Gema JUMAT, 2 Oktober 2015
Dengan mengusung visi model kota Madani, pemerintah Kota Banda Aceh diharapkan adanya keseimbang antara lahir dan batin. Hal itu sesuai dengan makna dari kata Madani itu sendiri yakni, Madanaa. Dalam konteks lebih luas bermaksud adanya keseimbang antara pembangunan lahir dan pembangunan batin. Pembangunan lahir itu meliputi infrastruktur, sistem dan regulasi. Sedangkan pembangunan bathin meliputi insaniah, jiwa, yang merangkumi perkara aqidah, syariah dan akhlaq.
Jika keseimbangan ini tidak dijaga dengan baik maka, pembangunan kita akan pincang dan timbul berbagai persoalan di masyarakat dalam kota Madani dan yang paling utama adalah membangun masyarakatnya untuk kenal, cinta dan takut kepada Allah SWT. Sebagai contoh terbaik adalah ketika Rasulullah Saw, keluarga dan para Sahabat membangun kota Madinah.dari Iman dan Taqwa lahirlah model masyarakat disemua bidang seperti pendidikan, ekonomi, sosial, budaya, pertanian, pariwisata dan lain-lain yang menunjukkan kesyumulan Islam atau Islam kaffah. Sebab itu masyarakat yang Madani adalah inti terkuat untuk mewujudkan model kota Madani.
Sementara itu, trend dunia hari ini adalah Halal Tourism, karena orang sudah bosan dengsn wisata hura-hura atau melalaikan. Bahkan Negara-negara non muslim pun membuat konsep Islamic Tourism. Ini untuk menarik wisatawan muslim dunia yang terkenal tertib dan spending money yang lebih besar. Mereka melacong sambil ziarah dan ibadah.maka sebagai negara muslim terbesar di dunia indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan wisata Islami ini, lebih-lebih Aceh sebagai propinsi Syariah bisa menjadi pioneer dalam bidang ini. Ini terbukti semakin besar minat wisatawan muslim Asean terutama Malaysia yang ke Aceh.
Aceh sebagai wilayah Serambi Mekkah merupakan tempat pertama Islam di Nusantara. Sehingga memililiki peninggalan sejarah Tamaddun Islam yang luar biasa. Seperti peninggalan kerajaan Islam Samudera Pasai, Kerajaan Islam Lamuri dan kerajaan Islam Aceh Darussalam, peninggalan situs-situs bekas Tsunami, alam yg indah , lautan , gunung, sawah, sungai, budaya Islami yang kaya, berbagai tradisi adat Resam dan tarian yang menarik. begitu juga dengan mudahnya mendapatkan makan halal dan juga lezat seperti kopi Aceh , mie Aceh, ayam tangkap, kuah beulangong serta sarana ibadah, mesjid menjadi daya tarik tersendiri dan juga pelaksanaan syariat Islam juga daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan muslim dunia.
Melaksanakan konsep wisata Islami dimulai dari pemahaman yang benar tentang Islam itu sendiri. Kemudian diterjemahkan dalam konsep yang jelas dan dilaksanakan juga oleh pelaku-pelaku usaha pariwisata yang bwrjiwa Islami, jangan sampai kita jual jargon Islami tetapi pelaksana di pemerintahan dan masyarakat tidak berjiwa Islami itu sama dengan hipokrit.
Sejauh ini belum ada keseriusan dari pemerintah dan dinas terkait mengenai wisata Islami ini. Masih sekadar wacana tapi lemah di prakteknya. Padahal Aceh bisa menjadi destinasi favorit wisata Islam dunia, kita terkesan masih galau.
Oleh karena itu kita mesti bahu membahu membangun peluang ini, karena wisatawan muslim ini tidak bertabrakan dengan budaya kita, berbeda dengan konsep wisata konvensional. Siapa bilang Syariat Islam itu menghalang wisatawan, bahkan fakta membuktikan pelaksanaan Syariat Islam itu menjadi daya tarik Wisata.
Penulis, Mujiburrizal, Direktur Board of Aceh Is- lamic Tourism (BAIT) dan Duta Museum Aceh