Muhammad Firdaus – Muallaf
Tauhid Membuat Iman Saya Kuat
Penghujung tahun lalu, Gema bertemu dengan sosok yang telah mendapat hidayah sejak 12 September 2017, saat berkunjung ke Masjid Besar Syuhada Lamgugob Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dalam rangka menggalang dana untuk Pondok Pesantren. Muhammad Firdaus (39) yang sebelum memeluk Islam bernama Indra Bayu Chandra, mengaku sudah dua kali menginjak kakinya di Aceh. “Setahun yang lalu waktu itu saya lagi di Medan. Dalam rangka ibadah saya niatkan untuk i’tikaf di Aceh Serambi Mekah karena mau ke tanah sucipun belum kesampaian. Walau belum ke Mekkah, alhamdulillah saya sudah dua kali ke serambinya,” ujarnya sambil bergurau.
Firdaus hidup dalam keluarga keturunan Tionghoa, dimana mendiang bapaknya sudah lama memeluk Islam yaitu tahun 1982 atau saat ia masih enam bulan dalam kandungan. Pada masa Firdaus remaja, ayahnya berkali-kali membujuk, namun ia tetap tidak bergeming. “Saya benar-benar menyesal saat itu, kenapa saya tidak masuk Islam sejak dulu, mungkin Allah belum menurunkan hidayah untuk saya” katanya mengenang.
Pria kelahiran Jakarta 28 Oktober 1982 ini mengaku sempat dibaptis di gereja GMAHK Advent pada tahun 2013 saat ia masih berusia 30 tahun, kemudian pindah ke gereja Tiberias dan dikirim ke Surabaya untuk menjadi misionaris.
Hati pemuda Bayu saat itu berontak dengan ajaran agamanya. “Setelah saya mempelajari dan menemukan ayat-ayat dalam Bibel bahwa Yesus adalah utusan Allah, berbeda dengan paham penganutnya yang meyakini Yesus anak Allah. saya pun bertekad untuk masuk Islam, karena saya sadar bahwa keyakinan lama saya menyekutukan Allah”, paparnya. “Beruntung orang-orang yang lahir di serambi Mekah yang jauh dari misionaris, mudah-mudahan yang belum shalat segera shalat,” pesannya.
Ayahnya terpaksa bercerai dengan ibunya gara-gara perbedaan keyakinan. Ibunya nikah lagi dengan orang Pontianak Kalimantan Barat. Selama dua bulan ikut ibunya ke Kalimantan, Firdaus berhasil mengislamkan ibu dan ayat tirinya. Namun kemudian ayah tirinya tidak menginginkan Firdaus tinggal bersamanya, sehingga terpaksa Firdaus balik ke pulau Jawa.
Untuk menebus dosa-dosanya, ia bahkan bersedia dicambuk di Aceh karena sebelumnya menggauli isterinya yang masih beragama Katolik. Namun setelah dijelaskan bahwa Allah Maha Pengampun dan menerima taubat hambaNya, barulah ia gembira. Lalu ia rela berpisah dengan isterinya, dan sampai saat ini tinggal di Pondok Pesantren Nurul Qadim Desa Kalikajar Kulon Paiton Probolinggo Jawa Timur. “Saya ingin terus mempelajari Islam dan berharap bisa menunaikan rukun Islam yang kelima walau hanya dalam mimpi karena secara ekonomi jelas saya tidak mampu”, ujarnya.
Dari lubuk hati yang dalam, Firdaus menyayangkan bila ada ummat Islam yang masih meninggalkan shalat. “Saya berharap orang-orang yang muslim sejak kecil agar tidak menyia-nyiakan Islam karena saya bisa masuk Islam dengan penuh pengorbanan. Ia mengaku semakin yakin dengan Islam karena digembleng oleh gurunya di Pondok Pesantren dengan menanamkan Ilmu Tauhid yang mantap. “Semua karena tauhid, karena Tauhid yang membuat iman saya kuat”, akunya.
Ia menitip pesan bila ada yang ingin berkomunikasi bisa mengontak HP. 082175168104. Dan jika ada yang berinfak, dipersilakan ke rekening BRI Nomor 314901028308532, atas nama Indra Bayu Chandra, karena ia mengaku masih punya utang dengan koperasi dan teman-teman lamanya. [Baskar]