GEMA JUMAT, 13 JULI 2018
Azhari,S.Ag, M.Si, Ketua Umum DPP Koniry Aceh
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin melantik Prof Dr H Warul Walidin AK MA sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry periode 2018-2022 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Senin (2/7/2018). Sebagai rektor baru, tentu banyak harapan dan keinginan yang dipikulkan kepadanya oleh banyak pihak. Salah satu harapan Ketua Umum Alumni UIN Ar-Raniry, semoga kepemimpinan baru membawa kemaslahatan dan kebaikan bagi seluruh civitas akademika UIN Ar-
Raniry. Lebih lengkap simak wawancara wartawan Gema Baiturrahman Indra Kariadi dengan Ketua Umum DPP Koniry Aceh, Azhari, S.Ag., M.Si.
Bagaimana Anda melihat perkembangan UIN sejak berubah dari IAIN menjadi UIN?
Saya melihat perkembangan UIN Ar-Raniry setelah berubah dari IAIN Ar-Raniry sungguh sangat luar biasa perubahannya, baik dari segi managemen pengelolaan maupun kualitas kelembagaan yang semakin baik dan professional. Hal ini ditandai dengan semakin banyak minat mahasiswa untuk masuk kuliah di UIN Ar-Raniry, disamping infrastruktur kelembagaan semakin baik pula termasuk kualitas dosen yang memiliki kualifi kasi akademik bergelar profesor, doctor dan magister semakin banyak dan berkualitas, termasuk jumlah prodi masing masing fakultas terus bertambah serta tersedianya pendidikan magister dan doktoral berbagai disiplin Ilmu.
Karena itu, kami sebagai alumni sangat memberikan apresisi yang luar biasa kepada Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA yang mampu melakukan perubahan Kampus UIN menjadi kampus yang terbaik, bukan saja bagi rakyat Aceh tapi juga secara nasional.
Lalu apa harapan Anda pada rektor baru?
Harapan kami kepada Prof Dr H Warul Walidin AK MA sebagai rektor baru, agar dapat meneruskan perjuangan kepemimpinan UIN Ar-Raniry secara berkesinambungan, secara terpola dan sistematis. Sehingga kampus UIN Ar-Raniry sebagai salah satu kampus jantung rakyat Aceh ini akan semakin kompetitif dalam persaingan global kedepan, sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan sumber daya manusia di Aceh pada masa mendatang.
Di samping itu, harapan saya kepada rektor baru segera melakukan konsolidasi secara internal dan ekternal, terutama dengan seluruh stakeholder, civitas akademika termasuk dengan para alumni untuk sama-sama secara kolektif mendorong
membantu percepatan kemajuan kampus UIN Ar-Raniry, disamping memperkuat komunikasi, jaringan dan kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk dengan Pemerintah Aceh dan juga para alumni UIN Ar-Raniry sendiri.
Apa saran Anda terhadap peningkatan peran UIN Ar-Raniry?
Dalam rangka memperkuat pembangunan Aceh berbasis syariah kedepan, maka UIN Ar-Raniry sudah selayaknya menjadi lokomotif utama di Aceh, baik dalam penguatan aspek kognitif atau konsep pengetahuan syariat Islam sendiri, maupun dalam aspek penguatan afektif atau sikap serta perilaku masyarakat yang berbasis Syariat Islam. Sehingga Aceh benar-benar akan menjadi sebuah daerah yang bermartabat, serta penuh dengan kemuliaan, bukan saja mulia di mata manusia tapi juga mulia dalam pandangan Allah SWT. Karena itu, UIN Ar-Raniry harus dapat berperan penting sekaligus menjadi lembaga yang bertanggungjawab penuh secara moral dalam rangka percepatan implementasi syariat Islam di Aceh, sekaligus juga harus terlibat aktif melakukaan evaluatif secara berkala, sehingga akan dijadikan bahan korektif dalam penerapan Syariat Islam di Aceh.
Apa tantangan UIN Ar- Raniry?
Kita akui tantangan UINAr-Raniry kedepan semakin berat, terutama dalam segi kesiapan para lulusan UIN Ar-Raniry untuk mendapat akses pekerjaan dalam berbagai bidang. Apalagi tantangan teknologi dan globalisasi yang menuntut para alumni UIN Ar-Raniry harus memiliki kompetensi yang kuat dan hebat, sehingga dapat bersaing secara kompetitif. Karena itu lembaga UIN Ar-Raniry harus mampu melakukan
transformasi secara kelembagaan serta mutu pendidikan yang dapat merespon perubahan yang terjadi saat ini, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan itu sendiri.
Kalau UIN Ar-Raniry bersifat statis, maka dapat dipastikan secara kelembagaan akan ditinggalkan, karena tidak mampu melakukan penyesesuain dengan zaman yang semakin berubah. Hal inilah yang menjadi tantangan UIN Ar-Raniry kedepan, karena itu tidak ada cara lain bagi kita untuk terus melakukan evaluasi mutu dan silabus pendidikan yang bisa menjawab serta adaptif dengan perubahan zaman, tetap tidak menghilangkan identitas perguruan tinggi islami. Kami sebagai Ketua Alumni menyampaikan selamat bekerja dan sukses buat kita semua.