Jika disebut kata pahlawan, setidaknya asosiasi kita tertuju kepada dua hal: perjuangan dan pengorbanan. Dua kata ini memang sulit dipisahkan, karena setiap perjuangan pasti menuntut adanya pengorbanan.
Pengorbanan tidak mungkin terwujud jika tidak disertai keikhlasan. Jadi, pahlawan adalah orang yang ikhlas mengorbankan jiwa, raga, ilmu, serta hartanya, demi mewujudkan cita-cita perjuangan.
Perjuangan itu multidimensi. Ada perjuangan meraih kemerdekaan, membela aqidah (agama) Islam, mencerdaskan bangsa, hingga perjuangan membela kebenaran dan hak-hak asasi manusia. Semua ragam perjuangan itu mulia dan merupakan fitrah setiap manusia.
Mereka bukan mati
Menurut Kolonel Purn Dr Ahmad Husein, MA, pahlawan adalah pahlawan. Mereka disebut pahlawan karena pahala yang diterimanya dari pengorbanannya tidak pernah putus. Allah sebut mereka bukan “mati” melainkan tetap hidup di sisi Allah. Disebut hidup karena pahala mereka yang terus mengalir tanpa henti (seakan mereka masih hidup dan menghasilkan pahala).
Menghargai jasa pahlawan adalah dengan meneruskan perjuangan dan cita-cita mereka. Sikap tulus dan ikhlas, keberanian dan keteguhan hati patut diteladani. Selain itu, menteladani cara mereka berjuang dan menghormati jasa-jasa mereka.
“Orang tua dapat mewariskan semangat kepejuangan melalui cerita dan keteladanan. Pendidikan juga dapat menanamkan nilai-nilai kepahlawanan bagi anak didik. Pemimpin, menunjukkan sikap dan perilaku kepemimpinan para pahlawan,” jelasnya.
Fisabilillah
Sementara itu, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry, Dr Samsul Bahri, MAg mengatakan, pahlawan adalah orang yang bersedia mengorbankan harta dan jiwanya di jalan Allah (fisabilillah) sebagaimana diungkapkan antara lain dalam Surah al-Taubah ayat 20, 41, 81 dan 88.
Cakupan “fisabilillah” tentu sangat luas. Ketika seseorang memperjuangkan atau membela kebenaran sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya, termasuk ke dalam cakupan “fisabilillah” dan pelakunya dapat disebut sebagai pahlawan. Apabila seseorang melibatkan diri dalam kegiatan belajar dan mengajar secara sungguh-sungguh agar ajaran Allah dipahami dan diamalkan sebagaimana mestinya, dengan kesediaan mengorbankan harta dan jiwanya, juga termasuk dalam cakupan pengertian pahlawan.
Demikian pula halnya dengan seseorang yang memperjuangkan hak-hak umat agar terhindar dari kezaliman dan kesemena-menaan, juga dapat dikategorikan sebagai pahlawan. Intinya, setiap orang yang berupaya secara benar dan sungguh-sungguh dengan kerelaan berkorban harta dan jiwa demi tegaknya kebenaran dalam bentuk apa pun, dapat dikatakan sebagai pahlawan.
Penceramah Masjid Raya Baiturrahman (MRB) ini menjelaskan, peran kita adalah melanjutkan perjuangan mereka. Jika dahulu mereka melawan penjajah yang mengeksploitasi sumber daya alam, sehingga menyengsarakan rakyat, maka kita di masa sekarang tidak boleh membiarkan eksploitasi hasil alam untuk kepentingan segelintir orang yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat.
“Kalau pahlawan dahulu membela hak-hak rakyat, maka kita sekarang pun mesti melanjutkan pembelaan hak-hak rakyat dalam bentuk apa pun. Jika perjuangan para pahlawan dahulu sudah berhasil melepaskan bangsa ini dari terjajah dan ketertindasan, maka sekarang kita mesti mengupayakan agar tidak ada di antara anak bangsa ini mengalami ketertindasan oleh pihak mana pun,” ungkapnya.
