Gema, edisi jumat, 13 Februari 2015
Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry dalam setahun terakhir telah menunjukkan perubahan fisik dan akademik. Secara fisik, kita menyaksikan gedung dan peralatan belajar semakin baik dan lengkap. Sementara dari segi akademik, UIN membuka sejumlah program studi, jurusan dan fakultas baru. Terakhir UIN buka Fakultas MIPA, Sospol dan Ekonomi Bisnis. Kita belum berkesimpulan, apakah perubahan oleh manajemen UIN, telah memenuhi harapan muslimin Aceh dan Indonesia.
Satu hal kita apresiasi, kesungguhan UIN membuka program studi, jurusan dan fakultas baru. Hal ini tentu memberi makna bagi UIN sendiri sebagai konsekuensi perubahan status. Bagi Aceh, sangat strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia andal. Dengan langkah ini, eksistensi UIN akan cepat diakui pada tingkat nasional. UIN akan terlihat peningkatan kontribusinya dalam pembangunan dan islamisasi Aceh.
Dalam kaitan ini, kita mencatat dua hal patut dipertimbangkan manajemen UIN: Pertama, program studi, jurusan dan fakultas baru yang dibuka patut dipetakan dengan baik, sehingga tidak “membabat” habis pasar calon mahasiswa yang potensial masuk ke perguruan tingga Islam di Aceh. Sebab, ada tanggungjawab sosial UIN mendampingi perguruan tinggi Islam lain untuk maju dan berkembang bersama. Jangan secara ekstrem memposisikan perguruan tinggi umum sebagai pesaing.
Kedua, setiap program studi, jurusan dan fakultas baru, perlu tetap mengedepankan prinsip islamisasi ilmu pengetahuan. Jika hal ini tak dilakukan dengan baik, pada waktunya masyarakat Aceh akan berkesimpulan: UIN sama saja dengan perguruan tunggi lain. Semua perguruan tinggi dianggap hanya hadir sebagai industri, memproduksi alumni dan menyerahkan kepada pasar untuk memakainya, tanpa mempertimbangkan apakah produknya mampu berkontribusi bagi perubahan dan ismisasi Aceh.
Padahal, dalam pandangan kita, UIN adalah pusat perubahan dan islamisasi di luar lingkaran kekuasaan. UIN dan alumninya seharusnya mampu mendesain Aceh baru: Aceh sebagai pusat peradaban Islam di Asia Tenggara. Sumber daya manusia alumni UIN harus memiliki kompetensi dan komitmen menjadikan Aceh sebagai wilayah percontohan penerapan syariat Islam dalam semua aspek kehidupan. Bukan malah melahirkan insan yang cenderung sekuler seperti alumni kebanyakan perguruan tinggi umum. Sayed Muhammad Husen