Gema Jumat, 23 Oktober 2015
Oleh : Sayed Muhammad Husen
KonfliK intern dan antar ummat bergama selalu saja bikin rumit. Salah satu faktor penyebab, karena konflik ini disertai sentimen psikologis yang dalam. Ummat beragama begitu fanatik terhadap agama dan keyakinannya. Mereka cenderung mempertahankan agama dengan segala konsekuensi. Tindakan yang dilakukan bisa saja tak rasional. Tanpa memperhitungkan dampak lebih jauh terhadap orang lain dan lingkungan.
Demikian halnya dengan konflik Singkil, baru-baru ini, yang berakibat menimbulkan korban jiwa, sebagian luka parah dan pembakaran gereja oleh massa. Kekerasan sulit dihindari, sebab penganut agama yang berbeda tersulut api emosi, saling tak percara dan melihatnya sebagai musuh yang saling berhadapan. Ini terjadi, karena kristalisasi persoalan gereja illegal yang seakan terjadi pembiaran dalam waktu yang lama.
Dalam pandangan kita, persoalan keagamaan paling utama di Singkil adalah berlarut-larutnya pelanggaran hukum akibat pembangunan gereja tanpa tanpa izin. Tidak mengindahkan regulasi yang ada. Letupan pun tak dapat dihindari. Negara seakan tak hadir mengantisipasi bentrok warga. Lalu, konflik Singkil benar-benar mendunia dan dengan itu pula menggerakkan seluruh pemangku kepentingan bertindak cepat.
Kita salut terhadap Forum Kerukunan Ummat bangsa (FKUb), gubernur, Pangdam, Kapolda, dan berbagai komponen bangsa lainnya yang bertindak cepat menyelesaikan konflik Singkil. Demikian juga “kedewasaan” warga melokalisir konflik, sehinga tidak melebar dan berlarut-larut. Konflik ini akhirnya menemukan solusi dengan pembongkoran sepuluh gereja illegal dan dan meminta secepatnya 13 gereja lagi mengurus izin.
Solusi konflik Singkil seharusnya tak berhenti disini. Masih tersisa beberapa persoalan lain yang jika tanpa diantisipasi bisa saja jadi bom waktu, misalnya kemiskinan dan kualitas SDM warga yang rendah, peternakan babi yang belum tertib dan penjualan tanah milik masyarakat muslim yang tak terkontrol. Masalah lain, komitmen pemerintah yang rendah dalam menjaga kerukuran ummat beragama dan sikap militansi yang berlebihan.
Untuk itu, kita berharap, pemerintah dan komponen sipil seperti da’i perbatasan, dewan dakwah, baitul mal dan lain-lain yang selama ini telah bekerja mendampingi masyarakat Singkil dapat terus meningkatkan perannya, sehingga kita pastikan solusi konflik Singkil bisa permanen dan jangka panjang.