Dia menambahkan, cara menghargai jasa pahlawan yaitu dengan cara menjaga hasil perjuangan dan warisan dari mereka, baik yang bersifat fisik material maupun yang sifatnya spiritual. Warisan fisik dan material diantaranya bumi, air, dan segala isi atau kandungannya yang berguna untuk memakmurkan kehidupan umat.
Warisan yang bersifat spiritual di antaranya adalah keyakinan/agama dengan segala aspeknya, kearifan, tradisi, akhlakul karimah, dan kebiasaan-kebiasaan, yang menjadi ciri keutamaan bangsa kita. Semua itu kita jaga dan pelihara untuk dilanjutkan pewarisannya kepada generasi mendatang.
“Sikap yang perlu diteladani dari pahlawan, keberanian dalam membela kebenaran, serta kesediaan berkorban harta dan jiwa demi pencapaian cita-cita mulia dalam ridha Allah,” ucapnya.
Karakter
Akhi Tamlicha Hasan mengatakan, kepahlawanan dalam Islam adalah sifat atau karakter yang melekat pada orang-orang yang sangat spesifik dengan kemampuan memberikan dedikasi dan pengorbanannya untuk kepentingan agama dan keumatan. Hal ini tidak mampu dilakukan oleh individu maupun masyarakat umum.
Dalam Al Qur’an, konsep nyata kepahlawanan terdapat pada surat Al Ahzab ayat 23 dan An Nur ayat 37.
Banyak sabda Nabi SAW berbicara kepahlawanan, diantaranya riwayat Tabrani dari Ibnu Umar RA tentang orang yang paling dicintai oleh Allah adalah sosok yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. Seterusnya hadits merinci beberapa karakter seperti, menginspirasi kesenangan ke dalam hati orang lain, menghilangkan kesulitan, menutup rasa lapar, membantu urusannya, hingga menanggung hutangnya, tahan amarah, dan sebagainya.
“Intinya, kepahlawanan memiliki keberanian untuk melakukan hal-hak, baik bagi kepentingan orang lain, jujur, ikhlas, akhlak mulia, berjiwa kesatria membela kebenaran, tepati janji, tidak khianat, dan terpenting sangat ikhlas. Artinya, semua dilakukan tidak atas dasar materialistis dan syahwat, tidak untuk investasi pribadi dan tidak pula untuk popularitas duniawi,” katanya.
Di sisi lain, pengakuan dan tunduk pada kebenaran adalah sikap pahlawan. Menyadari kesalahan diri dan meminta maaf juga sifat kesatria.
Karena itu, hargailah jasa pahlawan dengan melanjutkan cita-cita besar dari pengorbanan mereka, seperti membantu sesama, melawan ketidak-adilan, meluruskan penyimpangan, mendidik generasi, menjamin kebersamaan dan kecukupan kebutuhan dasar hidup orang banyak, pembelaan bagi yang tertindas, siap berkorban dan mati untuk cita-cita luhur mereka sebagaimana mereka telah rela mati untuk itu semua.
“Pahlawan itu tidak terbentuk pada diri seseorang, kecuali dia memiliki beberapa keistimewaan seperti kekuatan ruh yang hidup dengan kekuatan fisik yang terlatih, keteguhan keyakinan, daya jangkau logika dan kecerdasan pikiran dengan luasnya ufuk pandangan kebenaran. Keistmewaan lainnya adalah mendalamannya rasa, tekad, pengorbanan, serta luasnya parameter kesabaran,” jelasnya.
Pahlawan memiliki ketenangan dalam situasi sulit dan pahit, kepercayaan diri saat situasi krisis dan genting. Dan, tentunya ada keberanian dan jiwa kesatria yang melengkapi diri seorang pahlawan, karena kedua sifat ini membentuk perlengkapan senjata mereka yaitu cinta dan pengorbanan. “Sikap-sikap inilah yang harus diteladani oleh kita semua,” tegas Penceramah MRB ini.
Menurut dia, agar perjuangan para pahlawan tidak sia-sia, perlu menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya dan bersikap proporsional dalam segala hal, sehingga mampu menjaga estafet makna kepahlawanan dan perjuangan mereka tetap lestari dalam benak dan pemahaman generasi selanjutnya. “Tidak boleh terjadi distorsi makna pahlawan itu sendiri,” pungkasnya. -Eriza, editor: smh