Gema, Edisi Jum’at 13 Februari 2015
Penantian panjang IAIN Ar Raniry Banda Aceh untuk menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) terwujud. Status kampus yang letaknya di Kopelma Darussalam itu resmi meningkat usai terbit Peraturan Presiden (Perpres) RI Nomor 64. Bertepatan dengan perubahan status IAIN menjadi UIN Ar Raniry, IAIN genap berusia 50 tahun, sehingga jadi sebuah kado Istimewa bagi UIN dan masyarakat Aceh.
Perpres tertanggal 1 Oktober 2013 tentang peningkatan status IAIN menjadi UIN yang ditandatangani langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tercatat bahwa UIN Ar Raniry merupakan UIN ketujuh dan termuda di Indonesia, setelah UIN Sunan Syarif Kasim. Kemudian diresmikan pada puncak Dies Natalis ke-50 IAIN Ar Raniry dalam rapat senat terbuka oleh Wakil Mentri Agama (Wamenag) Republik Indonesia, Prof Dr Nasaruddin Umar MA.
Wamenag RI saat itu berpesan, dengan perubahan status tersebut diharapkan UIN Ar-Raniry bisa lebih maju. IAIN maupun STAIN kata Wamenag, identik dengan Islam. Islam itu mencakup keseluruhan, maka untuk memunculkan nilai-nilai universalnya Islam harus diwadahi oleh universitas Islam. Sebab universal Islam tidak mungkin diwadahi oleh institut maupun STAIN. Wamenag berharap, kehadiran UIN dapat menghidupkan kembali tradisi intelektual yang tidak terpisahkan dengan nilai-nilai agama. Selain itu dapat mengembalikan kegemilangan ilmu pengetahuan Islam yang pernah terjadi pada masa kegemilangan Islam.
Tetangga dekat UIN Ar Raniry, yaitu Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) juga menyatakan dukungan penuhnya terhadap pengalihan status Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).”Unsyiah mendukung penuh pengalihan status itu sebagai salah satu upaya mengembangkan berbagai disiplin ilmu yang ada di perguruan tinggi itu di masa mendatang,” kata Prof Dr Samsul Rizal, saat itu sebagai kata Penjabat Rektor Unsyiah.
Menurut Samsul, dengan adanya perubahan status tersebut perguruan tinggi itu akan bisa membuka berbagai program studi umum lainnya sesuai dengan kebutuhan ilmu pendidikan yang berkembang saat ini.
Bahkan, Samsul mengatakan pengalihan status tersebut tidak akan berdampak terhadap Unsyiah, sebab pihaknya berkomitmen bersama dengan berbagai universitas termasuk IAIN untuk melahirkan generasi Aceh yang lebih baik di masa mendatang. “Kami berkeinginan agar universitas yang ada di Aceh mampu menghasilkan generasi yang siap bersaing diberbagai level di masa mendatang,”katanya.
Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh Farid Wajdi mengatakan semua pihak di Aceh dalam mendukung upaya pengalihan status IAIN menjadi Universitas Islam Negeri.
Pihaknya optimistis dengan adanya pengalihan status tersebut akan mampu menjadikan salah satu tempat melahirkan dan menciptakan Sumber Daya Manusia yang siap bersaing dengan lulusan universitas lainnya ditingkat nasional dan internasional.
Farid Wajdi Ibrahim menyatakan, pengalihan status dari IAIN menjadi UIN tidak akan mempengaruhi terhadap kuota disiplin ilmu agama yang diajarkan di perguruan tinggi tersebut. “Artinya, bidang studi ilmu agama tidak akan pernah berkurang dan akan terus ditingkatkan menyusul adanya penambahan bidang studi umum,” katanya kepada media beberapa waktu lalu.
Seluruh civitas akademik UIN Ar-Raniry berkomitmen untuk terus meningkatkan berbagai disiplin ilmu agama dan tidak akan pernah mengurangi kuota bidang studi kajian agama Islam di universitas tersebut. Ia mengharapkan kepada sejumlah pihak agar tidak perlu khawatir akan berkurangnya bidang ilmu agama sebab kuota bidang agama tetap lebih besar dibanding program studi (prodi) umum yang akan dibuka pascapergantian status.
UIN akan terus berupaya berkontribusi dalam pembangunan di provinsi ujung paling barat Indonesia itu terutama dalam mendukung penegakan syariat Islam secara menyeluruh di daerah berjulukan Serambi Mekkah tersebut.
Farid mengatakan pihaknya telah membuka beberapa fakultas baru, di antaranya Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Psikologi dan Konseling serta Fakultas Sains dan Teknologi.
Dengan dibukanya fakultas baru, otomatis UIN Ar-Raniry mendapat kuota untuk merekrut dosen-dosen yang akan mengajar pada fakultas baru yang dibuka perguruan tinggi tersebut. Selain tenaga dosen yang direkrut tersebut, pihaknya juga akan dibantu oleh tenaga pengajar dari Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh.
Jujur saja, berbicara pendidikan yang memperkuat penegakan syariat Islam di Aceh, maka UIN Ar-Raniry akan menjadi tiang penopangnya. Begitu harapan Gubernur Aceh, dr H Zaini Abdullah dalam Dies Natalies 50 UIN, dan di Kampus ini kelak diharapkan mampu menghasikan para cendekiawan berwawasan Islam yang kuat, tawadhuk dan berakhlakul karimah. Semoga.(marmus/dbs)