Gema JUMAT, 8 Januari 2016
Oleh H. Basri A. Bakar
“Pada hari itu tidak berguna syafaat, kecuali (syafaat) orang yang Allah Maha Pemurah telah memberi izin kepadanya, dan Dia telah meridhai perkataannya.” (QS. Thaha: 109).
Dari segi bahasa Syafaat berasal dari kata asysayafa’ (ganda) yang merupakan lawan kata dari al-witru (tunggal), yaitu menjadikan sesuatu yang tunggal menjadi ganda, seperti membagi satu menjadi dua, tiga menjadi empat, dan seterusnya. Sedangkan secara istilah, syafaat berarti menjadi penengah bagi orang lain dengan memberikan manfaat kepadanya atau menolak madharat.
Allah juga berfi rman yang artinya : “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikit pun tidak berguna kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (QS. An-Najm: 26).
Pada hari kiamat nanti, syafaat bisa berlaku dalam berbagai bentuk. Syafaat terbesar adalah syafaat Nabi Muhammad SAW untuk semua manusia agar diberi keputusan di antara mereka. Lalu beliau SAW memberi syafaat kepada mereka dan Allah SWT memberi keputusanNya. Ini adalah kedudukan terpuji bagi Rasulullah SAW. Ada juga syafaat Rasulullah SAW untuk segolongan dari umatnya, yang masuk surga tanpa hisab. Mereka berjumlah 70.000 orang. Namun di antaranya syafaat beliau SAW agar diberi izin untuk seluruh orang-orang yang beriman untuk masuk surga.
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya Nabi SAW bersabda : “Manusia yang paling bahagia dengan mendapat syafa’atku pada hari kiamat adalah yang mengucap ‘Tiada A (yang berhak disembah) selain Allah SWT murni dari hati atau dirinya.” (HR. Bukhari).
Semoga kita ummat Nabi Muhammad SAW mendapat syafaat beliau di yaumil mahsyar di mana saat itu tidak berguna lagi harta, kerabat, jabatan dan pangkat. Tentu saja syafaat iu akan dapat diperoleh apabila sesorang beriman dan taat kepada Allah dan selalu cinta kepada Rasulullah dengan mengikuti sunnah-sunnahnya.