Oleh Prof. Dr. H. Zainal Abidin Alawy, MA
Penceramah Halqah Maghrib Masjid Raya Baiturrahman
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata: Rasullullah SAW bersabda, “Apabila seseorang diantara kamu berjumpa dengan saudaranya (yang muslim), maka hendaklah dia memberi salam kepadanya.” (HR Abu Dawud).
Perkataan “Assalamu’alaikum “ merupakan kalimat yang mengandung “ucapan selamat “ (salam ahli syurga), sesuai dengan yang diperintahkan Allah dalam AlQuranul Karim: “Penghormatan mereka (orang-orang mukmin itu) ketika mereka menemui-Nya ialah ‘salam’ (sejahtera dari berbagai bencana) dan Dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka.” (QS Al-Ahzab 33: 44).
Kalimat “salam” adalah katakata penghormatan yang diridhai oleh Allah untuk diucapkan hamba-Nya, yang diridhai juga oleh Rasulullah Muhammad SAW terhadap pengikut-pengikut dan umat sesudahnya dan tidak boleh diganti oleh muslim dengan ungkapan lain, yang dipakai oleh ummat lain di dunia, seperti “shabahul khair” yang berarti ‘‘selamat pagi” atau “good morning”. Tidak boleh pula diganti dengan kata “ahlan wa sahlan” yang berarti “selamat datang” atau “well come”. Tidak boleh dengan kata: ”An‘amallahu bika shabahan” (semoga Allah menikmatmu pagi-pagi). Salamsalam seperti itu bukan salam muslim.
Jadi, tidak boleh seorang muslim memulai pemberian salam penghormatan selain dengan bentuk salam yang diatur sesuai sunnah Rasul, yaitu “Assalamu ’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh”.
Memberi salam hukumnya sunat, sedangkan menjawab salam hukumnya wajib. Nabi SAW mengajarkan ummatnya ketika menjawab salam, maka dilakukan dengan yang lebih baik dan sempurna, seperti yang kita pahami dalam firman-Nya, ”Apabila dihormati dengan suatu salam penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan dia yang sepadan) dengannya. Sungguh Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (QS An-Nisa 4: 86).
Jawaban salam yang lebih baik, dengan menambah kalimatnya dari salam yang diberikan (diucapkan), seperti yang memberi salam mengucapkan kalimat “Assalamu ‘alaikum”, maka ketika membalas salam ucapkanlah dengan ungkapan “Wa‘alaikum salam wa rahmatullahi.”
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Turmudzy dari Imran Bin Hushain menyebutkan: Seorang laki-laki datang menghadap Nabi muhammad SAW dan lalu memberi salam: “Assalamualaikum”. Nabi SAW menjawab “Wa’alaikumussalam”, orang laki-laki itupun duduk, Nabi SAW menyatakan kepadanya: ”Untukmu itu sepuluh kebaikan.”
Lalu tidak berapa lama datang pula sahabat kedua, ia pun memberi salam kepada Nabi SAW dengan mengucapkan: ”Assalamu’alaikum warahmatullah”, Nabi pun menjawab salamnya dengan mengucapkan “Wa’alaikumsalam warahmatullah”. Orang itu pun lalu duduk. Nabi SAW menyatakan kepadanya, “Untukmu mendapat dua puluh (kebaikan).”Lalu sesudah itu datang pula sahabat Nabi lain (ketiga), seraya ia memberi salam kepada Nabi SAW dengan mengucapkan, ”Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh”, Nabi pun menjawab salamnya dengan mengucapkan, “Wa’alaikumsalm warahmatullahi wabarakatuh”, sahabat itu pun lalu duduk, kepadanya Nabi SAW mengatakan: ”Untukmu mendapat tiga puluh kebaikan.” Hadits Nabi SAW ini, memberikan gambaran kepada kita, bahwa pernah terjadi pada diri Nabi, tiga model orang memberi salam. Nabi SAW menjawab salam mereka dengan cara diselaraskan dengan cara mereka mengucapkan salam kepada Nabi SAW.
Disini tergambar kepada kita, sekurang-kurang cara menjawab salam seimbang dengan salam yang diberikan orang kepada kita, tetapi jika kita menjawab salam itu dengan lebih dari salamnya, maka itu adalah lebih afdhal.n