GEMA JUMAT, 12 APRIL 2019
Oleh Zulfurqan
Sejak Selasa (9/4) di media sosial banjir dukungan terhadap aksi ribuan mahasiswa lintas perguruan tinggi yang menolak PT. Emas Mineral Murni (EMM) di Beutong Ateuh, Nagan Raya dan di Pengasing, Aceh Tengah. Aksi mahasiswa tersebut kemudian terus berlanjut hingga hari berikutnya.
Penolakan terhadap PT. EMM sebelumnya sudah disampaikan oleh penduduk daerah setempat di Nagan Raya dan Pengasing. Masyarakat menilai bahwa PT. EMM dapat memberikan dampak buruk terhadap lingkungan serta perekonomian masyarakat. Kemudian aspirasi masyarakat tersebut dilanjutkan oleh mahasiswa dengan semangat membara. Uniknya, beberapa dosen di salah satu universitas mengapresiasi mahasiswa yang ikut aksi dengan siap memberikan nilai baik bagi mahasiswanya.
Dukungan warga ini dilandasi oleh tujuan yang sama untuk membela kaum lemah. Di saat aspirasi masyarakat disampaikan oleh mahasiswa, maka senantiasa muncul ragam dukungan dan pujian. Karena sebenarnya, masih banyak orang-orang yang menyimpan aspirasi tetapi tidak tahu bagaimana harus menyalurkannya. Bahkan, aksi kali ini dinilai sebagai aksi terbesar pasca perdamaian Aceh.
Melihat kasus penolakan masyarakat terhadap PT. EMM, mahasiswa sudah mengambil peran strategis dengan idealismenya membela kaum yang layak dibantu. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa-mahasiswa di Aceh peka dengan isu kemanusiaan di sekitarnya.
Kalau kita melihat lebih jauh dalam sejarah Indonesia, mahasiswa di era 1998 bersatu menggelar aksi dan dinilai berhasil memaksa Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden Indonesia. Peristiwa tersebut semakin menyakinkan jika mahasiswa yang bersatu mampu membawa perubahan besar.
Sementara itu, dari aksi mahasiswa di Aceh pada Selasa itu, diyakini akan membawa perubahan terhadap kebijakan pemerintah pula. Suara-suara dari para mahasiswa tidak boleh didiamkan, melainkan dicarikan solusi terbaik. Kita harus ingat bahwa suara mahasiswa adalah suara rakyat yang dulunya mungkin terbungkam rapat.
Aksi simpati mahasiswa juga merupakan salah satu dari Tri Dharma (tiga visi) perguruan tinggi yang selalu digaung-gaungkan. Tiga visi tersebut yakni pengajaran dan pendidikan, penelitian dan pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat. Dan aksi mahasiswa tergolong pada pengabdian dengan menyuarakan aspirasi masyarakat.
Kritisnya mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa semakin cerdas, peka pada isu sosial, lingkungan, ekonomi, dan lainnya. Pada generasi berikutnya mahasiswa-lah yang menjadi agen perubahan ke arah lebih baik.
Maka, alangkah baiknya ketika aksi-aksi mahasiswa selama itu positif dapat didukung serta disambut layaknya seorang ayah menanti putranya. Karena pada akhirnya, putra-putra inilah yang menggantikan posisinya ayahnya kelak.
Kita berharap, bahwa pemerintah, mahasiswa, masyarakat, dan lembaga sosial masyarakat bersinergi membangun negeri. Dekatkan jarak bila sudah jauh, agar suara-suara dari rakyat ini dapat sampai kepada pemerintah. Karena pada akhirnya, semua yang diperjuangkan, dikerjakan, semata-mata harus demi kepentingan rakyat.