Gema JUMAT, 7 Agustus 2015
Oleh H. Basri A. Bakar
“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang di pimpinnya, Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya”. (HR. Bukhari)
Dalam Islam, pertanggungjawaban seorang pemimpin bukan hanya kepada orang-orang yang menjadi tanggungannya tapi lebih jauh lagi ia harus mempertanggung¬jawabkan semua amanah yang diembannya di hadapan Allah Ta’ala. Oleh karena itu tidak ringan beban seorang pemimpin. Itulah sebabnya dalam pandangan Islam, memilih pemimpin bukan atas dasar hubungan dekat, satu partai, ada hubungan tali keluarga, karena anak atau atas dasar kedekatan lainnya.
Islam, mengingatkan agar dalam memilih seorang pemimpin harus sesuai dengan skill dan kapasitas yang ahli dibidangnya (expert). Aspek profesionalitas dalam menunjuk seorang pemimpin menjadi hal yang utama dalam ajaran Islam. Sebab, jika seorang pemimpin itu tidak mempunyai bekal ilmu dan pengalaman yang cukup untuk memimpin, maka kehancuran sebuah organisasi cepat atau lambat akan terjadi.
Di akhir zaman ini kelemahan umat Islam adalah dimana pemimpin hanya memimpin di bidangnya saja. Terhadap agama dan akhlak cenderung mereka abaikan. Biasanya pembangunan fisik menjadi dominan, sementara ummat semakin merosot dalam bidang pengamalan agama, akhlak dan moral.
Di antara kriteria pemimpin yang baik dalam Islam adalah beriman dan beramal shaleh. Inilah kriteria pertama bagi siapa pun yang ingin menjadi pemimpin. Kriteria kedua adalah perlu niat yang lurus. Ini penting, sebab ada orang yang ingin jadi pemimpin karena menginginkan sesuatu di baliknya. Oleh karena itu sadarlah bahwa jabatan bisa membuat seseorang mendapat rahmat Allah dan banyak pula yang menjadi murkaNya. Celakalah bagi pemimpin yang sama sekali tidak berusaha mengajak orang yang dipimpinnya untuk taat kepada Allah SWT