri sendiri, melainkan memiliki hubungan sinergis dengan hukumhukum lainnya. Jadi, dalam menyelesaikan setiap masalah, termasuk kemiskinan, Islam menggunakan pendekatan yang bersifat terpadu. Bagaimana Islam mengatasi kemiskinan,
Pertama, Adanya jaminan Pemenuhan Kebutuhan Primer Islam telah menetapkan kebutuhan primer manusia terdiri dari pangan, sandang, dan papan. Terpenuhi-tidaknya ketiga kebutuhan tersebut selanjutnya menjadi penentu miskin-tidaknya seseorang. Sebagai kebutuhan primer, tentu pemenuhannya atas setiap individu, tidak dapat ditawar-tawar lagi. Oleh karena itu, Islam memberikan jaminan atas pemenuhan kebutuhan ini.
Kedua, pengaturan Kepemilikan Pengaturan kepemilikan memiliki hubungan yang sangat erat dengan masalah kemiskinan dan upaya untuk mengatasinya. Syariat Islam telah mengatur masalah kepemilikan ini, sedemikian rupa sehingga dapat mencegah munculnya masalah kemiskinan. Bahkan, pengaturan kepemilikan dalam Islam, memungkinkan masalah kemiskinan dapat diatasi dengan sangat mudah.
Ketiga, penyediaan Lapangan Kerja Menyediakan lapangan pekerjaan merupakan kewajiban negara. Hal ini menyandar pada keumuman hadits Rasululah Saw.13 Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah memberikan dua dirham kepada seseorang. Kemudian Beliau Saw bersabda: “Makanlah dengan satu dirham, sisanya belikan kapak, lalu gunakan ia untuk bekerja.”
Keempat, penyediaan Layanan Pendidikan. Syariat Islam telah mewajibkan negara untuk menyediakan layanan pendidikan secara cuma-cuma kepada rakyat. Sebab, pendidikan memang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap individu rakyat. Layanan pendidikan ini akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, dan selanjutnya akan mewujudkan individu-individu yang kreatif, onovatif, dan produktif. Dengan demkian kemiskinan kultural akan dapat teratasi. (dbs/marmus)
Solusi Islam Atasi Kemiskinan
Masalah kemiskinan yang merajalela di berbagai negara, terlebih di Negara Muslim yang tak pernah terselesaikan, menjadi suatu fenomena yang harus dipecahkan. Karena kemiskinan menjadi beban yang sangat menakutkan bagi setiap orang yang menghadapinya. Sebagian orang menganggap bahwa kemiskinan bukanlah suatu hal yang perlu dipermasalahkan, karena miskin merupakan takdir dari Allah SWT yang harus dihadapi. Namun … Read more
...Dialog
Etika Berpolitik
Etika harus ditunjukkan sebagai simbol
Didiklah Anak dengan Lemah Lembut
Dalam pandangan sejarah, Presiden Soekarno
Guru PAI Harus Tersedia di Sekolah
Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa
Khutbah
Merawat Ukhuwah Islamiyah Di Tahun Politik
Hari Ketika Mulut Dikunci
Dinas Syariat Islam
Mensyukuri Hari Libur
Gema, 01 April 2018 Oleh Dr. Sri Suyanta (Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry) Saudaraku, hari Ahad benarkah menjadi hari libur bagi
RMRB Launching Forum Dakwah dan Al-Qur’an Aceh
Banda Aceh (Gema)– Remaja Masjid Raya Baiturrahman (RMRB) terus mengepakkan sayap dakwah dalam menebar kebermanfaatan. Baru-baru ini RMRBmelaunching sebuah program dahwah milineal yaitu Forum Dakwah
Ingin Angkat Citra ASN Aceh Semakin Baik
GEMA JUMAT, 24 JANUARI 2020 Wawancara : dr. Taqwallah, M.Kes, (Sekretaris Daerah Provinsi Aceh) Visi Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh Periode 2017-2022, tentang memperkuat pelaksanaan Syariat
TERLARANG MEREBUT SUAMI SAUDARINYA
Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata Rasulullah SAW bersabda : Tidak halal bagi seorang wanita meminta supaya saudari perempuannya dithalaq agar dia mengisi atau menempati